Tampilkan postingan dengan label gaya hidup produktif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gaya hidup produktif. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Oktober 2018

Cara Mengubah Stress Menjadi Energi Positif

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas sebuah topik berjudul "Cara Mengubah Stress Menjadi Energi Positif". Sebelumnya mungkin kita mengenal stres dari sisi negatif. Kita beranggapan bahwa stress itu berbahaya dan tidak baik bagi diri kita. Maka di kesempatan ini, kita akan berbicara soal sisi positif dari stres, bagaimana ia bisa berdampak baik bagi hidup kita.
Kelly Mcganigal pernah menulis buku berjudul "The upside of stress" yang dirilis pada Mei 2015, menegaskan bahwa stres sebenarnya baik untuk diri kita. Selama kita memiliki mentalitas yang tepat tentang hal itu, maka stres akan menjadi energi positif bagi diri kita.
Stres hanya akan berbahaya bagi kesehatan, apabila kita berpikir demikian. Namun hidup yang bahagia sebenarnya melibatkan stress. Kita dapat mengarahkan stress di dalam diri menjadi sebuah energi yang dapat meningkatkan kinerja kita.
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 30.000 orang dewasa di amerika serikat menunjukan bahwa 43% dari mereka yang mengalami stres dan juga berkeyakinan bahwa stres itu berbahaya memiliki potensi yang besar terhadap kematian dini.
Sementara itu, mereka yang mengalami stres namun tidak menganggap stres itu berbahaya memiliki potensi yang kecil terhadap kematian dini.
Dari penelitian tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa kepercayaan dan pikiran negatif terhadap stres lah yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Bukan stres itu sendiri melainkan persepsi kita terhadap stres.
Oleh karena itu, Rubahlah cara pandang dan keyakinan kita terhadap stres maka stres akan menjadi suatu hal yeng berdampak positif bagi hidup kita.
Bagaimana cara kita merubah stres?
Mulai saat ini, kita harus melihat stres dari sisi yang berbeda, yakni dari sisi positif. Memandang stres sebagai suatu hal yang baik dapat mengubah respon tubuh kita terhadap stres dan dapat menjadikan diri menjadi lebih baik dan lebih sehat.
Apabila kita berada dalam kondisi tertekan, jantung berdegup kecang kemudian bernafas lebih cepat. Maka itu pertanda kita mengalami kecemasan. Kita sedang berada dalam kondisi cemas. Jika pada saat itu kita memandang stres dari sisi negatif maka, akan sangat berbahaya bagi tubuh. Namun jika sebaliknya, kita memandang stres dari sisi positif maka itu akan menjadi sebuah energi yang sangat baik bagi tubuh kita.
Memandang stres dari sudut yang negatif bukan hanya berdampak buruk bagi tubuh saja, melainkan juga berdampak buruk bagi kehidupan sosial. Di dalam tubuh ada yang namanya hormon oksitoksin yang juga disebut dengan insting sosial.
Hormon ini berhubungan dengan insting sosial pada otak dan dapat memperkuat hubungan sosial kita dengan orang-orang disekitar.
Hormon oksitoksin akan semakin aktif dan produktif seiring dengan semakin intensnya kontak dan dukungan sosial yang kita bangun. Menariknya, kontak dan hubungan sosial ini sering terjadi justru ketika kita sedang berada dalam keadaan stres atau tertekan.
Kesimpulan!
Yang bisa kita ambil dari apa yang sudah saya sampaikan di atas adalah stres sama sekali tidak berdampak buruk bagi kesehata kita. Namun cara pandang dan pola pikir kitalah yang dapat membuat stres menjadi berbahaya.
Mulailah merubah cara pandang dan pola pikir terhadap stres maka hidup pun akan menjadi lebih sehat dan bahagia.
#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, gaya hidup produktif, agent of change, Investasi

Rabu, 11 Juli 2018

10 Efek Samping Kemewahan Yang Tidak Di Rem, Hidup Bermewah-Mewahan Membosankan

Menurut KBBI mewah adalah serba banyak; serba indah; serba berlebih (biasanya tt barang dan cara hidup yg menyenangkan). Menurut kami kemewahan adalah kehidupan yang lebih dibandingkan biasanya. Tidak sedikit orang yang ingin hidup yang seperti ini sebab indra mereka telah dibius oleh acara TV diantranya adalah telenovela, sinetron dan entertainment.

Hidup mewah itu tidak salah. Asalkan tidak dilakukan terus menerus. Sesekali tidak masalah untuk menikmati hidup. Akan tetapi bila terlalu sering kesannya tidak mewah lagi melainkan biasa saja. Artinya, jika anda sudah memiliki kemewahan itu secara pribadi lalu menikmatinya setiap hari alhasil tidak adalagi bedanya dari hidup orang lain yang biasa saja diluar sana.

Seperti yang kami ungkapkan tentang kemewahan yang berarti bahwa hidup lebih dari biasanya. Keadaan ini berhubungan dengan hasrat manusia untuk menginginkan lebih. Ketika manusia diperhadapkan dengan sesuatu yang lebih dari biasanya maka ia akan menganggap itu sebagai sesuatu hal yang mewah. Dari sini kita dapat mengerti bahwa mewah atau tidak sifatnya relatif.

Ketika anda terbiasa hidup sederhana kemudian mengalami sesuatu yang lebih dari itu, pastilah berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang waw….., glamour dan berkelas. Padahal mereka yang sudah terbiasa dengan hal itu tidak mengalami rasa senang yang anda alami. Dari sinilah kita dapat mengerti bahwa alangkah lebih baik jika hal-hal yang lebih itu tetap di luar kehidupan anda. Dengan demikian anda dapat berkunjung ke sana sesekali untuk menikmatinya.

Jadi, cara membuat hal-hal yang mewah tetap awet, bukan dengan memilikinya, bukan pula dengan menikmatinya terus menerus. Melainkan tetap hidup sederhana lalu biarkan kemewahan itu ada di luar sana. Sehingga ia tetap terasa mewah ketika anda mengunjunginya suatu saat nanti. Anda perlu belajar mengendalikan hawa nafsu/ keinginan untuk hidup bermewah-mewahan (setiap saat) sebab hal ini dapat membuat perasaanmu tidak enakan/ tidak nyaman saat berpapasan denga sesuatu yang lebih sederhana.

Dampak buruk hidup bermewah-mewahan yang tidak di rem

Apa saja akibat dari kemewahan itu sendiri? Sebenarnya ada banyak dampak perilaku ini dalam kehidupan anda, diantaranya adalah sebagai berikut.
  1. Boros sumber daya.

    Hidup berlebih-lebihan seperti seseorang yang menghambur-hamburkan apa yang dimilikinya. Baik dalam hal ini berupa uang, makanan, bahan bakar, tumbuhan, lingkungan dan lain sebagainya.
  2. Cenderung menyombongkan diri.

    Hati-hati dengan kehidupan anda yang lebih mewah dari orang lain. Hindari bersikap pamer dan bermegah-megahan sebab ini adalah pertanda kesombongan hati yang tidak disuakai oleh Yang Maha Kuasa.
  3. Senangnya di rumah terus.

    Anda lebih senang berada di rumah ketimbang di tempat lain. Ini juga yang membuatmu berlama-lama di dalam sana karena semuanya sudah ada. Sehingga hampir lupa untuk berkumpul dan bersosialiasi dengan orang lain.
  4. Tidak suka mengunjungi tempat umum (publik space).

    Saat anda melihat tempat lain yang sederhana sekali sedangkan kediaman anda serba mewah niscaya tidak ada keinginan untuk berlama-lama disana sebab mata sudah enek melihat semuanya itu dimana terlihat sangat buruk.
    Jika rumah anda sangat mewah sedangkan tempat umum/ tempat wisata yang tersedia ala kadarnya/ apa adanya. Niscaya anda tidak betah untuk tetap disitu melainkan ingin cepat-cepat pulang.
    Itu jugalah yang membuat anda cenderung tidak mau/ enggan nebeng dengan bus kota/ kendaraan umum lainnya. Sebab yang anda miliki sudah membuatmu terbiasa pada standar tinggi sehingga ketika menemukan yang lebih sederhana cenderung menjauh.
  5. Lebih susah/ sulit untuk menjadi senang.

    Kemewahan pribadi yang dimiliki sudah di atas rata-rata. Ironisnya semua itu terkesan biasa saja dan tidak lagi memberi rasa senang. Lalu anda mencoba mencari cara untuk membuat hati senang dengan berkunjung ke tempat-tempat publik (publik space), tempat wisata dan tempat hiburan lainnya. Akan tetapi tidak ada kesenagan disana sebab apa yang anda miliki lebih mewah dari semuanya itu.
  6. Mengharuskan anda untuk mencari yang lebih untuk membuatmu senang.

    Saat anda selalu bermewah-mewahan hari demi hari maka hal itu menjadi biasa saja. Tida ada lagi kemewahan disana melainkan anda kemudian mencari-cari yang lebih dari itu. Lalu ternyata memang ada tetapi membutuhkan biaya/ dana yang sangat besar untuk memilikinya.
  7. Cenderung segala cara untuk meraihnya.

    Karena sudah terbiasa untuk dikendalikan oleh keinginan (hawa nafsu) hidup bermegah-megahan. Alhasil hasrat untuk memiliki yang lebih baik dan tentunya dengan harga yang lebih mahal tidak dapat di rem/ tidak mampu ditahan lebih lama. Akhirnya, ia mencari-cari cara licik nan manipulatif untuk mewujudkannya.
  8. Ada kemungkinan merendahkan orang lain.

    Saat anda melihat bahwa hidup kita sudah lebih baik dari kebanyakan orang disekitar. Mungkin ada rasa membanding-bandingkan terlebih ketika orang tersebut sempat bermasalah dengan anda. Beberapa orang menghibur dirinya dalam tekanan dengan merendahkan orang lain lalu berkata:
    ah tidak apalah, toh dia lebih rendah dari aku“.
    biarkan saja, dia memang tidak akan pernah bisa seperti aku“.
    sungguh murahan, begitu saja sudah merasa senang“.
    keterlaluan, gak tau diri, bedanya dengan aku itu jauh….“.
  9. Membuat orang lain menjadi iri hati/ denki

    Sikap hati seperti ini menunjukkan bahwa telah terjadi bias yang sangat kontras dilingkungan anda dimana yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin tetap miskin sehingga terjadilah kesenjangan sosial yang nyata. Tidak ada yang bisa menjamin orang lain tidak iri dengan kehidupan anda bahkan bisa saja kedengkiang ini berujung pada kekerasan.
  10. Sadar atau tidak kemewahan itu erat hubungannya dengan hidup menyendiri. Alhasil andapun tidak tahan terhadap gangguan sosial.

    Ketika anda memiliki sumber daya yang sangat besar maka ada rasa ingin membangun sesuatu yang besar pula. Tentu saja untuk membangunnya anda butuh lahan yang luas dan jauh dari pemukiman penduduk. Alhasil tembok-tembok nan tinggi besar, pekarangan yang luas tenang tanpa disadari telah meremajakan indra anda. Pas keluar dari hunian tersebut lalu masuk ke dalam kehidupan masyarakat luas yang riuh niscaya anda akan rentan sekali terhadap gangguan kecil yang terjadi.
Fasilitas mewah lebih bagus di rem untuk dimiliki secara pribadi. Pastikan kemewahan itu tetap ada di luar dan dapat dijangkau kapanpun anda membutuhkannya. Sebab apa yang sudah kita miliki cenderung tidak terasa mewah terkecuali hal itu lebih baik dari biasanya.

Alangkah baiknya hidup ini bila dalam hal yang sederhana saja, hati sudah bahagia. Sebab hidup di dunia ini bukan masalah satu dua hari saja melainkan sepanjang hayat. Bisa dipastikan bahwa hal-hal yang sederhana ketersediaannya sepanjang hayat sedang orang lain yang melihatnya juga tersenyum bahagia. Sebab kesederhanaan menghubungkan kehidupan ini dengan lebih banyak orang.
Salam kesederhanaan!

Disadur dari

#gayahidupproduktif #investasi #investasicerdas #2019GantiGayaHidup #ubahgayapandang

Selasa, 08 Mei 2018

Masyarakat Diminta Ubah Pola Pikir dari Konsumtif ke Produktif


Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap masyarakat mulai mengubah pola pikirnya dari konsumtif secara perlahan menjadi produktif. Dengan mengubah pola pikir ini, diharapkan bisa mendorong produktivitas masyarakat untuk menabung.

"Salah satu hambatan untuk meningkatkan produktivitas menabung dan investasi, yaitu masih belum ratanya pemahaman di masyarakat terkait pentingnya menabung dan investasi. Apalagi masyarakat yang pola hidupnya konsumtif. Mereka susah diberi pemahaman terkait menabung dan investasi," ujar Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Agus Sugiarto di Jakarta, Senin (7/11/2016).



Agus mengatakan OJK terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dalam hal menabung dan investasi.

Adapun beberapa langkahnya, yaitu pertama, memperbanyak menggelar kampanye baik melalui edukasi, pemasangan iklan dengan menggunakan media promosi lembaga jasa keuangan, perbankan dan asuransi.

"Kedua, mengembangkan kegiatan keuangan yang menjadi target pasar yang masif, seperti menabung saham seratus ribu dan menabung Reksadana seratus ribu. Dan yang terkait dengan bank, yaitu Simpel dan Tabungan Emas," ucap Agus.

"Kita memulai dari produk-produk yang gampang dulu, murah dan masif bagi masyarakat," dia menambahkan.

Sementara langkah ketiga, kata dia, melakukan kolaborasi dengan semua pihak. Mulai dari jasa keuangan, organisasi, LSM.

"Siapa pun yang ingin bekerja sama untuk meningkatkan masyarakat agar ingin menabung, kita siap kerja sama," ujar dia.

Pihaknya juga menyebutkan terkait dengan regulasi yang mendukung untuk meningkatkan tabungan dan investasi masyarakat terdapat di Peraturan Presiden (Perpes) No 82 Tahun 2016 Tentang Standar Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).

Peraturan tersebut akan diberlakukan secara umum bagi industri jasa keuangan dan ini juga menjadi alat untuk mewajibkan industri jasa keuangan melakukan program-programnya.

Ia juga meminta peran aktif lembaga terkait untuk bersinergi satu dengan yang lainnya untuk mewujudkan semua ini.

"Ini bisa dibagi menjadi dua pendekatan. Pertama, top-down (dari atas bawah) dan kedua dari bottom-up. Sementara untuk dari top-down, misalnya pemerintah, Bank Indonesia, OJK, dan kementerian terkait, misalnya Kementerian Agama, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Kementerian Pendidikan serta lainnya," dia menjelaskan.

"Mereka bisa saling bahu-membahu karena seluruh masyarakat di Indonesia ini di seluruh lapisan yang berada di bawah kementerian-kementerian itu memang ada unsur menabungnya," katanya.

Dia mencontohkan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, ketika dikaitkan kegiatan sepak bola. Misalnya, pemain sepak bola diwajibkan menabung, supaya pemain sepak bola bisa berkompetisi di ajang internasional.

Sementara pendekatan bottom-up, yaitu dari bawah, pihaknya mendorong perusahaan, baik Reksadana dan asuransi, bahwa menabung itu penting dan perlu. "Selain itu juga kepada kelompok-kelompok masyarakat baik itu arisan dan koperasi," dia menjelaskan. (Nrm/Ndw)


Selasa, 01 Mei 2018

Mensos Ingatkan Perempuan Jauhi Perilaku Konsumtif


Jambi - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengingatkan kaum perempuan agar menjauhi perilaku konsumtif dan materialistisyang kini mulai merasuki sebagian kalangan di Indonesia.


"Akibat konsumerisme, rasa solidaritas dan kesetiakawanan sosial terhadap mereka yang miskin dan kurang beruntung menjadi berkurang," kata Khofifah di hadapan Muslimat NU di Kabupaten Merangin, Jambi, Minggu (19/2).



Khofifah mengatakan perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat menjadi salah satu pemicu tindak pidana korupsi. Tidak jarang laki-laki atau suami terpaksa melakukan tindakan korup untuk memenuhi keinginan para istri.



Dikatakan, mayoritas pelaku tindak pidana korupsi adalah laki-laki. Tapi, hampir setiap kasus korupsi juga melibatkan peran perempuan.



"Syukuri apa yang ada. Kalau suami hanya mampu membuatkan rumah ukuran 8x12 ya bersyukur atau cuma hanya mobil kecil ya bersyukur juga. Jangan menuntut yang lebih," tuturnya.



Menurut dia, maraknya layanan belanja online turut menyumbang perilaku konsumtif masyarakat, terutama kaum perempuan.



Beragam produk menarik yang ditawarkan, kemudahan memilih barang dan bertransaksi, sampai pengiriman dalam waktu cepat, menjadikan perilaku "gila belanja" semakin menjadi-jadi.



"Boleh dibilang 'line shopping' telah menjadi gaya hidup baru," kata Menteri yang senantiasa tampil bersahaja ini.



Ditambah dengan semakin mudahnya orang memperoleh fasilitas kartu kredit dari perbankan, kata dia, tanpa sadar akhirnya banyak pula yang terjebak pada tumpukan utang karena tidak sanggup membayar cicilan.



"Tidak jarang ada orang yang membeli sesuatu bukan karena butuh, tapi sekadar mengejar gengsi dan gaya hidup mewah," imbuhnya.



Menurut Khofifah, daripada menyuburkan prilaku konsumtif, ada baiknya jika uang yang dimiliki ditabung. Apalagi saat ini biaya kebutuhan hidup, pendidikan, dan kesehatan semakin bertambah mahal sehingga diperlukan pola hidup hemat.



Dalam kesempatan itu, Khofifah yang juga Ketua Umum Pucuk Pimpinan Muslimat NU melantik Pengurus Cabang Muslimat NU Kabupaten Merangin dan mendeklarasikan laskar antinarkoba Merangin.

Minggu, 29 April 2018

10 Cara Agar Hidup Lebih Produktif

VIVA – Ada perbedaan mendasar antara orang sibuk dan orang produktif. Orang sibuk cenderung mempunyai seabrek kesibukan dan kegiatan, akan tetapi terkadang tidak fokus terhadap sebuah tujuan tertentu.


Adapun produktivitas adalah orang dengan beberapa aktivitas, namun setiap aktivitasnya selalu mempunyai tujuan ke depan. Banyak orang yang salah dengan perbedaan produktif dan sibuk. Orang dengan kesibukan tinggi terkadang menganggap dirinya adalah orang yang produktif, padahal belum tentu.
Produktivitas dapat kita bentuk dengan mengubah pola pikir kita terhadap sebuah aktivitas. Kita dapat mengubah pola pikir kita untuk menjadikan segala aktivitas kita menjadi hal yang lebih produktif. Tidak hanya menjadi sebuah kesibukan saja.
Berikut ini ulasan dari Cermati.com bagaimana cara agar hidup lebih produktif.
1. Temukan solusi terbaik
Fokus pada sebuah solusi adalah sebuah ciri pola pikir produktif. Daripada mencari sebuah kesalahan dan sibuk membicarakan kronologi akan terjadinya sebuah permasalahan yang akan menyita banyak waktu.
Mencoba untuk mencari sebuah solusi dari setiap permasalahan yang kita hadapi adalah hal yang lebih positif.
2. Selalu ingin tahu
Rasa ingin tahu juga menjadi sebuah ciri dari pola pikir produktif. Dengan selalu ingin tahu tentang banyak hal, kita dapat mencoba menyelaraskan tujuan dengan hal yang akan kita pelajari.
Sebuah perbedaan yang signifikan antara orang sibuk dan orang produktif adalah orang sibuk cenderung mengikuti banyak hal dan terkadang hanya mempunyai tujuan ingin mengenal dan mengetahui hal yang baru saja, singkat kata mengisi waktu luang.
Sedangkan orang yang mempunyai pola pikir produktif adalah orang dengan segudang tujuan, mereka akan mengikuti sebuah aktivitas untuk mendukung rencana atau tujuan ke depan yang dia miliki. Misalnya, orang sibuk akan mengikuti kursus komputer karena hanya ingin menguasai komputer saja, sedangkan orang produktif akan mengikuti kursus komputer dengan program tertentu karena dia mempunyai rencana tertentu dengan keahlian tersebut pada waktu yang dia targetkan.
3. Motivasi diri
Orang yang produktif akan memotivasi dirinya untuk sesuatu hal yang baru dan positif, terlebih apabila menemui sebuah kegagalan. Dengan motivasi, mereka akan selalu berpikir untuk berkembang dan jauh dari pemikiran yang stagnan atau diam ditempat.
4. Mempunyai visi dan misi yang jelas
Orang dengan pola pikir produktif akan mempunyai visi misi yang jelas dalam hidupnya. Mereka cenderung mempunyai tujuan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Produktif berarti setiap waktu yang dilewati akan mempunyai hasil pada rencana ke depannya.
Misalnya, orang produktif akan mengikuti sebuah kelas memasak karena dalam beberapa bulan dia akan membuka sebuah kedai kecil. Kedai kecil itu akan digunakan sebagai pengalamannya untuk membuka sebuah depot.
Setelah tujuannya berjalan, dia akan mengikuti pelatihan online atau dunia internet karena ke depan dia akan menjual makanannya melalui dunia online dan membuka website. Begitulah sebuah pemikiran yang produktif; yang akan selalu mempunyai tujuan jangka pendek, menengah, dan tujuan besar pada jangka panjangnya.
5. Mencoba berpikir kritis
Orang produktif mempunyai pemikiran kritis, mereka memiliki pola pikir yang positif dan objektif. Mencoba untuk mencari jawaban dari segala permasalahan tidak hanya menelan dan menerima semua pesan yang diterima atau masukan yang diterima.
Kritis dalam menerima pesan dan saran mempunyai proses analisis terhadap hal yang diterima, sehingga dapat mengambil kesimpulan dan langkah apa yang akan diambil atau menentukan pilihan mana yang akan dipilihnya.
6. Percaya diri
Sifat ini banyak dimiliki oleh orang dengan pola pikir produktif. Dengan rasa percaya diri kita akan menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah.
Selalu mencoba dan selalu percaya terhadap apa yang akan kita lakukan. Kita akan selalu menjadi diri kita dan percaya bahwa kita mampu apabila kita mau berusaha. Sikap inilah yang mendorong seseorang banyak melakukan hal-hal yang produktif untuk mengisi waktu luangnya.
7. Tidak mudah menyerah
Selain percaya diri, orang dengan pola pikir produktif akan selalu yakin akan kemampuannya dan selalu positif dalam berpikir ke depan. Tidak mudah menyerahdan terbawa suasana apabila menghadapi sebuah kegagalan.
Mencoba untuk menjadikan sebuah kegagalan sebagai sesuatu hal yang biasa dan mengambil hikmah dari sebuah kegagalan.
8. Sikap positif
Sikap positif dan negatif sebenarnya adalah sesuatu yang manusiawi. Semua manusia mempunyai dua sisi tersebut, tetapi terkadang sisi mana yang lebih dominan dipengaruhi oleh lingkungan tempat kita tumbuh.
Untuk mempunyai pola pikir produktif cobalah untuk mempunyai sikap positif dalam segala hal. Dalam menjalankan sesuatu, seseorang dengan sikap negatif yang lebih dominan akan membayangkan kegagalan dan keburukan dari hal yang belum terjadi. Berbeda dengan sikap positif yang akan memberikan banyak hal-hal positif akan sesuatu yang akan dijalankan.
9. Mempunyai pikiran yang terbuka
Pola pikir produktif cenderung mempunyai pemikiran yang terbuka, mudah menerima masukan dan kritikan dari orang lain dan sangat menyukai berbagi pemikiran dengan banyak orang. Selain itu, mereka senang bertukar pikiran akan ide-ide yang dimilikinya dan menerima pengembangan ide-ide dari orang lain.
10. Menyeimbangkan hidup
Memiliki tujuan yang positif adalah hal yang baik, akan tetapi jangan sampai menghilangkan kebutuhan lainnya. Pola pikir produktif tidak hanya melakukan hal hal yang serius dalam hidup.
Produktif juga melakukan banyak hal yang dapat merelaksasi diri. Mengembangkan diri dengan hal-hal yang bersifat menyenangkan. Mengisi waktu dengan hiburan yang positif dan melakukan hal-hal yang rekreasional lainnya.
Produktif bukanlah memperbanyak aktivitas
Mempunyai banyak aktivitas bukanlah sebuah usaha untuk menjadi pribadi dengan pola pikir produktif. Memiliki aktivitas atau kegiatan yang terarah dan berguna bagi tujuan hidup kita ke depan adalah pengertian sederhana dari pola pikir produktif.

Rabu, 25 April 2018

Alasan Generasi Milenial Lebih Konsumtif

Alasan Generasi Milenial Lebih Konsumtif

CNNIndonesia, CNN Indonesia | Kamis, 19/04/2018 19:34 WIB


Jakarta, CNN Indonesia -- Generasi milenial kerap dinilai sebagai generasi yang kreatif dan berani mengambil resiko. Mereka memiliki banyak ide-ide menarik dan memiliki karakter yang sangat produktif.

Namun di sisi lain, mereka juga sangat konsumtif. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh budaya digital dan penggunaan internet, menurut pengamat digital lifestyle Ben Soebiakto.

Menurutnya, internet telah mengambil peran yang sangat siginifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Penetrasi internet di Indonesia telah melampaui angka 50 persen dari total penduduk, menurut survei APJII pada 2018.


Dari total 262 juta jiwa, sebanyak 143,26 orang diperkirakan telah menggunakan internet. Menurut Ben, dari seluruh pengguna internet tersebut, sekitar 49 persen berasal dari kalangan generasi milenial.


"Internet sudah sangat melekat dalam kehidupan [generasi milenial], bukan cuma untuk komunikasi atau mengonsumsi konten tapi juga melaukan transaksi," ujar Ben di The Pallas, Jakarta Selatan, pada Rabu (18/4).

Menurut Ben, generasi milenial hari ini menggunakan internet untuk melakukan segala jenis transaksi, dari transportasi, membeli makanan, jalan-jalan, hingga berbelanja pakaian dan kebutuhan sehari-hari.

Hal ini memiliki dampak positif dan negatif tersendiri. Dampak positifnya adalah pergerakan generasi milenial menjadi sangat cepat, karena bertransaksi lewat internet menghilangkan berbagai hambatan dan limitasi yang muncul ketika bertransaksi secara fisik.

Misalnya, mereka tidak perlu menghabiskan waktu dan usaha banyak hanya untuk melihat-lihat barang di toko. Selain itu, internet juga memberikan akses terhadap pasar yang lebih luas.

Namun di sisi lain, budaya digital dan penggunaan internet untuk transaksi ini telah membuat generasi milenial sangat konsumtif. Hal ini juga didukung oleh beberapa faktor, jelas Ben.


Dipengaruhi 'influencer'


Faktor yang pertama adalah peer pressure dari komunitas atau lingkaran pertemanan. Seorang anak milenial akan merasa tertekan untuk ikut membeli barang-barang tertentu jika teman-teman di dalam komunitasnya juga menggunakan atau memiliki barang tersebut.

"Namanya anak muda, kalau satu pertemanan sudah pakai, mereka akan ikuti semua," kata Ben.

Yang kedua adalah pengaruh dari influencer di media sosial. Kebanyakan anak milenial memiliki seorang influencer yang ia ikuti di media sosial, tergantung pada kegemaran dan ketertarikannya masing-masing.

Influencer yang memproduksi konten dan memiliki jumlah pengikut yang banyak tersebut juga biasanya sering bekerja sama dengan berbagai label untuk mempromosikan produk mereka (endorsement).

Ketika seorang anak milenial melihat influencer idolanya menggunakan atau memiliki suatu barang, ia pun akan terdorong untuk ikut membelinya. Menurut Ben, endorsement lewat influencer media sosial ini bahkan merupakan cara pemasaran produk yang lebih efektif bagi generasi milenial, dibandingkan memasang iklan di televisi.

"Bukan lagi masalah iklan TV, tapi influencer ngomong apa lebih berpengaruh kepada [generasi milenial]," kata Ben.

Dari beberapa kategori generasi milenial, Ben menyebut bahwa kategori yang paling konsumtif adalah generasi milenial yang merupakan first jobbers, yakni orang-orang yang saat ini berusia di awal 20-an dan baru memiliki pekerjaan untuk pertama kalinya.

Hal ini disebabkan mereka baru saja mulai mendapat pendapatan sendiri, dan masih bisa menggunakan seluruh pendapatan tersebut untuk dirinya sendiri.

First jobbers dinilai lebih konsumtif dibandingkan generasi milenial yang telah berusia lebih dari 30 tahun. Kategori generasi milenial yang lebih tua ini biasanya sudah menikah, dan sudah mulai melakukan pengeluaran yang lebih terencana karena memiliki keluarga. (ast/rah)

Investasi Jangka Panjang

Menanamkan dana untuk investasi merupakan pilihan yang tepat untuk masa depan. Pilihan investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan...