Tampilkan postingan dengan label #GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Juli 2019

6 Hal yang Tunjukkan Jika Anda tidak Ingin Melunasi Utang

Memiliki utang tentu terasa kurang nyaman, apalagi jika jumlahnya terbilang cukup besar. Utang menjadi beban di dalam keuangan dan bisa saja membuat kondisi keuangan menjadi memburuk, sehingga sangat penting untuk segera melunasinya. 

Namun pada kenyataannya, sebagian orang justru terlihat “menikmati” saja kondisi keuangan mereka yang memiliki sejumlah utang, tanpa merasa terganggu dengan keberadaan utang-utang tersebut. 

Artinya, mereka menolak untuk melunasi utang yang mereka miliki, meskipun kondisi keuangan sudah memungkinkan untuk melunasinya. 

Lalu, bagaimana dengan Anda sendiri, apakah Anda juga termasuk orang yang menolak untuk melunasi utang Anda? Tidak harus selalu menolak dengan cara yang keras, Anda bisa saja menolak melunasi utang di luar kesadaran. Hal ini tentu berkaitan dengan sikap dan juga berbagai keputusan yang diambil di dalam keuangan. 

Namun apapun penyebab Anda menolak melunasi utang, hal ini tentu akan berdampak buruk bagi keuangan. Semakin lama melunasi utang, maka akan semakin besar jumlah utang yang Anda miliki. Hindari kondisi seperti ini, sebab sangat beresiko bagi keuangan.

Kenali beberapa tindakan berikut ini, yang menunjukkan jika Anda termasuk orang yang menolak melunasi utang:

1. Tidak Membuat Anggaran Keuangan

membuat anggaran
Anggaran keuangan akan menjadi petunjuk kondisi keuangan yang sebenarnya. Anggaran ini akan memuat berbagai pemasukan dan juga pengeluaran yang Anda lakukan sepanjang bulan, termasuk berbagai utang yang Anda miliki. Sangat penting untuk memiliki anggaran keuangan bulanan, sehingga bisa memantau kemampuan keuangan dan juga kebutuhan yang harus dipenuhi setiap bulannya.

Bukan hanya itu saja, anggaran keuangan juga akan memungkinkan Anda menghemat pengeluaran dan mengalokasikan sejumlah dana sebagai pelunasan utang. Namun jika tidak pernah membuat anggaran keuangan ini, maka Anda juga sudah terlihat tidak memiliki niat untuk melakukan pelunasan utang yang dimiliki.

2. Menumpuk Tagihan tanpa Melakukan Pembayaran

menumpuk utang
Berbagai pengeluaran tentu akan timbul di dalam keuangan, bahkan sejumlah tagihan (baik itu tagihan tetap bulanan maupun tagihan berkala). Idealnya Anda sudah memperhitungkan berbagai tagihan dan memiliki dana yang bisa dialokasikan untuk membayarnya, sehingga tagihan ini tidak menjadi masalah di dalam keuangan. 

Namun jika ternyata Anda hanya menumpuk saja tagihan tanpa pernah melakukan pembayaran, maka hal ini sama saja dengan menolak membayar utang. Seiring dengan berlalunya waktu, tagihan ini akan menggunung dan menjadi masalah besar di dalam keuangan.

3. Berutang untuk Membayar Utang

berutang untuk membayar utang 

Anda berniat untuk membayar utang, namun dengan cara mengajukan sejumlah utang yang baru. Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, namun berisiko membawa Anda kepada sejumlah utang yang lebih besar. Mengajukan pinjaman untuk melunasi utang bukanlah keputusan yang tepat, apalagi jika utang yang baru juga dikenakan sejumlah bunga yang cukup besar. 

Bukannya melunasi utang, keputusan keuangan yang salah seperti ini akan membawa Anda ke dalam masalah utang yang baru. Bukannya melunasi utang, justru memulai utang yang baru di dalam keuangan. 

4. Memilih Belanja daripada Membayar Utang

memilih belanja daripada membayar utang 

Belanja memang menjadi aktivitas yang menyenangkan, namun tidak ketika memiliki sejumlah utang. Membeli berbagai barang di saat masih berutang bukanlah keputusan yang tepat, apalagi jika Anda hanya belanja berbagai barang yang tidak benar-benar penting dan dibutuhkan. 

Bukan hanya menjadi pemborosan, aktifitas belanja seperti ini juga beresiko menambah utang menjadi lebih besar, jika ternyata menggunakan kartu kredit untuk membayarkannya. Anda akan menumpuk utang dan berisiko menambah sejumlah utang yang baru di dalam keuangan.

5. Menunggu dan Mengharapkan Keberuntungan

menunggu mendapatkan keberuntungan 

Jika Anda menunggu THR atau bonus tahunan yang sudah pasti turun dalam waktu dekat untuk melunasi utang, maka hal ini tentu masih bisa diandalkan. Anda mungkin bisa melunasi utang, bila dana tersebut benar-benar dialokasikan untuk kepentingan tersebut. 

Namun jika Anda hanya mengharapkan keberuntungan yang datang entah dari mana untuk melunasi utang ini, maka hal tersebut tentu sangat tidak masuk akal. utang tidak akan berkurang, apalagi menjadi lunas.

6. Selalu Melakukan Pembayaran Minimun 


pembayaran minimum 

Kartu kredit menerapkan jumlah bunga yang terbilangs angat besar, itulah mengapa sangat penting untuk selalu melunasi tagihan dengan penuh. Jika selalu melakukan pembayaran minimun saja untuk tagihan kartu kredit, maka Anda sedang menumpuk utang menjadi lebih besar. Alih-alih melunasi, sikap seperti ini akan membuat utang Anda bertambah besar setiap bulannya.


Lunasi untuk Kondisi Keuangan yang Lebih Baik

Menolak membayar utang bukanlah keputusan yang tepat, sebab hal ini beresiko menimbulkan berbagai masalah di dalam keuangan. Lakukan pelunasan terhadap utang, sehingga kondisi keuangan menjadi lebih lancar.

Bukan hanya itu saja, Anda juga akan memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menikmati hidup yang nyaman dengan kondisi keuangan yang lebih baik kedepannya.


#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Senin, 08 Juli 2019

Bitcoin: Judi atau Investasi? Ini Pendapat Warren Buffet

Investasi kini semakin banyak jenisnya. Saat ini ada pula investasi uang kripto. Namun, tak semua orang senang dan setuju dengan investasi tersebut. Salah satunya adalah Warren Buffett yang kontra terhadap investasi uang kripto.

Orang yang dijuluki bapak investor dunia ini selalu memperingatkan bahayanya investasi mata uang kripto, seperti Bitcoin. Ia menyebut membeli uang kripto seperti Bitcoin bukanlah investasi melainkan tindakan spekulatif atau untung-untungan semata.

Secara implisit, Buffett pun menyarankan untuk membeli rumah atau peternakan saja bila ingin berinvestasi, karena hasilnya lebih jelas.

"Bila kamu membeli sebuah peternakan, sebuah rumah apartemen, atau sebuah interest dalam bisnis, kamu bisa melakukannya secara pribadi. Dan itu adalah investasi yang benar-benar sempurna. Kamu bisa melihat sendiri bagaimana investasi itu membuatmu untung," ucap Buffett seperti yang dikutip dari Yahoo!.

Sedangkan pendapat Buffett terhadap investasi kripto, “Sekarang bila kamu beli sesuatu seperti bitcoin atau mata uang kripto, maka kamu tidak memiliki apapun yang bisa menghasilkan. Kamu hanya berharap orang lain mau membayar lebih," ujarnya.

Usai itu, Buffett pun menyebut membeli Bitcoin lebih mirip seperti berjudi, dan bukan investasi.




#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Selasa, 21 Mei 2019

9 Kalimat Sakti Warren Buffet yang Dijadikan Acuan Para Investor Bursa Saham

Dari sekian banyak kutipan terkenal Buffett, sebagian besar di antaranya sebenarnya bukan khusus dilontarkan sebagai kata-kata sakti.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh Buffett itu diungkapkan sebagai bagian laporan kepada para pemegang saham Berkshire Hathaway.

WARTA KOTA, PALMERAH--- Investor kakap, Warren Buffett menjadi inspirasi investor bursa saham.

Segala nasehat dan ucapannya seolah menjadi kalimat yang patut diikuti.
Dari sekian banyak kutipan terkenal Warren, sebagian besar di antaranya sebenarnya bukan khusus dilontarkan sebagai kalimat sakti.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh Buffett itu diungkapkan sebagai bagian laporan kepada para pemegang saham Berkshire Hathaway, perusahaan investasi yang dia kendalikan.

Namun demikian, ternyata, pesan-pesan Warren telah menginspirasi banyak orang; tidak hanya terbatas pada para pemegang saham Berkshire.

Berikut ini sebagian kutipan Warren Buffett yang menjadi pegangan berinvestasi saham sepanjang masa.
1. "Mencoba merasa takut saat yang lain tamak, dan menjadi tamak saat orang lain takut."
(Buffett, 2004, dalam surat pimpinan Berkshire Hathaway dalam laporan keuangan tahunan)

Kemungkinan, ini merupakan kutipan paling terkenal dari Buffett-ism.
Kutipan ini merupakan kata lain dari quote investasi yang paling populer, "Beli saat rendah, jual saat tinggi."

Investor bisa menjalankan nasehat ini hanya jika memiliki modal mentalitas yang kuat.
Untuk menaati petuah ini, seseorang harus berani berbeda dari kebanyakan orang yang secara psikologis cenderung melakukan hal yang dilakukan orang banyak.

Namun, menjadi orang yang berbeda bisa jadi sangat mencolok.

Sebagai contoh, saat peristiwa tertentu membuat investor hengkang dari market, Anda harus menggunakan kesempatan tersebut untuk membeli saham-saham berkualitas yang tengah terdiskon.

2. "Baik investor besar maupun kecil harus tetap dengan indeks dana berbiaya rendah."
(Buffett, 2016, dalam surat pimpinan Berkshire Hathaway dalam laporan keuangan tahunan)
Buffett bisa jadi merupakan pemilih saham yang terbaik
 
Jika sulit mengalahkan market, mengapa tidak menyamainya saja? Kira-kira begitu nalar di baliknya.

Nah, cara termudah bagi "investor yang tidak tahu apa-apa" adalah dengan menanamkan modalnya pada reksadana-reksadana berbasis indeks yang bergerak mengikuti pasar, serta biasanya berbiaya murah bahkan gratis.

Dia sangat yakin pada pendekatan ini sehingga pernah bertaruh uang US$ 1 juta bahwa indeks semacam ini mampu mengalahkan kinerja hedge fund kelas kakap.
 
3. "Investor masa kini tidak mengambil keuntungan dari pertumbuhan kemarin." (Buffett, The Security I Like Best, December 6, 1951)
Nasehat lama ini mengingatkan kita bahwa performa masa lalu bukanlah jaminan atas hasil masa depan.

Sehingga, kita tidak bisa selalu yakin bahwa hasil investasi yang baik akan terus berlangsung.
Sebaliknya, kita perlu melihat masa depan.

Pastikan setiap investasi yang kita inginkan memiliki prospek baik dan dapat membantu mencapai tujuan.

4. "Investasi terfavorit kami adalah yang berlaku selamanya."

(Buffett, 1988, dalam surat pimpinan Berkshire Hathaway dalam laporan keuangan tahunan)
Berbicara mengenai investasi jangka panjang, tentu Buffett tidak selalu mengharapkan seseorang memegang investasi untuk selamanya.

"Poin utamanya adalah Anda harus membeli sebuah perusahaan karena memang Anda menginginkannya, bukan karena ingin sahamnya terus melonjak," kata Buffett saat diwawancara majalah Forbes pada tahun 1974.

Itu artinya, jika Anda ingin mencoba berinvestasi di saham individual, Anda harus mencari bisnis yang diyakini akan baik dan menguntungkan untuk jangka panjang.

Maka, Anda harus menjualnya saat membutuhkan dana, bukan karena sudah saatnya membongkar barang-barang tak berguna.

5. "Apapun bisa terjadi di market...para analis market akan terus mengisi kuping Anda, tapi tidak pernah dompet Anda."

(Buffett, 2014, dalam surat pimpinan Berkshire Hathaway dalam laporan keuangan tahunan)
Dengarkan kata Warren, abaikan suara-suara lainnya -khususnya saat kita memiliki banyak sumber informasi.

Selain itu, setiap kejadian sekecil apapun berkemungkinan menjadi headline dan menggerakkan market setidaknya untuk jangka pendek.

Jangan biarkan hal apapun mengubah strategi investasi jangka panjang Anda.
Selama Anda percaya dengan strategi dan portofolio, Anda harus tetap menjalankannya apapun yang terjadi.

6. "Seseorang duduk di tempat teduh saat ini karena dia menanam pohon sejak lama."

Pelajaran yang bisa dipetik di sini adalah seseorang harus berpikir ke depan saat bicara soal personal finance, apakah itu investasi, menabung, atau belanja.

Saat Anda memutuskan apakah akan menyisihkan sebagian dana untuk kondisi darurat, pikirkan mengenai kondisi darurat finansial yang terjadi dan bagaimana mudahnya hidup Anda jika memiliki cukup tabungan yang sudah disisihkan.

Sebagian orang bisa menjadi kaya dengan berinvestasi.

Dan mayoritas orang yang mencoba, berakhir dengan kebangkrutan.

Arah yang jelas untuk menuju kemakmuran yang diambil Buffett adalah membangun portofolio Anda selangkah demi selangkah dalam satu waktu.
Tetap dengan fokus Anda untuk jangka panjang.
 
7. "Economic moat"
Buffett menemukan istilah baru ini, yang secara harafiah berarti parit perlindungan ekonomi.
Tapi yang dimaksud Buffett adalah perusahaan yang punya keunggulan kompetitif.

Perusahaan bertipe economic moat dapat melindungi bisnisnya dari kompetitor karena ia punya kelebihan tersendiri.

Kelebihan ini bisa berupa merek yang kuat, paten, atau posisi geografis.
Memakai prinsip ini, Buffett membeli McDonalds, Coca Cola, dan P&G.

8. "Membeli saham sama dengan membeli bisnis"

Jika sebuah bisnis berkinerja bagus, harga sahamnya akan mengikuti.
Bagaimana mengetahui bisnis yang bagus? Pertama-tama, Anda harus mengerjakan PR, yaitu riset fundamental perusahaan tersebut. Sebab, bagi Buffett, syarat mutlak berinvestasi adalah mengerti bisnisnya dulu.

Ia berulang kali menolak berinvestasi di berbagai saham teknologi murah karena mengaku tak kenal bisnisnya.

"Risiko datang ketika Anda tidak tahu apa yang Anda lakukan," tuturnya.
Karena itu, Buffett juga menyarankan untuk memastikan kekuatan manajemen perusahaan itu.
Menurut buku `The Warren Buffett Way', ia punya tiga pertanyaan menyangkut manajemen sebuah perusahaan.

Apakah mereka rasional? Apakah mereka mengakui kesalahan? Apakah mereka bisa menahan tuntutan institusi? Buffett tak suka manajemen yang hanya mengikuti arus dan mengkopi kompetitor.

9. "Beli perusahaan yang menguntungkan"

Buffett lebih suka berinvestasi pada perusahaan yang membukukan keuntungan dengan konsisten.
Artinya, dalam jangka panjang misalnya 10 tahun, perusahaan itu konsisten meraup keuntungan.

Ia mengukur tingkat keuntungan perusahaan misalnya dengan melihat return on equity (ROE), return on invested capital (ROIC), dan margin laba perusahaan, lalu membandingkannya dengan perusahaan kompetitor atau industri.

Tapi, hati-hati, kadang perusahaan dengan ROE tinggi memiliki utang yang besar pula.
Buffett sangat menghindari perusahaan semacam ini.

Ia pernah bilang, "Jika Anda berada di kapal yang bocor kronis, energi untuk mengganti kapal bakal lebih produktif ketimbang energi untuk menambal kebocoran."

Editor: Aloysius Sunu D

Disadur dari

 #GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Jumat, 12 April 2019

Mengapa Pelaku Korupsi di Indonesia Banyak yang ‘Berkulit Badak?

Mulai tahun ini, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menerapkan metode lebih keras bagi terduga tindak pidana korupsi, yaitu dengan cara diborgol, usai diperiksa di gedung KPK, setelah sebelumnya hanya rompi oranye. Pesimisme publik langsung muncul, berdasar pertanyaan, seberapa jauh penerapan borgol bakal memberi efek jera.

Pesimisme publik cukup beralasan, karena tindakan korupsi sudah demikian masif, dan dilakukan secara berkelompok.  Sebuah tindakan pidana atau kesalahan bila dilakukan secara berkelompok, maka secara alamiah akan mengurangi (bahkan menghilangkan) rasa malu bagi segenap pelakunya

Seperti saat kita masih remaja dulu, ketika suatu saat berbuat kesalahan di sekolah. Bila kita dihukum sendirian, tentu akan terbit rasa malu.  Namun bila hukuman dijatuhkan secara berkelompok, semisal satu kelas "dijemur” di halaman sekolah, bagi sebagian siswa hukuman  itu seperti dianggap main-main, biasanya ada segelintir  siswa yang  sempat cengar-cengir.

Mirip dengan yang acapkali kita saksikan di layar kaca, bila koruptor usai diperiksa KPK, mereka juga cengar-cengir, bahkan terkadang memberi salam jempol, mungkin sebagai cara sekadar meredakan rasa malu mereka.

Krisis keteladanan

Salah satu problem melawan  perilaku korupsi, adalah soal ketiadaan figur panutan.  Bagi generasi milenial, atau biasa disebut Generasi Y (mereka yang lahir mulai 1980-an), model rujukan menjadi penting. Generasi Y ini dikenal kritis, dan akrab dengan media sosial, sehingga opini apa pun yang tidak sesuai dengan aspirasi mereka akan dilempar ke media sosial.

Gerakan melawan  korupsi, tanpa model atau panutan konkret, dikhawatirkan hanya akan ramai di media sosial, dan menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu. Kiranya beberapa figur berikut bisa dijadikan pertimbangan, meski baru sebatas figur militer.

Tiga figur dimaksud adalah Kolonel Zulkifli Lubis, Mayjen Mung Parhadimulyo dan Mayjen Soerjosoerarso. Mereka adalah perwira yang tetap kuat hidup bersahaja, di tengah gaya hidup hedonis para jenderal di masa Orde Baru. Gaya hidup hedonis yang dulu diperagakan para jenderal kroni Soeharto, masih meninggalkan jejaknya hingga sekarang.

Bila Jakarta hari ini, dipenuhi oleh elite politik dan para pengusaha yang lebih sibuk memamerkan kekayaannya, di akun media sosial mereka, tanpa rasa empati sedikit pun pada nasib rakyat, fenomena itu adalah bagian dari gaya hidup yang sudah dimulai sejumlah jenderal di masa Orde Baru dulu.

Pertama adalah Kolonel Zulkifli Lubis, yanglebih  dikenal sebagai sebagai Bapak Intelijen Indonesia. Prinsip Lubis sebagai intelijen sejati juga diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Prinsip hidup dimaksud adalah, bagi orang yang ditugaskan di bidang intelijen, harus berani menjalani hidup seolah"bayangan”. Maksudnya adalah, berani untuk menjauhi hasrat ragawi, seperti harta dan jabatan. Sebagaimana bayangan, yang lepas dari raga.

Nama berikutnya adalah Mayjen Soerjosoerarso. Beliau adalah Komandan Pussenkav (Pusat Kesenjataan Kavaleri) yang pertama, juga Gubernur AMN Magelang yang pertama. Istri beliau juga figur yang sangat terkenal, yaitu Gusti Nurul, puteri dari Istana Mangkunegaran (Solo), yang paras ayunya masyhur  ke seantero negeri.

Dengan latar belakang seperti itu, pasangan ini tetap hidup sederhana. Bila sekeluarga hendak berpergian jauh, Gusti Nurul memasak sendiri, sebagai bekal di perjalanan. Nasi dan lauk dikemas dalam rantang, kemudian menepi ketika tiba waktu makan siang, jadi tidap perlu ke restoran. Kebiasaan seperti ini jelas tidak terbayangkan, bakal sanggup dilakukan oleh jenderal Orde Baru yang dikenal hedonis, seperti Herman Sarens Sudiro atau Ibnu Sutowo.

Kemudian Mayjen Mung Parhadimulyo, mantan Komandan RPKAD (kini Kopassus). Dalam soal gaya hidup sederhana dan disiplin (keras), Pak Mung  tidak ada tandingannya.

Berapa pun anggaran sisa perjalanan dinas, akan beliau kembalikan  pada kesatuan. Bahkan kabarnya sempat mengembalikan beras pembagian dari markas, karena beratnya dianggap berlebih. Adakah sekarang figur seperti ini?

Kasus bekas kepala korps lalu lintas Polri ini banyak dikutip setelah calon Kapolri Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka. Serupa dengan Gunawan, Irjen Pol. Djoko Susilo yang terjerembab lantaran kasus korupsi proyek simulator ujian surat izin mengemudi itu sempat melawan KPK yang kemudian memicu perang Cicak versus Buaya jilid pertama. Djoko Susilo divonis hukuman penjara selama 18 tahun


Teladan ekstrem: Hoegeng

Di lingkungan  Polri ada nama Jenderal Hoegeng,  Kapolri  era 1970-an, sebagai tokoh legendaris dalam gerakan melawan korupsi. Hoegeng dikenal  sangat   keras   menolak  bingkisan  dari  mitra,   yang   sekarang diistilahkan sebagai   gratifikasi.

Bila memakai ukuran   sekarang,  bisa  jadi  apa   yang  dilakukan Hoegeng  (menolak gratifikasi)  jelas sulit dijalankan. Dalam  situasi  serba konsumtif seperti  sekarang,  gratifikasi  justru  diharapkan,  bukankah tidak  baik menolak  rezeki, seperti  kata orang-orang   tua  dahulu.

Justru gratifikasi adalah salah satu sumber pemasukan pejabat, selain fee proyek. Bila diukur dengan situasi sekarang, orang yang berperilaku seperti Hoegeng bisa dianggap "setengah dewa”. Maksudnya,  akan sulit ditiru manusia normal seperti kita-kita ini.

Sesuatu yang ironis terjadi, perwira-perwira yang berani hidup sederhana dan idealis, biasanya justru terpinggirkan posisinya, seperti nama-nama tersebut di atas. Itu sebabnya gagasan Presiden Jokowi tentang revolusi mental menjadi relevan, bagaimana membentuk manusia Indonesia untuk berani hidup sederhana.

Cina dikenal sebagai salah satu negara yang paling keras dalam menindak pelaku korupsi. Mereka yang terbukti merugikan negara lebih dari 100.000 yuan atau setara 215 juta rupiah akan dihukum mati. Salah satunya Liu Zhijun, mantan Menteri Perkeretaapian China ini terbukti korupsi dan dihukum mati. Vonis ini marak diberlakukan semenjak Xi Jinping menjabat sebagai presiden negeri tirai bambu tersebut


Momentum  BPIP

Korupsi seolah  seperti  candu, terlebih bila tidak  kepergok  atasan atau pihak   berwajib.  Bila  sudah pernah merasakan nikmatnya  dan mudahnya  melakukan manipulasi  finansial, seseorang  akan terdorong untuk melakukan  kembali. Gaya hidup hedonis  masyarakat  kita  turut memicu maraknya tindak korupsi.

Dalam mengatur perilaku korupsi, selain KPK, sebenarnya lembaga negara seperti Badan  Pembinaan   Ideologi  Pancasila (BPIP), bisa diberi ruang. Wewenang KPK ada pada penindakan, sementara BPIP mengatur kode etik perilaku, mencegah warga agar tidak melakukan korupsi.

Sebagai lembaga yang diberi wewenang mengelola dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila, tentu pimpinan BPIP sudah paham, bahwa masalah terbesar bangsa ini adalah korupsi, sebuah bentuk pengkhianatan terhadap asas Pancasila. Namun alih-alih segera menyiapkan kode etik perilaku anti-korupsi, BPIP justru lebih sibuk dengan nominal kompensasi bagi unsur pimpinannya, yang sama sekali tidak ada korelasinya dengan tugas pokok BPIP.

Demikian pula yang terjadi pada awal Januari lalu, ketika BPIP bersepakat dengan Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (Adkasi), dalam upaya sosialisai nilai-nilai Pancasila di penjuru Tanah Air. Sebagai tindak lanjutnya, BPIP berencana memberikan kursus tentang nilai-nilai Pancasila, untuk tahap pertama kepada anggota dewan di 100 kabupaten.

Ketika melakukan MOU dengan asosiasi anggota dewan, mungkin orang akan bertanya-tanya, apakah BPIP sedang mengalami misleading. Mengapa tidak memprioritaskan komunitas atau asosiasi guru TK/SD, sebagai mitra dalam diseminasi nilai-nilai Pancasila.

Semua orang juga tahu, anggota dewan, baik yang di pusat maupun di daerah, adalah sumber masalah dalam isu korupsi, mengapa justru didekati BPIP. Bukankah mental mereka sudah rusak parah, kiasan yang paling tepat bagi mereka adalah "kulit badak”, lalu adakah yang masih bisa diharapkan dari anggota dewan?

Bandingkan dengan anak-anak kita yang masih usia TK atau SD, mereka adalah generasi harapan masa depan bangsa. Mereka masih hijau, belum kenal istilah manipulasi, fee, tipu-tipu, dan seterusnya. Kiranya BPIP bisa lebih selektif dalam memilih mitra. Bila tidak, nasibnya akan seperti beberapa lembaga yang lain, yang kurang jelas manfaatnya, hingga akhirnya secara perlahan dilupakan masyarakat.

Penulis:

Aris Santoso, sejak lama dikenal sebagai pengamat militer, khususnya TNI AD. Kini bekerja sebagai editor buku paruh waktu.

#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Investasi Jangka Panjang

Menanamkan dana untuk investasi merupakan pilihan yang tepat untuk masa depan. Pilihan investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan...