Tampilkan postingan dengan label tren hidup produktif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tren hidup produktif. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Februari 2019

Buat Millennials, Ini 5 Cara Bijak Mengelola Keuangan di Usia 20-an

Dengan adanya pemasukan sendiri di usia muda tentunya kamu butuh sistem pengelolaan yang baik. Agar kamu gak salah langkah, coba terapkan lima cara bijak mengelola uang di bawah ini guys!

1. Berinvestasi

Di zaman serba canggih seperti ini kita punya banyak plihan untuk berinvestasi. Jika kamu merasa kurang percaya diri dan takut mencoba investasi yang butuh modal dan keseriusan tinggi, maka kamu bisa coba perhiasan sebagai alternatifnya. Misalnya seperti emas, mengingat perkembangan harga emas akan selalu meningkat setiap tahunnya.

2. Mulai menabung

Selain berinvestasi menabung juga gak kalah penting lho dari pengelolaan uang di usia muda. Kamu bisa secara bebas menentukan jumlah uang yang ditabung dan juga bisa mengambilnya saat keadaan darurat. Untuk menabung kalian juga gak perlu butuh uang yang banyak, cukup sisihkan sedikit gaji kurang lebih 10-20 persen setiap bulannya.

3. Memiliki asuransi jiwa

Di tengah pesatnya inovasi dalam berbagai gaya hidup, kita juga gak boleh lengah dan terlalu menikmatinya. Karena jika begitu penyakit berbahaya bisa menghantui sebab banyak makanan tak sehat di zaman sekarang. Terlebih lagi kecelakaan kian hari selalu membayangi ketika kamu sibuk bermain gadget.
Dari kondisi ini kita sudah bisa paham betul kan bagaimana pentingnya peran jaminan keselamatan? Nah, biar kamu gak terbebani untuk mengeluarkan biaya yang besar ketika ada sesuatu yang tidak terduga coba ikut program asuransi jiwa guys!

4. Bersedekah dan bagi pada sesama

Meskipun efek yang akan kamu dapat gak langsung terasa, namun manfaat berbagi selagi kita memiliki rezeki itu penting banget lho.
Karena sudah waktunya kamu membiasakan diri untuk memikirkan orang lain, toh rezeki yang kamu berikan akan kembali meskipun dalam bentuk yang berbeda kan? Kamu akan jadi seorang yang bermanfaat dan punya 'kekayaan' dalam bentuk yang lebih berarti dari sekedar harta.

5. Menerapkan pola hidup minimalis

Nah, bagi kamu yang selalu up to date terhadap perkembangan zaman pasti udah gak asing sama istilah yang satu ini. Pola hidup minimalis kini sedang digemari dan dicoba para millennials.
Pola hidup minimalis memiliki definisi sebagai suatu aturan hidup yang hanya membolehkan kita membeli barang yang penting dalam jumlah sedikit, bahkan hanya satu dalam setiap jenisnya namun memiliki kualitas.
Jadi bisa disimpulkan kalau pola hidup ini membuat memaksimalkan efektifitas suatu barang dan membuat kita hidup lebih hemat.
Saat kamu ingin memiliki kehidupan yang baik, maka pengelolaan keuangan itu penting banget buat diperhatikan. Kalau susah untuk memulainya, coba terapkan 5 cara di atas tadi deh!

Verified Writer Keenanthy
Member IDN Times Community

Disadur dari

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, #gayahidup #stopkonsumerisme #investasicerdas #lawankonsumerisme, tren hidup produktif, #sccaparkost

Selasa, 08 Mei 2018

Masyarakat Diminta Ubah Pola Pikir dari Konsumtif ke Produktif


Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap masyarakat mulai mengubah pola pikirnya dari konsumtif secara perlahan menjadi produktif. Dengan mengubah pola pikir ini, diharapkan bisa mendorong produktivitas masyarakat untuk menabung.

"Salah satu hambatan untuk meningkatkan produktivitas menabung dan investasi, yaitu masih belum ratanya pemahaman di masyarakat terkait pentingnya menabung dan investasi. Apalagi masyarakat yang pola hidupnya konsumtif. Mereka susah diberi pemahaman terkait menabung dan investasi," ujar Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Agus Sugiarto di Jakarta, Senin (7/11/2016).



Agus mengatakan OJK terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dalam hal menabung dan investasi.

Adapun beberapa langkahnya, yaitu pertama, memperbanyak menggelar kampanye baik melalui edukasi, pemasangan iklan dengan menggunakan media promosi lembaga jasa keuangan, perbankan dan asuransi.

"Kedua, mengembangkan kegiatan keuangan yang menjadi target pasar yang masif, seperti menabung saham seratus ribu dan menabung Reksadana seratus ribu. Dan yang terkait dengan bank, yaitu Simpel dan Tabungan Emas," ucap Agus.

"Kita memulai dari produk-produk yang gampang dulu, murah dan masif bagi masyarakat," dia menambahkan.

Sementara langkah ketiga, kata dia, melakukan kolaborasi dengan semua pihak. Mulai dari jasa keuangan, organisasi, LSM.

"Siapa pun yang ingin bekerja sama untuk meningkatkan masyarakat agar ingin menabung, kita siap kerja sama," ujar dia.

Pihaknya juga menyebutkan terkait dengan regulasi yang mendukung untuk meningkatkan tabungan dan investasi masyarakat terdapat di Peraturan Presiden (Perpes) No 82 Tahun 2016 Tentang Standar Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).

Peraturan tersebut akan diberlakukan secara umum bagi industri jasa keuangan dan ini juga menjadi alat untuk mewajibkan industri jasa keuangan melakukan program-programnya.

Ia juga meminta peran aktif lembaga terkait untuk bersinergi satu dengan yang lainnya untuk mewujudkan semua ini.

"Ini bisa dibagi menjadi dua pendekatan. Pertama, top-down (dari atas bawah) dan kedua dari bottom-up. Sementara untuk dari top-down, misalnya pemerintah, Bank Indonesia, OJK, dan kementerian terkait, misalnya Kementerian Agama, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Kementerian Pendidikan serta lainnya," dia menjelaskan.

"Mereka bisa saling bahu-membahu karena seluruh masyarakat di Indonesia ini di seluruh lapisan yang berada di bawah kementerian-kementerian itu memang ada unsur menabungnya," katanya.

Dia mencontohkan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, ketika dikaitkan kegiatan sepak bola. Misalnya, pemain sepak bola diwajibkan menabung, supaya pemain sepak bola bisa berkompetisi di ajang internasional.

Sementara pendekatan bottom-up, yaitu dari bawah, pihaknya mendorong perusahaan, baik Reksadana dan asuransi, bahwa menabung itu penting dan perlu. "Selain itu juga kepada kelompok-kelompok masyarakat baik itu arisan dan koperasi," dia menjelaskan. (Nrm/Ndw)


Rabu, 25 April 2018

Alasan Generasi Milenial Lebih Konsumtif

Alasan Generasi Milenial Lebih Konsumtif

CNNIndonesia, CNN Indonesia | Kamis, 19/04/2018 19:34 WIB


Jakarta, CNN Indonesia -- Generasi milenial kerap dinilai sebagai generasi yang kreatif dan berani mengambil resiko. Mereka memiliki banyak ide-ide menarik dan memiliki karakter yang sangat produktif.

Namun di sisi lain, mereka juga sangat konsumtif. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh budaya digital dan penggunaan internet, menurut pengamat digital lifestyle Ben Soebiakto.

Menurutnya, internet telah mengambil peran yang sangat siginifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Penetrasi internet di Indonesia telah melampaui angka 50 persen dari total penduduk, menurut survei APJII pada 2018.


Dari total 262 juta jiwa, sebanyak 143,26 orang diperkirakan telah menggunakan internet. Menurut Ben, dari seluruh pengguna internet tersebut, sekitar 49 persen berasal dari kalangan generasi milenial.


"Internet sudah sangat melekat dalam kehidupan [generasi milenial], bukan cuma untuk komunikasi atau mengonsumsi konten tapi juga melaukan transaksi," ujar Ben di The Pallas, Jakarta Selatan, pada Rabu (18/4).

Menurut Ben, generasi milenial hari ini menggunakan internet untuk melakukan segala jenis transaksi, dari transportasi, membeli makanan, jalan-jalan, hingga berbelanja pakaian dan kebutuhan sehari-hari.

Hal ini memiliki dampak positif dan negatif tersendiri. Dampak positifnya adalah pergerakan generasi milenial menjadi sangat cepat, karena bertransaksi lewat internet menghilangkan berbagai hambatan dan limitasi yang muncul ketika bertransaksi secara fisik.

Misalnya, mereka tidak perlu menghabiskan waktu dan usaha banyak hanya untuk melihat-lihat barang di toko. Selain itu, internet juga memberikan akses terhadap pasar yang lebih luas.

Namun di sisi lain, budaya digital dan penggunaan internet untuk transaksi ini telah membuat generasi milenial sangat konsumtif. Hal ini juga didukung oleh beberapa faktor, jelas Ben.


Dipengaruhi 'influencer'


Faktor yang pertama adalah peer pressure dari komunitas atau lingkaran pertemanan. Seorang anak milenial akan merasa tertekan untuk ikut membeli barang-barang tertentu jika teman-teman di dalam komunitasnya juga menggunakan atau memiliki barang tersebut.

"Namanya anak muda, kalau satu pertemanan sudah pakai, mereka akan ikuti semua," kata Ben.

Yang kedua adalah pengaruh dari influencer di media sosial. Kebanyakan anak milenial memiliki seorang influencer yang ia ikuti di media sosial, tergantung pada kegemaran dan ketertarikannya masing-masing.

Influencer yang memproduksi konten dan memiliki jumlah pengikut yang banyak tersebut juga biasanya sering bekerja sama dengan berbagai label untuk mempromosikan produk mereka (endorsement).

Ketika seorang anak milenial melihat influencer idolanya menggunakan atau memiliki suatu barang, ia pun akan terdorong untuk ikut membelinya. Menurut Ben, endorsement lewat influencer media sosial ini bahkan merupakan cara pemasaran produk yang lebih efektif bagi generasi milenial, dibandingkan memasang iklan di televisi.

"Bukan lagi masalah iklan TV, tapi influencer ngomong apa lebih berpengaruh kepada [generasi milenial]," kata Ben.

Dari beberapa kategori generasi milenial, Ben menyebut bahwa kategori yang paling konsumtif adalah generasi milenial yang merupakan first jobbers, yakni orang-orang yang saat ini berusia di awal 20-an dan baru memiliki pekerjaan untuk pertama kalinya.

Hal ini disebabkan mereka baru saja mulai mendapat pendapatan sendiri, dan masih bisa menggunakan seluruh pendapatan tersebut untuk dirinya sendiri.

First jobbers dinilai lebih konsumtif dibandingkan generasi milenial yang telah berusia lebih dari 30 tahun. Kategori generasi milenial yang lebih tua ini biasanya sudah menikah, dan sudah mulai melakukan pengeluaran yang lebih terencana karena memiliki keluarga. (ast/rah)

Investasi Jangka Panjang

Menanamkan dana untuk investasi merupakan pilihan yang tepat untuk masa depan. Pilihan investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan...