Tampilkan postingan dengan label #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #yukinvestasi #gayahidupproduktif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #yukinvestasi #gayahidupproduktif. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 November 2018

Konsumsi: Antara Melawan Klise dan Perlawanan Yang Klise

Anda mungkin ingat seruan memboikot Starbucks ramai diperbincangan media social awal bulan Juni. Boikot ini pertama kali diserukan oleh Sekjen MUI Indonesia KH Anwar Abbas. Alasannya, Starbucks mendukung gerakan LGBT serta pernikahan sesama jenis yang dianggap tidak sesuai dengan bangsa Indonesia.

Sebenarnya, Starbucks bukan satu-satunya perusahaan yang mendukung LGBT. Apple, Google, Facebook dan Microsoft menyatakan dukungan yang sama. Tindakan korporasi ini adalah langkah strategis belaka ketimbang aksi solidaritas. Pasalnya, daya beli komunitas LGBT di Amerika cukup besar untuk menjadi pasar yang menguntungkan. Seperti dinyatakan Alex Holder dalam The Guardian, “Dulu seks merupakan daya jual yang paling kuat. Kini, ia adalah aktivisme.”

Di Indonesia sendiri, kita menjumpai naiknya tren produk-produk halal dengan target konsumen Muslim. Ariel Heryanto (2015) melihatnya sebagai artikulasi kelas menengah Islam di Indonesia yang hendak mendamaikan dua identitas yang berbeda, yakni sebagai kelas menengah yang menemukan kenikmatan konsumsi, tapi sambil menunjukkan ketakwaan sebagai bagian komunitas Islam. Kasarnya, berbelanja tapi tetap bertakwa.

Meski menggunakan retorika ideologi yang sama sekali berbeda dari produk halal seperti Wardah, tindakan Starbucks menunjukkan bahwa pengiklan dan korporasi tidak lagi membingkai konsumsi sebagai tindakan berbelanja belaka. Konsumsi dapat menjadi sebuah artikulasi identitas, pandangan politik, maupun upaya untuk mengaktualisasikan diri.

Ambillah contoh iklan krim wajah Pond’s yang menampilkan Raisa, Dea Valencia, dan Zee Zee Shahab. Ketiganya merupakan perempuan yang memiliki prestasi pada bidang mereka masing-masing sebagai penyanyi, desainer busana dan pemain film. Setelah menarasikan dengan singkat aspirasi mereka bertiga, Raisa berkata:

“Untuk meraih cita-cita, banyak tantangan yang harus kami (perempuan) hadapi. Seperti noda hitam yang susah hilang, yang menghalangi kita tampil dengan wajah terbaik.”

Iklan Pond’s di atas membawa gagasan bahwa perempuan tidak lagi membeli krim wajah untuk sekedar mempercantik diri. Sebaliknya, tindakan mempercantik diri ditempatkan sebagai sekedar langkah untuk mencapai hal yang lebih besar, seperti meraih cita-cita.

Biarpun demikian, retorika aktualisasi diri dalam iklan ini memiliki sisi tersembunyi: ia tetap dilakukan dengan motif memperoleh keuntungan. Meski sekilas tampak progresif karena menunjukkan sosok perempuan yang berprestasi, iklan Pond’s di atas menjadikan perempuan dengan wajah yang tidak bernoda hitam sebagai prasyarat bagi perempuan untuk mengaktualisasikan diri mereka. Alih-alih memberdayakan perempuan, iklan ini justru mengkomodifikasi gagasan akan pemberdayaan perempuan itu sendiri.

Sejatinya, para pengiklan tidak harus menggunakan retorika aktualisasi diri dalam menjual produk mereka. Begitu pula dengan Starbucks yang dapat saja terus berjualan kopi kelewat mahal tanpa mendukung komunitas LGBT. Perubahan sikap ini menunjukkan terjadinya perubahan perspesi di masyarakat akan arti dari mengkonsumsi. Aktivisme dan artikulasi identitas digunakan sebagai strategi komunikasi untuk membuat publik menilai produk dan brand tertentu secara positif.
Pertanyaannya, mengapa kini hal-hal tersebut menjelma sebagai nilai jual yang potensial?

Semangat Baru Konsumen Muda

Dalam sejarahnya, iklan kerap mendapat serangan dari kelompok sipil karena tidak mendidik dan membuat audiens menjadi konsumen yang pasif. Gerakan Culture Jamming yang bermula di Amerika pada tahun 1990an, misalnya, memprotes iklan media karena mematok standar estetika dan gaya hidup bagi penontonnya (Lasn, 2000). Protes ini tidak hanya ditujukan pada produk yang diiklankan. Dalam iklan minuman ringan seperti Coca-Cola sekalipun, para pengiklan juga membangun citra produk melalui pakaian yang dikenakan para pemeran, aktivitas yang dilakukan, hingga perasaan yang terlihat melalui ekspresi bahagia mereka.

Strategi iklan ini membawa dua konsekuensi: selain membuat penonton mengasosiasikan Coca-Cola dengan perasaan bahagia, penonton juga mempelajari bahwa perasaan bahagia ini hanya dapat tercapai dengan mengenakan pakaian tertentu dan melakukan aktivitas tertentudua hal yang hanya dapat dicapai dengan mengkonsumsi pakaian dan gaya hidup yang ditampilkan media.
Tujuan para Culture Jammers—begitulah para anggota gerakan ini disebut—adalah untuk menggagalkan sihir konsumerisme media tersebut. Salah satu strategi yang mereka lakukan adalah dengan menghancurkan citra positif yang berupaya dibangun korporasi terhadap brand mereka. Sebagai contoh, mereka mempelesetkan citra sepatu Nike dengan menunjukkan bagaimana Nike meraup keuntungan melalui buruh-buruh yang dibayar murah di negara dunia ketiga.

Gubahan iklan sepatu Nike yang dibuat oleh para Culture Jammers. Diambil dari adbusters.org
Pembahasan Culture Jamming menjadi penting dalam memahami retorika aktualisasi diri dalam periklanan saat ini, seperti iklan Ponds yang telah disinggung sebelumnya. Terdapat persamaan pesan yang mengagetkan antara keduanya, meski berbeda kubu sama sekali. Di atas segalanya, Culture Jamming memandang bahwa bahaya dari nilai konsumerisme terletak pada bagaimana “standar media” menumpulkan kreativitas individu. Seluruh pengalaman hidup kita—jatuh cinta, misalnya—telah menjadi klise karena menjiplak tata cara orang-orang jatuh cinta di media. Hal ini membuat kita sulit untuk hidup berdasarkan pengalaman kita sendiri, untuk jatuh cinta dengan cara yang berbeda; untuk jatuh cinta secara otentik.

Masalahnya, panggilan untuk hidup secara otentik rupanya juga telah digunakan dalam iklan. John Cook (Dalam Bragg & Kehily, 2014) mengidentifikasi hal tersebut dalam iklan yang ditargetkan kepada khalayak muda:

“...wacana periklanan kini semakin kerap menekankan agensi dan otonomi konsumen muda. Alih-alih dirancang secara artifisial oleh pasar, hasrat para konsumen muda ditampilkan sebagai hal yang otentik dan berasal dari diri mereka sendiri.”

Pada kenyataannya, Cook menunjuk bahwa gagasan “konsumen muda yang merdeka” ini diciptakan sendiri oleh para periset pasar. Dengan menempatkan konsumen muda sebagai individu dengan hasrat yang otentik, mereka menekankan kembali peran pekerjaan riset mereka untuk dapat mencari tahu dengan pasti apa yang benar-benar dihasrati oleh konsumen muda.

Hal ini membawa kesimpulan baru, yakni konsumen muda menginginkan hal yang “lebih”. Konsumsi seharusnya menjadi hal yang lebih ketimbang sekedar berbelanja, namun memiliki makna terhadap keutuhan identitas sang konsumen. Keinginan konsumen akan makna yang utuh inilah yang menjelma sebagai retorika aktualisasi diri dan pemberdayaan kaum muda di iklan.

Atas Nama Gaya Hidup

Lantas bagaimana retorika aktualisasi diri ini dapat diadopsi oleh pengiklan di Indonesia? Secara historis, dekade 1990an adalah masa mulanya demam periklanan di Indonesia. Sebelumnya, iklan memang sempat tampil di TVRI sebagai satu-satunya televisi nasional pada medio 1970. Pada 1981, Soeharto mengakhiri penayangan iklan di TVRI dengan alasan bahwa iklan menumbuhkan sifat konsumerisme yang tidak mendidik.

Hasilnya, TVRI efektif menjadi media berisi konten membosankan penuh pesan titipan rezim Orde Baru dengan biaya produksi yang sangat terbatas. Kemunculan stasiun televisi swasta pada tahun 1990an yang diberi izin penuh untuk beriklan memberi publik suguhan yang jauh lebih menarik daripada TVRI. Menurut Philip Kitley (2000), iklan pada masa itu memiliki kualitas visual dan retorika yang sangat baik sehingga menjadi tontonan tersendiri yang menarik bagi khalayak.

Ketika khalayak Indonesia tengah gemar-gemarnya pada iklan melalui televisi swasta pada dekade 1990an, di belahan dunia lain iklan justru menjadi sasaran empuk para aktivis melalui gerakan Culture Jamming. Di Indonesia memang muncul beberapa organisasi non-pemerintah seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang menyadari pengaruh buruk iklan (Kitley, 2000), namun angka belanja iklan di Indonesia justru meningkat lima kali lipat dari tahun 1995 hingga 2002 (Armando, 2000).

Dengan demikian, Indonesia tidak mengalami gelombang kritik terhadap iklan dan konsumerisme sebagaimana yang terjadi di sejumlah negara lain maupun dalam skala global. Menggunakan alur ini, hadirnya sejumlah iklan yang berorientasi pada aktualisasi diri di Indonesia merupakan dampak tren periklanan global yang telah berkembang semasa demam periklanan melanda Indonesia, yakni konsumsi sebagai gaya hidup.

Mengutip Armand Mattelart (2000), Holy Rafika menjelaskan bahwa konsumsi  tidak dianggap sebagai perkara ketimpangan lagi dimana terdapat konsumen yang dapat lebih bermewah-mewahan ketimbang yang lain. Dalam retorika “gaya hidup”, kaya dan miskin adalah setara dan tidak ada yang lebih unggul. Kritik bahwa iklan tidak mendidik dan mengajarkan hedonisme seperti yang sempat dikoarkan rezim Orde Baru sudah ketinggalan zaman.

Tentu saja, pendekatan ini sebenarnya keliru: dengan menganggap konsumsi sebagai gaya hidup dimana kebebasan memilih berada di pihak konsumen, tidak ada lagi yang menyadari dan mengkritisi bagaimana para pengiklan mengkomodifikasi hasrat kita—hasrat untuk terus belajar, berkembang dan mencapai.

Miris. Kita hidup di zaman di mana semakin banyak perempuan menyadari bahwa ia bisa mencapai apa saja, tapi perlu punya wajah yang putih terlebih dahulu. []


Daftar Pustaka


Armando, Ade (2016). Televisi Indonesia di bawah Kapitalisme Global. Kompas.

Bragg, S., & Kehily, M. J. (2014). Youth Cultures in the Age of Global Media. Springer.

Kitley, Philip (2000). Konstruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca. Institut Studi Arus Informasi.

Lasn, Kalle (2000). Culture Jam: How to Reverse America’s Suicidal Consumer Binge – And Why We Must. Quill.

Mattelart, Armand (1991). Advertising International: The Privatisation of Public Space. London: Routledge.

 #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, #yukinvestasi 

Rabu, 31 Oktober 2018

Alasan Mengapa Kita Harus Saling Menolong

Menolong orang lain sama halnya dengan menolong diri sendiri, banyak diantara kita yang tidak menyadari bahwa sebenarnya investasi yang paling berharga adalah kebiasaan menolong orang lain. Ada juga sebagian orang menganggap remeh sifat menolong padahal mereka tahu bahwa menolong orang lain sangat penting karena perbuatan itu merupakan bagian dari diri kita sendiri. Perubahan pola hidup yang dipengaruhi oleh gaya hidup modern memandang bahwa semua pekerjaan, semua kegiatan bahkan semua hal dapat diselesaikan dengan menggunakan uang, gaya hidup ini merupakan dampak dari tingginya sifat materialistik, sifat yang mengutamakan materi ketimbang moral, sifat yang sebenarnya menjadi awal lunturnya keapribadian dan harga diri kita sebagai manusia yang bermartabat dan berbudaya.

Lebih spesifiknya lagi, pernahkah anda membayangkan ketika anda meninggal siapa yang akan menguburkan anda? apakah anda bisa menguburkan diri anda sendiri? dalam kasus seperti ini kita membutuhkan bantuan dan pertolongan dari orang lain, seberapa besarpun uang yang anda miliki tetaplah dalam hal ini butuh bantuan dari orang lain. Atau pada contoh lainnya, ketika anda sakit, pernahkah anda mengharapkan orang lain untuk menjenguk anda? apakah materi yang anda miliki mampu memuaskan perasaan  anda saat itu? dan masih banyak lagi contoh-contoh kehidupan ini yang membutuhkan bantuan dan pertolongan dari orang lain. Hanya karena keangkuhan dan kesombongan kitalah sehingga memaksa diri kita seolah-olah tidak  lagi membutuhkan kehadiran orang lain.

Sebagai manusia, kita diciptakan untuk hidup bersosial dan bermasyarakat karena didasari oleh sifat yang dimiliki manusia sejak diciptakan yakni adanya kekurangan dan kelebihan. Kekurangan yang kita miliki menjadi kelebihan bagi orang lain, begitu juga sebaliknya kelebihan yang kita miliki merupakan kekurangan orang lain. Ketika tercipta kebersamaan maka akan menghasilkan kesempurnaan.Itulah sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk yang paling sempurna, contoh kecil dari kesempurnaan adalah pernikahan. Pernikahan merupakan suatu kebersamaan yang mempertemukan laki-laki dan perempuan, keduanya akan saling mengisi. apa yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki dapat ditutupi oleh perempuan begitu juga sebaliknya. Makanya Tuhan sangat melarang pernikahan sejenis, karena betapapun mereka memiliki kelebihan tetapi tetaplah tidak akan dapat menuju ke kesempurnaan hidup.

Beberapa alasan yang membuat kita kehilangan sifat tolong-menolong sesama:
  • Pengaruh gaya hidup yang materialistik dan individualistik
  • Kurangnya mentalitas dan moralitas
  • Lunturnya nilai-nilai luhur bangsa
  • Pengaruh modernitas yang tidak terkontrol
  • Kurangnya keimanan yang kita miliki
  • Tingginya persaingan untuk mendapatkan kesempatan hidup
  • Kurangnya silaturahim antar sesama manusia
  • Adanya pemahaman bahwa semua bisa diselesaikan hanya dengan kekuatan materi (uang)
Apakah sudah terlambat untuk memperbaiki tatanan kehidupan yang sudah diluar kendali dan nilai-nilai kepribadian asli bangsa kita? Banyak para ahli mengatakan tidak ada kata terlambat apabila ada kemauan untuk berbuat. Olehnya itu, saatnyalah untuk kita memulai memperbaikinya, kalau tidak bisa secara keseluruhan menyentuh semua lapisan masyarakat maka cukuplah dari diri dan keluarga kita. Apabila masing-masing bertanggung jawab pada lingkungan terkecil dan terdekat dengan kita maka akan timbul perubahan secara umum atau perubahan secara keseluruhan dan itulah yang diharapkan.


#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, #gayahidup #stopkonsumerisme #investasicerdas #lawankonsumerisme, #yukinvestasi #gayahidupproduktif

Selasa, 24 Juli 2018

7 Tokoh Inspirasi Sukses dalam Dunia Bisnis, Bisa Ditiru Nih!


Pernahkah kamu membayangkan bagaimana seseorang bisa sukses, apalagi di usia muda? Mulai dari tindakan, kebiasaan, ide, dan banyak hal lainnya yang mungkin belum kita lakukan. Ada banyak sosok sukses yang bisa menjadi inspirasi bagimu.

Dari sekian banyak sosok sukses di dunia, inilah tujuh di antaranya.

1. Mark Zuckerberg

7 Tokoh Inspirasi Sukses dalam Dunia Bisnis, Bisa Ditiru Nih!vogue.com

Bukan usaha yang mudah bagi Mark Zuckerberg mengembangkan Facebook. Berawal dari kesungguhannya megerjakan tugas akhir, karya Mark diterima dengan sangat baik di dunia, terutama para remaja. Mark termasuk orang yang tak segan mengambil risiko demi kesuksesannya.

2. Bambang Mustari Sadino

7 Tokoh Inspirasi Sukses dalam Dunia Bisnis, Bisa Ditiru Nih!validnews.co

Sosok sukses asal Indonesia ini lebih dikenal dengan panggilan Bob Sadino. Di masa hidupnya, almarhum dikenal sebagai pemilik jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Beliau dikenal sebagai sosok yang santai dan tenang.

Salah satu kata-kata favorit darinya adalah "Orang pintar belajar keras untuk melamar pekerjaan. Orang goblok berjuang keras untuk sukses biar bisa bayar para pelamar kerja."

3. Michael Dell

7 Tokoh Inspirasi Sukses dalam Dunia Bisnis, Bisa Ditiru Nih!CNBC.com

Chairman dan CEO Dell Technologies, Michael Dell, merupakan pendiri perusahaan Dell Inc. Gaya Michaell Dell dalam mengeksplorasi ide bisnis mungkin bisa menjadi inspirasimu. Saran darinya adalah, "Jadilah gila dan tidak terlalu banyak mencari nasihat tentang apa yang kamu ingin lakukan, terutama dalam berbisnis."

4. Bill Gates


7 Tokoh Inspirasi Sukses dalam Dunia Bisnis, Bisa Ditiru Nih!twitter.com/billgates

Inilah orang terkaya ke-2 di dunia yang dikenal sebagai pendiri dari Microsoft. Jika ingin sukses layaknya Bill Gates, kamu harus berani untuk gagal. Menurutnya, kesuksesan adalah guru yang terburuk. Hal tersebut akan membuat orang berpikir bahwa dirinya tidak akan gagal.

5. Steve Jobs

7 Tokoh Inspirasi Sukses dalam Dunia Bisnis, Bisa Ditiru Nih!cnet.com

Dalam dunia teknologi, almarhum Steve Jobs memang memberikan banyak perubahan besar. Steve Jobs meyakini, untuk mencapai suatu tujuan, kamu harus yakin terhadap jalan yang sudah kamu pilih. Apa yang kamu mulai dengan baik, pastinya akan berdampak baik juga kepadamu.

6. Barbara Carcoran

7 Tokoh Inspirasi Sukses dalam Dunia Bisnis, Bisa Ditiru Nih!aarp.org

Barbara Carcoran merupakan salah satu sosok sukses wanita bisnis di Amerika. Dia adalah pendiri Corcoran Group yang selalu berusaha membuat rekan bisnisnya saling tertarik satu sama lain. Kamu harus belajar hal tersebut karena dampaknya dapat melancarkan usaha.

Di saat orang tersebut tidak menyukaimu, tetaplah tenang dan berpikiran positif. Pasti selalu ada jalan untuk solusi terbaik.

7. Warren Buffet

7 Tokoh Inspirasi Sukses dalam Dunia Bisnis, Bisa Ditiru Nih!business.financialpost.com

Kepala Eksekutif Berkshire Hathaway Inc, Warren Buffett, merupakan salah satu investor tersukses di dunia. Buffet mempunyai masa muda yang begitu hebat dengan kerja kerasnya. Warren Buffett dijuluki sebagai “Oracle of Omaha” membeli saham pertamanya saat berusia 11 tahun. 

Menurutnya, investasi terbaik selama hidupnya adalah buku Benjamin Graham berjudul "The Intelligent Investor" yang dia beli pada 1949. Buku tersebut telah mengubah hidupnya secara dramatis. 

Itulah tujuh sosok sukses yang cukup disegani di dunia. Kamu sendiri paling terinspirasi dengan sosok seperti siapa? Tetap semangat dan semoga kamu bisa sukses seperti orang-orang di atas ya.


#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #yukinvestasi #gayahidupproduktif
lah satu instrumen untuk mencapai tujuan keuangan di masa depan, investasi berbeda dengan tabungan konvensional. Proses kerja investasi tak sesederhana menyimpan dana tunai di tabungan. Karena pilihannya yang beragam, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang investasi. Membekali diri dengan pengetahuan tentang investasi beserta instrumen-instrumennya dapat memudahkan calon investor untuk memilih produk yang tepat. Pemilihan produk ini pun harus disesuaikan dengan tujuan keuangan masing-masing. Sayangnya, banyak investor pemula yang salah memahami investasi sehingga seringkali merasa kecewa dengan imbal hasil yang tak sesuai harapan. Berbagai mitos tentang investasi ini menimbulkan kesalahpahaman, terutama bagi calon investor. Salah satu mitos yang paling sering didengar adalah investasi selalu memberikan keuntungan yang lebih. Meskipun imbal hasil yang lebih tinggi adalah tujuan utama, banyak faktor yang menentukan keuntungan investasi. Di antaranya tren industri, kondisi ekonomi, serta iklim investasi dalam negeri. Selain soal imbal hasil, mitos lainnya adalah soal instrumen investasi yang tersedia. Ada anggapan bahwa setiap instrumen sama saja. Padahal, setiap jenis instrumen investasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Saham, properti, emas, obligasi, dan reksadana adalah jenis investasi yang lazim ditemui di Indonesia. Masing-masing memiliki manfaat dan imbal hasil maksimal pada waktu yang berbeda pula. Karenanya, sesuaikan dengan tujuan keuangan sebelum membelinya. Sebagai instrumen yang dikelola manajer investasi, reksadana seringkali dicap anti rugi. Padahal, mitos ini tak sepenuhnya benar. Perkembangan dan imbal hasil reksadana tergantung kepada orang yang mengelolanya. Lacak jejak rekam manajer investasi yang mengaturnya paling tidak sejak lima tahun ke belakang. Manajer investasi yang baik tercermin dari performanya dalam mengelola dan mencetak imbal hasil. Reaksi terhadap kondisi pasar investasi pun harus diperhatikan. Tak perlu panik dan terburu-buru menjual investasi ketika harganya merosot. Sebaliknya, perhatikan pergerakannya dengan saksama. Jika memungkinkan, lakukan pembelian kembali atas saham yang harganya sedang turun itu. Jangka waktu dan besarnya modal juga kadang dijadikan patokan imbal hasil sebuah investasi. Nyatanya, tak perlu miliki uang banyak untuk berinvestasi. Contohnya reksadana, hanya dengan Rp 100 ribu, investor sudah bisa berinvestasi. Selain itu, ada pula investasi berupa emas yang bisa dilakukan di Pegadaian. Selalu ingat bahwa kesabaran adalah kunci investasi. Diperlukan jangka waktu tertentu untuk mendapatkan imbal hasil yang maksimal. Jangan lupa untuk selalu mencari informasi dan mempelajari literatur tentang investasi. Semakin investor mengerti, maka semakin cerdas pula langkah-langkah yang diambilnya dalam berinvestasi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mitos-mitos Investasi yang Bisa Membuat Investor Pemula Gigit Jari", https://biz.kompas.com/read/2017/11/30/165343428/mitos-mitos-investasi-yang-bisa-membuat-investor-pemula-gigit-jari.
Sebagai salah satu instrumen untuk mencapai tujuan keuangan di masa depan, investasi berbeda dengan tabungan konvensional. Proses kerja investasi tak sesederhana menyimpan dana tunai di tabungan. Karena pilihannya yang beragam, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang investasi. Membekali diri dengan pengetahuan tentang investasi beserta instrumen-instrumennya dapat memudahkan calon investor untuk memilih produk yang tepat. Pemilihan produk ini pun harus disesuaikan dengan tujuan keuangan masing-masing. Sayangnya, banyak investor pemula yang salah memahami investasi sehingga seringkali merasa kecewa dengan imbal hasil yang tak sesuai harapan. Berbagai mitos tentang investasi ini menimbulkan kesalahpahaman, terutama bagi calon investor. Salah satu mitos yang paling sering didengar adalah investasi selalu memberikan keuntungan yang lebih. Meskipun imbal hasil yang lebih tinggi adalah tujuan utama, banyak faktor yang menentukan keuntungan investasi. Di antaranya tren industri, kondisi ekonomi, serta iklim investasi dalam negeri. Selain soal imbal hasil, mitos lainnya adalah soal instrumen investasi yang tersedia. Ada anggapan bahwa setiap instrumen sama saja. Padahal, setiap jenis instrumen investasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Saham, properti, emas, obligasi, dan reksadana adalah jenis investasi yang lazim ditemui di Indonesia. Masing-masing memiliki manfaat dan imbal hasil maksimal pada waktu yang berbeda pula. Karenanya, sesuaikan dengan tujuan keuangan sebelum membelinya. Sebagai instrumen yang dikelola manajer investasi, reksadana seringkali dicap anti rugi. Padahal, mitos ini tak sepenuhnya benar. Perkembangan dan imbal hasil reksadana tergantung kepada orang yang mengelolanya. Lacak jejak rekam manajer investasi yang mengaturnya paling tidak sejak lima tahun ke belakang. Manajer investasi yang baik tercermin dari performanya dalam mengelola dan mencetak imbal hasil. Reaksi terhadap kondisi pasar investasi pun harus diperhatikan. Tak perlu panik dan terburu-buru menjual investasi ketika harganya merosot. Sebaliknya, perhatikan pergerakannya dengan saksama. Jika memungkinkan, lakukan pembelian kembali atas saham yang harganya sedang turun itu. Jangka waktu dan besarnya modal juga kadang dijadikan patokan imbal hasil sebuah investasi. Nyatanya, tak perlu miliki uang banyak untuk berinvestasi. Contohnya reksadana, hanya dengan Rp 100 ribu, investor sudah bisa berinvestasi. Selain itu, ada pula investasi berupa emas yang bisa dilakukan di Pegadaian. Selalu ingat bahwa kesabaran adalah kunci investasi. Diperlukan jangka waktu tertentu untuk mendapatkan imbal hasil yang maksimal. Jangan lupa untuk selalu mencari informasi dan mempelajari literatur tentang investasi. Semakin investor mengerti, maka semakin cerdas pula langkah-langkah yang diambilnya dalam berinvestasi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mitos-mitos Investasi yang Bisa Membuat Investor Pemula Gigit Jari", https://biz.kompas.com/read/2017/11/30/165343428/mitos-mitos-investasi-yang-bisa-membuat-investor-pemula-gigit-jari.

Investasi Jangka Panjang

Menanamkan dana untuk investasi merupakan pilihan yang tepat untuk masa depan. Pilihan investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan...