Tampilkan postingan dengan label #lawankonsumerisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #lawankonsumerisme. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Juli 2018

Intip 6 perilaku orang kaya dalam kesehariannya

Merdeka.com - Hidup kaya dan berkecukupan menjadi impian semua orang. Berbagai carapun dilakukan hingga harus banting tulang siang dan malam. Namun, sebagian orang bisa kaya karena mendapatkan harta warisan keluarga. Sebagian lagi karena berbisnis dengan sukses atau menang hadiah undian miliaran.

Setiap orang yang ingin kaya memilih jalan sendiri untuk meraihnya. Namun, terkadang menjadi kaya raya itu tidak selalu berhubungan dengan uang. Ada kerja keras yang maksimal dan pola hidup yang teratur.

Mereka yang menjadi orang kaya benar-benar memulainya dari level bawah. Mereka hanya memiliki keyakinan yang kuat untuk bisa sukses. Setelah itu, mereka berusaha untuk meraihnya dengan cara yang smart.

Selain itu, ada faktor lain yang jadi penentu mereka jadi kaya yang rata-rata adalah perilaku dalam keseharian mereka.

Apa saja itu ? Berikut ini adalah perilaku-perilaku yang rata-rata yang dimiliki orang kaya seperti ditulis Cermati.
1. Satu pekerjaan tidak cukup 
Banyak orang kaya berhasil membangun kekayaanya dengan memperbanyak sumber pendapatan. Hal tersebut mereka dapatkan dengan ambil lebih dari satu pekerjaan.

Entah itu dengan dengan bekerja pada orang lain atau mulai berbisnis atau ambil proyek yang bisa dilakukan secara freelance. Dengan melakukan itu semua, tentunya semakin menambah penghasilan mereka setiap bulannya, bukan?


2. Selalu punya waktu untuk olahraga
Menjadi seorang yang kaya raya bukan berarti karena bekerja terus-terusan tanpa peduli dengan kesehatan. Rata-rata orang kaya peduli dengan kesehatan mereka, baik sebelum maupun sesudah kaya.

Benefit yang mereka kejar dari olahraga bukan hanya kesehatan. Bagi mereka, berolahraga bisa membantu mereka berpikir lebih jernih dan merilekskan diri sejenak dari rutinitas yang dijalani.

3. Uang dihabiskan dengan penganggaran
Mungkin terbersit di pikiran, orang kaya pasti selalu menghabiskan uang mereka. Kenyataannya, orang kaya mempunyai taktik khusus untuk penganggaran keuangan mereka. Tom Corley juga mengatakan bahwa 25 persen dari pendapatan orang kaya digunakan untuk perumahan. Lalu sekitar 15 persen untuk kebutuhan makanan, 10 persen untuk kegiatan hiburan, dan sekitar 10 persen untuk pembayaran kredit kendaraan dan liburan
 4. Tetapkan tujuan

Rata-rata orang kaya sudah memiliki tujuan dan merencanakannya dengan jelas. Inilah kenapa mereka bisa menjadi kaya. Mereka selalu melakukan apa pun demi tercapainya tujuan yang sudah ditetaipkan. Tentunya semua itu berjalan sesuai dengan rencana yang mereka susun.

Selain itu, mereka juga menanamkan tujuan yang dimiliki ke alam bahwa sadarnya agar bisa memandu dalam pengambilan keputusan setiap harinya.
5. Tetap investasi 
Sudah terbukti, orang kaya memang suka berinvestasi. Menurut penelitian yang ada, sekitar 20 persen dari orang kaya ternyata menghabiskan sekitar 16 persen dari penghasilan yang mereka miliki untuk kebutuhan investasi.
Investasi yang mereka pilih kebanyakan, seperti reksa dana, saham, obligasi, mata uang, hingga emas.

6. Pernah gagal dan tetap maju

Siapa bilang orang kaya tidak pernah menemui kegagalan? Nyatanya, sebelum kesuksesan itu diraih, mereka telah gagal berkali-kali. Bedanya, mereka tidak mudah menyerah dan terus mencoba kembali.

Orang yang sekarang ini kaya dulunya pernah mengalami kegagalan dalam bisnis paling tidak sekali seumur hidup. Mereka berusaha untuk belajar dari kegagalan yang pernah dialami. Hasilnya, mereka bisa sukses dan menjadi orang kaya.


 #gayahidupproduktif #investasi #investasicerdas

Minggu, 13 Mei 2018

Konsumerisme, Budaya Manusia atau Sekadar Gejala?

Seiring perkembangan kehidupan setiap manusia pastilah mengalami perubahan-perubahan dan perubahan sudah terjadi sejak jaman dahulu kala. Sampai-sampai banyaknya perubahan yang ada, manusia juga kadang kala juga kerepotan menghadapinya. 
Perubahan dengan maksudnya yaitu proses perubahan masyarakat berserta dengan kebudayaan dari hal-hal yang bersifat tradisional ke modern atau istilahnya disebut modernisasi. Namun, globalisasi pun juga salah satu faktor mempengaruhi juga, karena penyeragaman budaya bagi seluruh masyarakat dunia.
Globalisasi muncul karena adanya arus informasi dan komunikasi secara online. Sehingga dapat menjangkau semua masyarakat. Akibatnya, manusia yang ada di dunia ini seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan budaya yang sama. Akan menimbulkan, ketidaksiapan manusia dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar dan adanya problem sosial.
Dengan begitu, akan menimbulkan salah satu yaitu konsumerisme. Sedikit asal usul konsumerisme, konsumerisme dilatar belakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul liberialisme. Sehingga konsumerisme merupakan jantung dari kapitalisme. 
Kapitalisme global mulai berkembang pesat, segera setelah ‘Perang Dingin’ yang berakhir tahun 1980-an. Hal-hal tersebut merupakan  pemicu utama berkembangnya kapitalisme global atau globalisasi ekonomi yang diawali dengan pertemuan GATT di Maroko.
Konsumerisme yaitu paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan suatu proses konsumsi barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya dan dilakukan secara sadar dan berkelanjutan.  
Bagi masyarakat yang belum siap atau kaget dengan adanya perubahan-perubahan maka akan timbul goncangan dalam kehidupan sosial dan budaya. Akibatnya, individu menjadi tertinggal atau bisa frustasi. Selain itu, kondisi dapat menimbulkan suatu keadaan dan menjadi tidak serasi dalam kehidupan masyarakat.
Lalu, pertanyaannya konsumerisme budaya atau gejala? Konsumerisme merupakan budaya, karena manusia pada dasarnya konsumtif. Konsumtif yaitu bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri). Tanpa sadar konsumtif akan menjadikan sebagai penyakit jiwa dalam kehidupannya.
Lebih memudahkan akan diberikan contoh, yaitu adanya besar-besaran diskon dan promo mulai dari produk makanan atau minuman, otomotif, telekomunikasi, dan lain-lain. 
Segala macam yang ditawarkan yang diberikan sangat menggiurkan tentunya, mengakibatkan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, akibatnya ia akan ketergantungan dan tidak dapat atau sudah dihilangkan. Selain itu, ada juga setiap tindakan pembelian yang dilakukan oleh manusia suatu produk sebenarnya tidak butuh, melainkan hanya memberikan kepuasan bagi dirinya.
Mengapa sampai saat ini budaya konsumerisme masih ada? karena materialistis, mementingkan konsumsi barang, mengglobalnya supermarket, minimarket, mall, dan lain-lain, serta berperannya media massa seperti surat kabar, tv (televisi), majalah yang dapat dan mampu menciptakan serta menyebarkan dengan kesan tanpa henti. 
Apalagi juga didukung dengan iklan yang berkembang pada masyarakat yang menjadikan oran tidak berpikir secara rasional terhadap kebuthan tetapi hanya berdasarkan penerimaan pengkodean yang telah terframe dalam pikiran yang diungkapkan sebagai budaya yang ada dalam masyarakat.
Selain itu juga adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi. Pertama, konsumen individu biasanya melakukan pemilihan merk atau brand  yang dipengaruhi meliputi kebutuhan konsumen, peresepsi atas karakteristik merk, sikap ke ara pilihan, demografi konsumen, dan gaya hidup dan karateristik personalia (berhubungan orang atau nama orang). 
Kedua, pengaruh lingkungan yang meliputi budaya (kemasyarakatan, norma, kesukuan), kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), grup tata muka (anggota keluarga, teman), dan faktor penentu yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti keluar yang menggunakan mobil dan kalangan usaha). 
Ketiga, pengaruh iklan yang meliputi mempengaruhi konsumen, harga yang menonjol, distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan, dan barang yang menarik.
Dampak konsumerisme juga dirasakan betul oleh individu, dampak tersebut terbagi menjadi dua yaitu positif dan negatif. Dampak positif, yaitu kebutuhan pribadi terpenuhi, dapat meningkatkan pendapatan nasional dan dapat meningkatkan orang untuk giat berusaha . 
Sedangkan dampak negatif yaitu bersikap individual, bersikap pamer sehingga menimbulkan perilaku sombong, hidup boros, orang tersebut akan mencari kesenangan dan kepuasan hidup serta menimbulkan rasa tidak puas karena selalu ingi memiliki sesuatu yang baru.
Maka dari itu, gejala perubahan sosial dalam hal ini globalisasi budaya masyarakat cenderung ke arah yang negatif, salah satunya timbulnya konsumerisme. Sebenarnya budaya konsumerisme menguntukan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat hanya sebagai obyek saja. 
Sebagai generasi penerus bangsa seharusnya mempunyai pikiran kritis untuk menyadari dan menentang budaya tersebut karena dampak negatif dan merugikan bagi setiap individu, serta jangan sampai kita sebagai pendukung dan mengembangkan budaya hal tersebut

Investasi Jangka Panjang

Menanamkan dana untuk investasi merupakan pilihan yang tepat untuk masa depan. Pilihan investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan...