Tampilkan postingan dengan label #gayahidup #stopkonsumerisme #investasicerdas #lawankonsumerisme #trendhidup #ubahcarapandang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #gayahidup #stopkonsumerisme #investasicerdas #lawankonsumerisme #trendhidup #ubahcarapandang. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Agustus 2019

5 Strategi Agar Tetap Happy di Tanggal Tua

"Nanti, ya, tunggu gajian." Itulah jawaban andalan Anda saat seorang teman menagih utang. 

Maklum, saat memasuki pertengahan bulan, isi rekening Anda hampir terkuras habis. Akibatnya, beberapa kebutuhan harus menunggu waktu gajian tiba. 

 Agar hidup Anda tidak terus-menerus bergantung pada gaji bulanan, coba lakukan strategi berikut.

1. Jangan hanya menabung
Sudah tahu, kan, kalau kenaikan inflasi jauh lebih tinggi dibandingkan bunga tabungan? Jika Anda hanya menabung di bawah Rp1 juta sebulan, hasilnya tabungan Anda hanya tergerus inflasi dan biaya administrasi bank.

Pilih jenis tabungan lain yang bunganya minimal sedikit di atas inflasi, seperti deposito. Apalagi bunga deposito dapat ditransfer ke rekening Anda setiap bulan. Lumayanlah untuk tambahan penghasilan Anda yang bisa dibelikan camilan favorit lebih banyak lagi, he he.

2. Aktifkan aset
Daripada dianggurkan, pikirkan penghasilan yang bisa diraih dari aset Anda. Misalnya, jika tidak setiap hari menggunakan mobil, coba sewakan mobil Anda atau jadi driver taksi online.

Atau, jika Anda memiliki rumah di luar kota, sewakan rumah sebagai penginapan. Bila Anda mempunyai tanah kosong, gunakan untuk membangun rumah kos;jika keuangan Anda belum mencukupi, carilah investor yang mau bekerja sama.

3. Bikin usaha
Bila Anda memiliki tabungan yang lumayan besar, tak ada salahnya memulai usaha, setidaknya dimulailah dari usaha kecil. Kalaupun Anda belum pede atau tak memiliki banyak waktu, cobalah usaha franchise atau jalankan bersama teman yang sudah tepercaya. Walau hanya menanam modal, Anda tetap bisa memetik hasilnya.

4. Jual barang
Jangan biasakan menumpuk barang. Saat Anda ingin belanja barang baru, cek barang lama Anda dan sortir apa yang bisa dijual. Hasil penjualannya itulah yang digunakan untuk membeli barang baru, sehingga Anda tak terlalu banyak mengeluarkan uang.

Misalnya, jika ingin membeli dress baru, sortir dulu beberapa dress lama Anda yang sudah tak terpakai namun masih oke kondisinya lalu jual di situs barang pre-loved.

5. Ubah moda transportasi
Adanya taksi dan ojek online bisa membuat bujet transportasi Anda lebih hemat. Pakai metode pembayaran terpilih, gunakan berbagai promo, juga cara berlangganan.

Di Jakarta, contohnya, moda transportasi makin beragam, dan bisa memangkas bujet Anda. Contohnya teman saya, yang memilih naik busway di saat isi rekening mulai menipis. Bujet hemat, dan bonusnya Anda berolahraga karena harus naik tanggal lima lantai di halte busway, he he....



#GantiGayaHidup #GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #WeCreateAgentOfChange #WCAC #AgenPerubahan

Jumat, 09 Agustus 2019

Syukuri Saja Gaji Kamu, Ini Tips Mengelolanya!

JAKARTA - Banyak pertanyaan soal berapa besaran gaji yang pantas untuk tiap orang. Hal tersebut menjadi perbincangan di kalangan masyarakat saat berbicara mengenai gaji.
Padahal sebenarnya tidak ada jawaban pasti, karena kebutuhan, tujuan, gaya hidup, dan lainnya bagi tiap orang berbeda-beda dan gak bisa disamakan. Berapapun gaji yang didapatkan, harusnya kamu selalu bersyukur dan hiduplah sesuai kemampuan.

Mengutip laman resmi OJK, Jakarta, Selasa (5/8/2019), salah satu penulis buku bernama Kristin Wong mengatakan, jangan memaksakan diri untuk hidup atau bergaya di luar kemampuan demi keren semata. Kalau memang tetap mau hidup atau bergaya seperti itu berarti kamu harus kerja lebih keras, ambil peluang-peluang yang ada.

Di antara ketidakpastian tadi, ada beberapa hal pasti yang bisa Sobat terapkan untuk mengelola gaji berapapun yang Sobat dapatkan. Untuk apa? Tentu saja untuk hidup yang lebih baik dan masa depan sejahtera.
Tidak sedikit orang-orang yang memiliki pendapatan besar malah menghadapi masalah atau kesulitan keuangan. Karena ternyata untuk menciptakan hidup yang lebih baik dan masa depan sejahtera bukan seberapa besar gaji yang kita terima setiap bulan, tapi seberapa mahir kita dalam mengelola keuangan. Berikut tips untuk kelola gaji Anda:

1. Buat anggaran tiap bulan.

Kedengarannya sepele tapi masih banyak lho yang malas melakukannya, padahal ini merupakan langkah jitu agar pengeluaran kita bisa terkendali.

Masih ingat metode 10-20-30-40? Sobat bisa menerapkan metode ini, misalnya 10% dari gaji digunakan untuk biaya kemanusian (seperti zakat dan infak), 20% untuk tabungan, investasi, dan proteksi, 30% digunakan untuk cicilan utang, dan 40% digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan, transport, tempat tinggal, dan lainnya. Angka yang dipakai bisa berbeda-beda disesuaikan lagi dengan kemampuan dan kebutuhan Sobat.

2. Tentukan tujuan keuangan
Apa tujuan Sobat bekerja? Apa tujuan hidup Sobat yang sebenarnya? Atau untuk jangka pendek misalnya, apa tujuan Sobat menyisihkan gaji tiap bulan di tabungan? Sudah bisa menjawabnya?
Tujuan keuangan tiap orang itu berbeda-beda, dengan memiliki tujuan keuangan yang baik dan terkonsep dengan baik Sobat akan mampu bertahan hidup di masa depan. Sobat jadi semangat bekerja dan fokus mencapai tujuan itu. Kalau Sobat sungguh-sungguh ingin meraih tujuan itu, Sobat akan lebih bijak menggunakan dana yang dimiliki. Mau senang-senang sesaat atau bersabar meraih tujuan yang kebahagiaannya lebih hakiki?
3. Memiliki proteksi diri
Proteksi ini tidak hanya berupa asuransi namun juga dana darurat. Berapapun gaji yang didapat Sobat wajib punya dana darurat maupun asuransi. Tanpa proteksi yang tepat, ada kemungkinan kita akan mengeluarkan biaya yang besar ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau tak terduga. Pilih asuransi yang tepat dan sesuai kebutuhan, jangan sampai Sobat terpengaruh orang lain atau teman sendiri untuk membeli produk asuransi yang ternyata tidak dibutuhkan.

Premi bulanan asuransi terasa berat? Sobat bisa memanfaatkan asuransi yang dikeluarkan pemerintah yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Perusahaan-perusahaan pada umumnya juga sudah mengikutsertakan karyawannya pada asuransi ini jadi kita tidak perlu membayar lagi kalaupun harus membayar juga sangat ringan.

4. Menabung dan berinvestasi.
Menabung yang bijak adalah yang dilakukan diawal waktu atau di hari yang sama saat menerima gaji, dengan begitu Sobat juga melatih kedisiplinan dalam menyisihkan uang. Ingat sisihkan bukan sisakan. Untuk melancarkan niat menabung Sobat bisa memiliki dua atau lebih rekening bank.
Contohnya, rekening A digunakan untuk menerima gaji dan kebutuhan sehari-hari, sementara rekening B khusus untuk menabung. Untuk tabungan Sobat bisa menggunakan rekening dengan biaya administrasi bulanan yang rendah serta tidak memiliki fasilitas kartu ATM, jadi gak mudah tergoda untuk ngambilin uangnya.
Sementara untuk berinvestasi banyak sekali produk-produk yang dapat Sobat gunakan seperti saham, reksa dana, ORI, SBR, emas, properti, dan sebagainya. Investasi seperti ini biasanya baru memperlihatkan hasil setelah cukup lama karena sebenarnya investasi adalah untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
Hati-hati ya Sobat jangan mudah tergiur investasi yang memberikan hasil besar tapi dengan proses yang singkat dan tidak masuk akal. Banyak-banyak bertanya dan mencari informasi, bijaklah memilih investasi.
Udah gajinya gak seberapa, pemakainnya harus diatur-atur pula, kapan senang-senangnya?
Benar, kamu memiliki hak untuk menggunakan uang hasil jerih payahmu demi kesenangan diri sendiri. Hitung-hitung sebagai penghargaan terhadap diri sendiri yang sudah bekerja keras selama satu bulan ini. Hal ini juga bisa membuatmu terus semangat dalam bekerja karena kamu bisa merasakan uang dari hasil keringat sendiri. Namun, yang perlu diingat Sobat harus bisa mengendalikan senang-senang ini. Jangan sampai sedih dan menyesal di kemudian hari.
Berapapun yang didapat jangan lupa bersyukur dan lagi-lagi gak lelah kita ingatkan, hiduplah sesuai kemampuanmu, jangan “maksa”.
(rzy)


#GayaHidupProduktif #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost

Kamis, 25 Juli 2019

Sediakan Biaya Pamer, Jangan Lupa Menabung dan Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah umum diketahui jika alokasi dana dalam perencanaan keuangan bisa dikategorikan sebagai dana primer, sekunder hingga tersier. Dana primer tergolong untuk kebutuhan sehari-hari, dana sekunder yang bisa dibilang tidak terlalu mendesak, dan tersier diartikan tingkat selanjutnya.

Menurut Indah Hapsari Arifaty, Co-Founder dan Head of Adviser, Jouska Indonesia, dewasa ini ada pula istilah biaya pamer. Di era media sosial, orang memamerkan kebutuhan tersier bahkan sudah seperti kebutuhan utama. Sebut saja untuk memamerkan food, fun dan fashion.

"Ada yang dulunya mungkin bukan dana primer sekarang jadi primer seperti pulsa, kuota internet, dan zaman sekarang juga ada biaya pamer untuk konten Instagram iya kan," kata Indah di Jakarta.

Menyiapkan dana hura-hura tentu boleh saja, asal tetap ingat dana yang wajib dipersiapkan. Pastikan ada sisa dari penghasilan setiap bulan untuk dialokasikan ke dalam simpanan dana tertentu, seperti dana darurat, pendidikan anak, dana pensiun.

"Sekarang kan kalau gajian terus dihabiskan semua. Bayar utang, uang SPP anak, terus nabungnya kapan?" ujarnya.

Selain menabung, yang tidak kalah penting adalah investasi, di mana menurutnya yang dianjurkan adalah saham dan obligasi.

Setiap investasi memiliki risiko, tetapi untuk obligasi negara terbilang kecil, beda lagi jika itu obligasi perusahaan. Sedangkan untuk saham cukup menjanjikan dengan catatan investor melihat perkembangan saham itu sendiri, minimal dalam lima tahun terakhir.

"Kalau investasi reksadana dulu hadir karena akses ke saham sulit dan mahal, tapi untuk sekarang reksadana sudah kurang relevan untuk investasi menurut Jouska," tambahnya.


#gayahidup #stopkonsumerisme #investasicerdas #lawankonsumerisme #trendhidup #ubahcarapandang, #sccaparkost #aparkost #GayaHidupProduktif #AgentOfChange #YEP


Kamis, 20 Juni 2019

Ekonomi Lesu, Kenapa Orang Indonesia Masih Doyan Belanja?

Cermati.com – Bank Dunia melaporkan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) di Asia Timur dan Pasifik diperkirakan masih akan sedikit melemah di tahun ini dan tahun depan.

Dari laporan terbarunya dalam World Bank East Asia and Pacific Economic Update bertajuk ‘Managing Headwinds’ yang dirilis awal Juni 2019 ini menyebutkan, perekonomian negara-negara Asia Timur dan Pasifik masih menghadapi tantangan.

Tantangannya bersumber dari landainya ekonomi global akibat melambatnya pertumbuhan Tiongkok. Sehingga berdampak pada lesunya kinerja ekspor negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik ini.

World Bank Acting Chief Economist for the East Asia and Pacific, Andrew Mason, dalam siaran pers mengingatkan, meski prospek ekonomi untuk Asia Timur dan Pasifik umumnya tetap positif, tapi perlu diingat bahwa kawasan ini terus menghadapi tekanan yang meningkat sejak tahun 2018 dan masih bisa berdampak buruk.

“Berlanjutnya ketidakpastian akibat beberapa faktor perlambatan (ekonomi) lebih lanjut di negara maju, kemungkinan perlambatan yang lebih cepat di Tiongkok, dan ketegangan perdagangan (AS-China) yang belum terselesaikan. Tantangan yang terus berlanjut ini perlu dikelola secara aktif,” kata Andrew.

Ekonomi Global Lesu tak Surutkan Minat Belanja

Belanja Konsumtif
Ilustrasi belanja\

Ironinya, di tengah tren perlambatan ekonomi global dan perkiraan pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik yang masih relatif stagnan atau biasa saja, ternyata tak menyurutkan minat belanja orang Indonesia.

Hal ini bisa dilihat dari hasil studi Nielsen dalam The Conference Board Global Consumer Confidence Survey, in collaboration with Nielsen,  yang dirilis baru-baru ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia masih optimistis membelanjakan uangnya.

Artinya, orang Indonesia masih doyan belanja. Tapi, jika merujuk dari laporan Bank Dunia (WB/World Bank), padahal tren kondisi perekonomian global dan kawasan dinyatakan masih melemah.

Dari hasil survei Nielsen ini menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia di kuartal pertama tahun ini relatif stabil di angka 125.

“Angka ini menempatkan Indonesia di urutan ke-4 negara teroptimis di dunia,” tulis Nielsen dalam siaran persnya.

Singkatnya, studi ini mengungkapkan bahwa konsumen atau masyarakat tidak mengkhawatirkan soal membelanjakan uangnya. Jadi, orang Indonesia ternyata masih doyan belanja!

Indikator yang Menunjukkan Konsumen Indonesia Doyan Belanja

Menggunakan Uang
Ilustrasi punya uang yang memadai

Pengukuran hasil yang menunjukkan konsumen Indonesia masih optimis membelanjakan uangnya berdasarkan 3 indikator di kuartal I-2019 seperti berikut ini:
  • Prospek lapangan kerja lokal (naik jadi 72%)
  • Keadaan keuangan pribadi (naik jadi 83%)
  • Keinginan untuk berbelanja (turun ke 63%, yakni 65% konsumen menyatakan dalam 12 bulan ke depan adalah waktu yang baik untuk berbelanja barang-barang yang mereka inginkan dan butuhkan)

Alasan Orang Indonesia Masih Suka Belanja

Belanja Online
Ilustrasi belanja 'online'

Sementara itu faktor yang menyebabkan konsumen Indonesia masih optimistis dalam membelanjakan uangnya di kuartal pertama tahun ini karena masih percaya ekonomi Indonesia akan stabil dan membaik secara signifikan.

Hal ini terlihat dari:
  • Konsumen online Indonesia yang berpendapat bahwa negara sedang berada dalam resesi ekonomi hanya 51%
  • Menabung dan berinvestasi masih menjadi pilihan utama konsumen dalam mengalokasikan sisa dana setelah memenuhi kebutuhan hidup utama
  • Konsumen memilih mengalokasikan uang sisa untuk dana cadangan sebanyak 66%
  • Konsumen memilih menggunakan uang sisa untuk berlibur 47%
  • Konsumen memilih menggunakan uang sisa untuk berinvestasi di saham atau reksa dana 44%

10 Negara Teroptimis Masyarakatnya Berbelanja

Bendera Negara-Negara di Dunia 

Secara global (dunia), indeks keyakinan konsumen ini stabil di kuartal I-2019 di 106, dengan turun hanya 1 poin dibanding kuartal IV-2018 yang sebesar 107.

“Konsumen (secara global) cenderung mempertahankan belanja, namun lebih hati-hati di tengah kondisi ekonomi global yang melambat,” tulis hasil survei Nielsen ini.
Sedangkan 10 negara teroptimis masyarakatnya berbelanja pada kuartal pertama tahun ini adalah:
  • Filipina (indeks keyakinan konsumen 133)
  • India (indeks keyakinan konsumen 132)
  • VietNam (indeks keyakinan konsumen 129)
  • Indonesia (indeks keyakinan konsumen 125)
  • Denmark (indeks keyakinan konsumen 119)
  • Malaysia (indeks keyakinan konsumen 115)
  • China (indeks keyakinan konsumen 115)
  • Uni Emirat Arab (indeks keyakinan konsumen 113)
  • Saudi Arabia (indeks keyakinan konsumen 112)
  • Thailand (indeks keyakinan konsumen 111)

Ekonomi Indonesia Terselamatkan Belanja Masyarakat dan Investasi

Belanja dan Investasi 

Meski demikian, permintaan domestik (salah satunya konsumsi masyarakat dalam negeri) masih tetap kuat di sebagian kawasan. Hal ini bisa menutup perlambatan ekspor akibat melemahnya perekonomian kawasan.

Oleh karena itu, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Malaysia tidak akan berubah di tahun ini. Sementara pertumbuhan ekonomi Thailand dan VietNam diperkirakan akan sedikit lebih rendah, dan Filipina justru akan meningkat.

Dari rilis laporan Bank Dunia dalam Global Economic Prospects edisi Juni 2019 memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto/PDB) tahun ini akan tumbuh 5,2% dan di 2020 tumbuh 5,3%. Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi selama ini didukung oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan investasi.


#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Selasa, 28 Mei 2019

Korporasi Raksasa Harus Bertanggung Jawab soal Sampah Plastik

Harianjogja.com, JOGJA--Organisasi nirlaba yang bergerak dalam pelestarian lingkungan, Greenpeace mulai menyasar korporasi atau perusahaan raksasa dalam upaya membangun pengurangan plastik sekali pakai (single use plastic). Perusahaan besar memiliki tanggung jawab untuk ikut mengubah kebiasaan masyarakat dalam menggunakan plastik.

Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi mengungkapkan dengan menyasar korporasi besar, Greenpeace bisa membuat perusahaan-perusahaan itu tahu, mereka punya tanggung jawab untuk ikut mengubah kebiasaan masyarakat dalam menggunakan plastik. Kendati demikian, dalam mewujudkannya, Greenpeace tidak kemudian menempatkan diri di dalam lingkaran atau sebagai pendamping perusahaan dalam menunjukkan tanggung jawabnya, melainkan di luar atau sebagai pengawas.

"Kami juga bukan melihat mereka [perusahaan] itu jahat atau tidak mau berubah, tetapi kami yakin gerakan-gerakan mereka [korporasi besar] bisa dicontoh oleh yang lain. Itulah kenapa kami tidak bicara UMKM," kata dia saat bincang santai bersama sukarelawan dan wartawan, di Resto Bumbu Desa, Senin (29/4/2019).

Disinggung perihal penggunaan bahan plastik sekali pakai yang diklaim mudah terdaur ulang oleh sejumlah perusahaan, menurut Atha, hal itu langkah yang percuma. Kalau perusahaan tersebut tidak bisa memastikan kalau barang-barang itu bisa dan sudah didaur ulang.

"Mengganti bahan kemasan belum menjadi solusi ideal, saya yakin itu tidak signifikan mengurangi plastik sekali pakai," kata dia.

Dikatakan Atha, sebetulnya penanganan, pengelolaan dan membangun kebiasaan mengurangi plastik sekali pakai menjadi tanggung jawab masyarakat, korporasi dan pemerintah.

"Kalau masyarakat tidak waspada, konsumsi plastik akan berlebihan sehingga memunculkan dampak negatif. Yang bisa dilakukan adalah memberikan edukasi secara perlahan untuk mengurangi plastik sekali pakai," ujarnya.

Pemerintah perlu menggunakan pengaruh yang dimiliki untuk membangun kesadaran masyarakat yang dipimpin perihal pembatasan penggunaan plastik sekali pakai. Misalnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Bali, Banjarmasin, Balikpapan dan Bogor. Mereka sudah memiliki aturan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai dan bahan lain yang sukar terdaur ulang.

Menurut Atha, ketika aturan itu diterapkan dan berlaku masif di daerah, masyarakat akan waspada. Dari yang diawali dengan keterpaksaan, maka perlahan akan terbiasa.

Juru kampanye Media Greenpeace Indonesia, Ester Meryana menyebutkan Greenpeace mengampanyekan kelestarian alam baik itu lewat gerakan di sektor kehutanan, laut, energi dan urban.
Sektor urban memang baru disasar pada 2018 lalu, Jogja disasar menjadi salah satu kota tujuan kampanye #breakfreefromplastic karena kota ini berpotensi menjadi contoh bagi kota lainnya di Indonesia.

"Ada gerakan dari masyarakat yang bisa ajak pihak lain untuk mengurangi plastic. Yang perlu diketahui, permasalahan plastik di Indonesia semakin pelik. Daratan bukan hanya dibanjiri oleh sampah plastik hasil konsumsi sendiri, tetapi juga buangan dari negara lain,” jelas Mery.

Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh GAIA atau Global Alliance for Incinerator Alternatives berkolaborasi dengan Greenpeace Asia Timur menyebutkan Asia Tenggara telah menjadi destinasi buangan setelah Tiongkok mengeluarkan larangan impor sampah asing pada 2018.

"Data yang diolah oleh Greenpeace menunjukkan ada kenaikan impor sampah plastik oleh Indonesia. Pada 2017 sebanyak 10.000 ton per bulan dan menjadi 35.000 ton per bulan pada akhir 2018," kata dia.

Derasnya sampah plastik impor ini sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat di sekitar lokasi penampungan. Apalagi, hanya 9% dari total plastik yang pernah diproduksi dapat didaur ulang. Sampah plastik banyak yang ditumpuk atau dibakar begitu saja dan menghasilkan polutan yang sangat berbahaya.

"Satu-satunya solusi untuk mengatasi polusi plastik adalah memproduksi lebih sedikit plastik. Para pengguna plastik terbesar terutama perusahaan-perusahaan barang konsumsi dan juga jaringan supermarket, perlu mengurangi kemasan plastik sekali pakai serta bergerak menuju sistem isi ulang dan penggunaan kembali," ujarnya.

Beruntungnya, kini di tengah masyarakat, gerakan menghindari penggunaan plastik sekali pakai semakin menjamur.

Volunteer Greenpeace Jogja Madda Aisar menyatakan sampah di wilayah pantai di DIY tergolong mengkhawatirkan. Misalnya, saat berkegiatan di objek wisata Pantai Pandansari, jarang terlihat ada petugas kebersihan yang sedang membersihkan pantai. Sehingga kondisi pantai sangat kotor. Sampah bukan hanya terlihat di pasir pantai, melainkan juga mengambang di perairan.

"Bukan hanya bersih pantai, kami juga mengidentifikasi dan menglasifikasikan sampah yang dijumpai, berdasarkan jenis produk dan perusahaan produsennya," ungkapnya.

Madda mengakui apa yang dilakukan sukarelawan belum yakin pasti langsung mengubah kebiasaan masyarakat dalam menggunakan plastik. Namun yang bisa dilakukan adalah terus konsisten berkampanye dan tinggal melihat momentum yang tepat kapan kebiasaan single-use plastic itu berubah.

"Kami fokus intens pada kampanye mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, terutama lewat anak muda. Lewat diskusi dengan sejumlah komunitas, banyak anak muda yang tahu kalau ini adalah masalah, setidaknya itu membawa sprit positif," kata dia.


#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Minggu, 12 Mei 2019

Kenali, 5 Jenis Investasi yang Nilainya akan Naik Terus Setiap Tahunnya

DENPASAR, BALIPOST.com – Sudah bukan rahasia lagi jika inflasi mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kebutuhan hidup juga meningkat. Kalau tidak siap, nanti bisa mengalami finansial shock.

Salah satu untuk mengatasinya adalah dengan berinvestasi. Sudah pernah berinvestasi belum? Kalau belum, yuk simak 5 investasi dari Swara Tunaiku yang setiap tahunnya mengalami kenaikan nilai dan return.

1. Investasi Ilmu
Ilmu adalah inti dari semua investasi. Saat ini, ilmu pengetahuan serta teknologi sering dicari-cari. Sebab, tidak lama lagi kita akan menghadapi revolusi 4.0 yang banyak berkenaan langsung dengan internet. Kamu bisa meng-upgrade keahlian via kursus, sekolah formal, workshop, seminar, dan lainnya.

Boleh juga sering-sering ikut webinar di beberapa platform. Ciri dari revolusi industri 4.0 adalah kecepatan dan kemampuan yang terotomatisasi.

Jika saat ini masih bersantai, siap-siap saja tergilas oleh perubahan zaman yang serba ekstrem. Mobilitas yang tinggi mesti diiringi dengan sumber daya manusia yang memadai. Inilah kesempatan untuk menunjukkan kemampuanmu. Alih-alih hanya fokus pada gelar.

2. Deposito
Kunci untuk mendapatkan return dari hasil investasi berupa deposito adalah sabar dan banyak menabung. Maklum, untuk mengambil sejumlah uang dan return-nya perlu menunggu waktu.
Tidak bisa setiap waktu ambil. Kurun waktunya bisa dalam hitungan bulan atau bahkan tahunan. Tergantung pilihanmu saat di awal-awal. Apakah return dari deposito ini mumpuni untuk menyejahterakan kehidupan keluarga? Bisa saja.

Asalkan jumlah tabunganmu cukup besar dan bank pilihan memiliki reputasi baik. Oleh karena itu, selain pandai menabung, mesti pintar-pintar juga dalam memilih bank tepercaya. Sebab, bagaimanapun, nanti dampaknya akan kembali juga padamu.

3. Emas
Meski sudah terkesan seperti “lagu lawas”, jenis investasi ini masih begitu diminati. Sebab, saat ini emas sudah tampil dalam bentuk yang berbeda-beda dan tentu sangat estetis. Seandainya kamu menyimpan uang hanya di bank, maka uang hanya berhenti di sana.

Sedangkan jika dialih-fungsikan menjadi emas, maka bisa jadi perhiasan yang cantik.
Ini penting, tentu saja. Khususnya untuk perempuan yang selalu ingin tampil modis saat ke mana-mana.

Terlebih, harga emas setiap tahunnya juga mengalami kenaikan yang signifikan. Kamu bisa memantaunya via internet. Sebab, di daerah terpencil, naik-turunnya harga emas cenderung ditutup-tutupi oleh si penjual atau kurang transparan.

4. Saham
Berapa pun modal yang kamu punya bisa digunakan untuk berinvestasi saham. Biarpun kamu hanya bermodalkan Rp 500. Keren, kan? Kenaikan harga saham per tahunnya cukup stabil.

Bahkan, saham di bidang start-up kerap kali mengalami lonjakan. Misalnya, kita bisa berkaca dengan apa yang terjadi pada start-up digital yang sudah bergelar unicon.

Untuk menemukan perusahaan yang menjanjikan memang perlu membangun relasi secara masif. Jangan lupa sering-sering berkonsultasi dengan yang sudah ahli.

Lebih baik lagi jika punya mentor atau guru dalam urusan berinvestasi. Biar nantinya tidak gampang tertipu oleh iming-iming perusahaan yang tidak jelas arahnya mau ke mana.

5. Rumah atau Kantor Kontrakan
Selain harga tanah yang mengalami kenaikan, tarif penjualan kontrakan juga meningkat drastis. Hal itu terjadi karena pengaruh inflasi serta desakan kebutuhan dari warga setempat. Misalnya, kontrakan yang berada di zona calon kawasan industri. Maka, beberapa tahun ke depan pasti mengalami kenaikan seiring banyaknya pelaku usaha di kawasan tersebut.

Saat membicarakan tentang investasi, tidak akan bisa terlepas dari harapan untuk masa depan terbaik. Kita memang hanya bisa berencana, sedangkan yang menentukan adalah Tuhan.

Tapi, tanpa adanya usaha dari kita, Tuhan tidak akan berbuat apa-apa. Sekarang, apa rencanamu saat ini untuk sukses di kehidupan 5 sampai 10 tahun ke depan? (kmb/balipost)


#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Minggu, 05 Mei 2019

Lupakan Avengers, Ini Superhero Dunia Nyata versi Bill Gates!

Jakarta, CNBC Indonesia - Avengers: Endgame, film buatan The Marvel Cinematic Universe (MCU) yang menjadi sorotan global, telah memecahkan segala macam catatan box office di penjuru dunia. Tapi mari lupakan sejenak dunia imaginasi ini, mari ke dunia nyata.
Pekan ini, salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates, turut memanfaatkan tema Avengers: Endgame tersebut dengan menyoroti ilmuwan-ilmuwan inspiratif yang menyebarkan informasi guna membantu menghentikan wabah penyakit di seluruh dunia. Merekalah pahlawan sebenarnya.
Miliarder dermawan itu telah mendedikasikan dirinya dalam beberapa tahun terakhir untuk menemukan cara paling efektif bagaimana menyelamatkan nyawa manusia dan menghentikan transmisi Ebola.

Penyakit virus ebola atau demam berdarah Ebola 
adalah penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus Ebola. Pada 2014, ia mengumumkan sumbangan senilai US$ 50 juta atau sekitar Rp 700 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) untuk mendukung upaya darurat mengatasi wabah Ebola di Afrika Barat. 

Gates menamakan para ilmuwan itu adalah 'The Avengers of pemburu virus'. Di kehidupan nyata, kelompok ilmuwan super heroik yang itu menyebar, mengunjungi zona wabah penyakit untuk membantu pemerintah daerah demi menghentikan penyakit menular, seperti diungkapkan blog-nya dan dikutip CNBC International.

Bahkan, menurut dia, penggemar Marvel Avenger mungkin tak bisa membantah pendapat ini.

Para ilmuwan pemburu virus ini kemudian membentuk Tim Dukungan Cepat Kesehatan Masyarakat Inggris atau UK Public Health Rapid Support Team (RST), sebuah kelompok yang dikelola bersama dengan London School of Hygiene & Tropical Medicine dan Public Health England.


"Setelah kian jelas bahwa wabah sedang berlangsung, baik lokal atau, dalam kasus yang jarang terjadi, Organisasi Kesehatan Dunia [WHO] meminta bantuan RST. Tidak setiap anggota tim diperlukan untuk setiap wabah. Terkadang Anda membutuhkan ahli epidemiologi dan ilmuwan data, tetapi bukan ahli mikrobiologi jadi langkah pertama adalah mengidentifikasi siapa yang perlu pergi," kata Gates.

Pada Juli 2018, tim RST ambil bagian dalam sembilan penempatan di enam negara.

Bagaimana sebetulnya struktur RST ini? RTS bukanlah grup yang tiba-tiba ada di lokasi wabah dan mampu menghadirkan semua jawaban. Pada akhirnya, tujuan mereka adalah bekerja sendiri di luar pekerjaan, yang merupakan misi yang cukup mengagumkan, menurut Gates.

1. Ketua
Sebagai Direktur RST, peran Daniel Bausch adalah membimbing timnya dalam menanggapi penyakit menular di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. "Ketika wabah terjadi, tujuan kami adalah mendorong tim keluar ke lapangan dalam waktu 48 jam," katanya dalam video yang diunggah Gates.

2. Ahli Taktik
Katie Carmichael menjalankan operasi dan penyebaran untuk RST. "Kami telah dikerahkan ke berbagai tempat, wabah di Madagaskar, wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo, demam Lassa di Nigeria dan wabah difteri di Bangladesh," katanya. Demam Lassa adalah penyakit zoonosis, ketika manusia terinfeksi dari kontak dengan hewan yang terinfeksi.

3. Detektif
Sebagai ahli epidemiologi RST, Oliver Le Polain mempelajari interaksi manusia yang relevan dengan penularan penyakit menular. "Orang-orang tinggal di kota, orang pergi ke fasilitas kesehatan, orang naik taksi, orang pergi ke restoran sehingga mereka berpotensi mengunjungi banyak tempat sebelum diberitahukan dan terdeteksi ketika mereka tidak sehat," jelasnya.

4. Ahli Virologi
Ahli mikrobiologi Ben Gannon adalah seorang ahli dalam kemampuan diagnostik dan laboratorium tentang wabah. Pada 2017, setelah tanah longsor besar terjadi di Sierra Leone, Gannon memainkan peran utama dalam memasang laboratorium di rumah sakit utama mereka.

Dia dan timnya melengkapi laboratorium dengan diagnosa penyakit kolera, salmonella dan disentri.

"Sulit bagi saya untuk melebih-lebihkan betapa beraninya orang-orang yang rela menempatkan diri di garis depan di mana wabah itu terjadi, terutama ketika Anda menghadapi musuh yang belum pernah Anda lihat sebelumnya," kata Gates.

Menurut Gates, daya tarik superhero di layar perak tidak dapat disangkal, tetapi penting diingatkan tentang pahlawan yang ada di dunia nyata, berjuang untuk orang-orang di antara hidup atau mati.

"Beberapa orang mengkhawatirkan kita. Orang lain menginspirasi kami. Mereka semua mendorong kita untuk bertindak. Kami berharap mereka melakukan hal yang sama untuk Anda, karena itulah bagaimana dunia menjadi lebih baik," kata dia.
 
 
#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Jumat, 26 April 2019

PNS, Yuk Manfaatkan Naik Gaji untuk Investasi

Milenial terkenal dengan gaya hidup yang boros dan nggak suka menabung. Bagaimana caranya mereka bisa survive dengan gaya hidup seperti itu? Kiai mungkin akan bilang jangan khawatir karena rezeki sudah ada yang ngatur. Tapi, perencana keuangan bilang lakukan 3 hal ini:
Sahabat Celenger yang sudah mendeklarasikan gemar menabung tetapi rekening kerap bocor,
Hal tersulit yang harus dijawab selain pertanyaan kapan kamu menikah dan sama siapa menikahnya, “bisakah kita hidup boros dengan gaji tidak begitu besar, punya banyak waktu luang, tidak perlu menabung, dan tetap survive?”
Kalau kalian bertanyanya ke agamawan, maka jawabannya pasti bisa. Mereka akan membabarkan dalil bahwa segala hal di dunia ini milik Tuhan dan hanya atas perkenan-Nya semua hal yang bagi pikiran manusia merupakan hal mustahil dapat terwujud. Tuhan sudah menjamin rejeki manusia mengalir sepanjang hayat, sementara perusahaan bisa jadi hanya menjamin kehidupan kalian selama setengah bulan saja. Hahaha.
Itu cuma geli saja, tidak bermaksud menertawakan kesulitan orang bergaji sedang atau cukupan. Karena kalau kalian menanyakan itu ke konsultan atau perencana keuangan. Maka yang terjadi kemudian adalah mendapatkan pertanyaan balik yang semuanya bisa jadi dimulai dengan kata apakah.
“Apakah saudara tidak menginginkan ganti gadget, sementara peralatan elektronik semakin modern justru didesain secara planned obsolescence, atau mudah usang secara model dan bahkan fungsi?”
Satu contoh kemampuan lensa menangkap citra kita saat selfie sambil bibir monyong-bikin mangkel. Kita sering merasa canggih dan sibuk membahas kelebihan kamera beresolusi tinggi tetapi lupa bahwa produsennya sebenarnya telah merancang kualitas kameranya bisa turun, mlotrok, aus dengan frekuensi penggunaan tertentu. Manusia seperti dipaksa untuk memasukkan gadget atau perangkat elektronik lain sebagai setidaknya kebutuhan terencana dalam jangka waktu tidak lebih dari 2 tahun.
Itu diluar ambyar karena jatuh atau dibanting pacar tanpa menunggu konfirmasi karena ada seseorang memanggil “sayang…” di layanan pesan instan.
“Apakah saudari tidak ingin berlibur ke Korea melihat Nami Island, lokasi shooting Winter Sonata, sebuah melodrama yang menjadi tonggak awal terjajahnya Indonesia oleh budaya Saranghaeyo?”
Tidak harus ke Korea. Kemana pun tujuan kita liburan baik lokal maupun luar negeri, hal yang harus dipersiapkan tidak akan meleset dari biaya transportasi, akomodasi, biaya pengeluaran selama di lokasi, dan belanja oleh-oleh. Bisa saja tanpa perencanaan finansial berupa menabung. Dibiayai atau ada foreign trip incentive (insentif jalan-jalan ke luar negeri) dari kantor misalnya. Tapi itu kan tidak berlaku umum.
Untuk yang berlaku umum, seorang perencana keuangan pasti akan menyarankan menabung. Setelahnya menyarankan beli tiket murah di acara semacam garuda travel fair yang biasanya akan banyak berserak tiket murah di saat tidak musim liburan (low season). Tidak ada istilah di kamus mereka menyarankan, “dah saudara yang penting banyak doa. Sholat wajib jangan lupa ditambah sholat dhuha. Untuk yang lain, rajin ke gereja, pura, wihara, dan banyak-banyaklah menebar darma.”

Itu sudah pasti saran yang bagus, tidak baik mengabaikannya. Tapi kan tidak profesional! Borobudur, Prambanan dan keajaiban dunia lainnya itu tidak dibangun hanya satu malam. Tidak cukup berbekal doa atau mantera pengerahan makhluk-makhluk gaib yang mampu menepis segala kemustahilan yang mungkin dilakukan oleh manusia. Semuanya terencana, dijalankan manusia dan perlu waktu! Tetap ada orang-orang profesional yang mengelolanya.

“Apakah saudara tidak menginginkan ganti kendaraan? Model motor atau mobil sekarang tuh bagus-bagus. Selain lebih modern, gaya, dan sporty, safetynya pun lebih dapat lho.”

Banyak orang pasti memilih jawaban, ya menginginkan. Sekarang tinggal diperiksa tujuan finansial kita. Kalau memilih cash, berarti harus ada uang sejumlah yang dapat kita pergunakan untuk menebusnya. Tetapi kalau menginginkan cara pembayaran secara cicilan, berarti ada uang yang harus disisihkan sejumlah tertentu begitu kita terima gaji. Bagaimana perawatan kendaraannya? Berarti ada pos yang harus dipersiapkan juga.

Pertanyaan pentingnya, seberapa boros kita. Apakah kalau 3 pertanyaan tersebut di atas dijawab 
“YA”, terlihat kalau kita memang payah dalam mengelola keuangan dan tidak mungkin mewujudkannya tanpa menabung?

Selama berabad-abad, menabung sebenarnya tidak pernah mengalami pergeseran makna. Penjelasannya tidak akan meleset jauh dari menyisihkan sebagian uang yang berfungsi untuk berjaga-jaga terhadap munculnya kebutuhan di masa depan. Selama berabad-abad pula menabung jadi kunci sukses banyak orang mewujudkan tujuan finansialnya.

Itu sebelum kemunculan teknologi internet yang membuat rekening kita serasa langsung diintip, dilucuti, dan diintimidasi oleh teknologi. Saat internet hanya berupa kemudahan bagi kita untuk mendulang informasi, rekening kita masih aman, jaya, dan sentosa. Ya setidaknya selama sebulan lah. Tapi begitu sistem pembayaran mulai terintegrasi, kita seperti berteman dengan bajingan tengik. Mau menghindar tapi lebih perlu kita dibandingkan dia.

Sahabat celenger yang boros tapi tetap optimis walau rekening setipis irisan jeruk nipis,

Tidak menabung sebenarnya tidak masalah. Karena masalah sebenarnya terjadi saat kita membutuhkan uang, ada atau tidak. Boros hanya soal persepsi, sepanjang tidak perlu menguras isi rekening kita, apa lagi hingga berakibat utang konsumtif. Jadi memang harap bedakan antara boros dan pandir, karena memang perbedaanya sangat tipis.
Tinggal sekarang implikasinya bagaimana setelah mengetahui dirinya boros. Berikut kebijakan yang harus dilakukan oleh sahabat boros agar tujuan finansialnya tidak meleset:

Jangan boros gadget

Terkait gadget, setelah mengetahui bahwa perusahaan teknologi menerapkan planned obsolescence. Gunakan dengan bijaksana agar lebih awet. Selain materialnya cenderung ringkih dan mudah rusak, jangan panggil sayang-sayangan di gadget yang tidak berpasword. Hahaha. Bukan, itu bukan ajaran sesat. Tetapi banyak ide dan informasi penting yang mendukung pekerjaan kita. Teknologi pintar memungkinkan itu semua aman.
Untuk yang hobi selfie pun demikian. Buatlah awet performa kamera depannya dengan hanya berswafoto sehari maksimal 3 jepretan saja. Hahaha. Ini serius, karena banyak foto kamera yang melorot fungsinya setelah 1.000 jepretan. Jangan kemudian nanti terlalu sering ganti gadget hanya sekadar untuk menuntaskan dahaga selfie 50 frame sehari.

Piknik

Selagi muda boroslah untuk keperluan jalan-jalan. Bepergian jauh lebih membutuhkan kesiapan fisik daripada materi. Jangan sampe ketagihan menabung sampe lupa jalan-jalan. Begitu ingat, usia sudah 60 tahun dan mudah masuk angin. Mau pose ala Winter Sonata di Nami Island pas hawanya dingin semribit. Repot, harus diblonyo minyak kayu putih dan pasang koyo sana sini dulu.

Mengorbankan kenyamanan yang menipu

Di dunia perborosan yang aman, berlaku hukum brandless, no car, no expensive restaurant. Selama itu dipatuhi kemungkinan kita akan aman. Tentu saja tidak ada jaminan. Intinya boros tapi bisa ngampet.

Kalau penghasilan belum di atas 20 juta, sebaiknya gunakan motor atau transportasi publik karena konsekuensinya banyak sejak beli hingga perawatannya. Tidak jarang kebahagiaan orang terampas oleh kendaraan dari mulai mogok hingga rajin opname di bengkel. Demikian juga barang branded kenikmatannya hanya sementara waktu saja. Punya barang branded kalau cuma satu, kemungkinannya hanya dua: nular beli lagi atau malu mengunakan karena hanya itu-itu saja.
Sebenarnya tiap orang mempunyai sisi unik dalam hidup. Itu yang tidak mampu dijelaskan oleh para perencana atau konsultan keuangan. Maka jangan buru-buru ditertawakan kalau para penganut spiritualisme memberikan nasehat untuk berdoa dan berderma, yang secara teknis kurang bisa diterima dengan akal standar.

Ada yang boros tapi selamat tanpa utang, ada yang rajin keluyuran anaknya banyak mendapat beasiswa pendidikan hingga derajat tertinggi. Eh, ada yang rajin menabung begitu terkumpul banyak, boro-boro untuk ke Korea. Uangnya malah dipinjam temannya, “Bulan depan aku balikin deh, untuk bayar anak sekolah… ”. Trenyuh kita, tapi begitu ditagih “bulan depan” selalu dijadikan jawaban. Itu ya, yang ngutangin malah jadi kaya yang salah.

Jaman semakin maju, kalau memang merasa menabung itu tidak perlu, ya tidak masalah. Jangan kemudian merasa terbebani dan kehilangan motivasi. Tabungan tidak harus berwujud harta benda saja. Waktu luang juga merupakan tabungan untuk melakukan hal bermanfaat. Skill atau keahlian juga merupakan tabungan yang dapat mendatangkan uang. Tinggal menunggu berjodoh dengan momentum.

Tapi jangan skill ngutang. Itu memang mendatangkan uang, tapi nyusahin teman. Apa lagi kalau sudah memberikan jawaban klasik, “bulan depan ya…”



 #GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Kamis, 18 April 2019

Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot

Pernahkah kalian mendengar tentang gaya hidup minimalis? Nah, ternyata gaya hidup semacam ini sudah banyak yang menjalankan. Baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Contoh negara yang banyak sekali memakai gaya hidup minimalis adalah di Jepang. Seperti kita ketahui, letak geografis di Jepang sangat rawan sekali terkena gempa dan tsunami. Sehingga banyak dari masyarakat mereka yang meminimalisir harta benda yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan, supaya mereka tidak terlalu dipusingkan oleh harta benda kepunyaan mereka sendiri. Sebetulnya, apa sih gaya hidup minimalis itu? Bagaimana sih cara menjadi seseorang yang minimalis? Terus apa manfaatnya bagi hidup kita? Nah, artikel ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan serta mengulas sekelumit soal minimalisme.
Dasar Filosofis Dasar pemikiran dari gaya hidup ini sejatinya diambil dari ajaran Buddhisme Zen yang menganjurkan agar kita dalam hidup tidak dikuasai oleh hasrat memiliki atau mengkoleksi harta benda berlebihan. Kita biasa menyebutnya dengan budaya konsumerisme. Gaya hidup minimalis menolak budaya konsumtif seperti yang disebutkan di atas. Minimalisme menganggap, semakin banyak harta benda yang kita miliki (padahal banyak dari benda itu yang sebetulnya tidak kita butuhkan), maka semakin pusing kita mengurus harta benda kita. Gaya hidup modernis atau materialistis yang dimaknai secara salah telah banyak membawa manusia jatuh pada gaya hidup membeli atau mengkoleksi barang secara berlebihan. Akhirnya, konsumerisme ini membawa dampak buruk berupa rasa stress karena terlalu banyak barang yang harus diurus. Lebih daripada itu, banyak di antara kita yang akhirnya susah membedakan mana barang yang kita butuhkan, atau hanya kita inginkan semata. Hidup kita akan sangat menyengsarakan jika hanya mengikuti hasrat apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan. Lantas bagaimana dan apa saja manfaat dari gaya hidup minimalis?
Langkah dan Manfaat Gaya Hidup Minimalis Menjadi seseorang yang minimalis sejatinya sederhana saja. Kita hanya perlu mengesampingkan — entah dengan cara menjual, atau mensedekahkannya kepada orang lain — benda-benda yang sebetulnya tidak kita butuhkan. Dan kita hanya menyimpan barang-barang yang betul-betul kita butuhkan. Selain itu, kita juga menjadi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain yang lebih produktif daripada hanya mengurusi harta benda sendiri. Konsep “less is more” yang ada dalam minimalisme membuat kita tidak sibuk mengurusi seabrek harta benda yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Ada pun manfaat menjadi minimalis adalah, Pertama, kita tidak perlu repot untuk membersihkan atau merawat barang-barang. Kedua, kita akan lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti membaca buku, olahraga, menulis, dan lain-lain. Ketiga, hidup kita akan lebih bahagia karena terhindari dari stress dan perasaan negatif lainnya dalam hal mengejar kepuasan materi. Kita juga bisa fokus pada kebutuhan tanpa harus terbebani gengsi.
Keempat, kita dapat menghemat atau menggunakan uang kita untuk memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak, travelling, mengikuti pelatikan fotografi, atau mengikuti kelas kebugaran. Kelima, ruangan yang kita tempati akan terasa lebih ‘lega’ dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada pikiran. Intinya, konsumerisme hanya membawa dampak negatif pada hidup kita. Terlalu konsumtif membuat kita mengoleksi dan membeli barang-barang hanya demi hasrat duniawi dan gengsi semata. Minimalisme mengajak kita meninggalkan kebiasaan buruk di atas, dan menghadapi hidup lebih nyaman. (Bung)

Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot

Disadur dari

#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #ubahcarapandang #sneakers #investasicerdas #cerdasinvestasi #gayahidupkonsumtif #sccaparkost
Pernahkah kalian mendengar tentang gaya hidup minimalis? Nah, ternyata gaya hidup semacam ini sudah banyak yang menjalankan. Baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Contoh negara yang banyak sekali memakai gaya hidup minimalis adalah di Jepang. Seperti kita ketahui, letak geografis di Jepang sangat rawan sekali terkena gempa dan tsunami. Sehingga banyak dari masyarakat mereka yang meminimalisir harta benda yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan, supaya mereka tidak terlalu dipusingkan oleh harta benda kepunyaan mereka sendiri. Sebetulnya, apa sih gaya hidup minimalis itu? Bagaimana sih cara menjadi seseorang yang minimalis? Terus apa manfaatnya bagi hidup kita? Nah, artikel ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan serta mengulas sekelumit soal minimalisme. Dasar Filosofis Dasar pemikiran dari gaya hidup ini sejatinya diambil dari ajaran Buddhisme Zen yang menganjurkan agar kita dalam hidup tidak dikuasai oleh hasrat memiliki atau mengkoleksi harta benda berlebihan. Kita biasa menyebutnya dengan budaya konsumerisme. Gaya hidup minimalis menolak budaya konsumtif seperti yang disebutkan di atas. Minimalisme menganggap, semakin banyak harta benda yang kita miliki (padahal banyak dari benda itu yang sebetulnya tidak kita butuhkan), maka semakin pusing kita mengurus harta benda kita. Gaya hidup modernis atau materialistis yang dimaknai secara salah telah banyak membawa manusia jatuh pada gaya hidup membeli atau mengkoleksi barang secara berlebihan. Akhirnya, konsumerisme ini membawa dampak buruk berupa rasa stress karena terlalu banyak barang yang harus diurus. Lebih daripada itu, banyak di antara kita yang akhirnya susah membedakan mana barang yang kita butuhkan, atau hanya kita inginkan semata. Hidup kita akan sangat menyengsarakan jika hanya mengikuti hasrat apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan. Lantas bagaimana dan apa saja manfaat dari gaya hidup minimalis? Langkah dan Manfaat Gaya Hidup Minimalis Menjadi seseorang yang minimalis sejatinya sederhana saja. Kita hanya perlu mengesampingkan — entah dengan cara menjual, atau mensedekahkannya kepada orang lain — benda-benda yang sebetulnya tidak kita butuhkan. Dan kita hanya menyimpan barang-barang yang betul-betul kita butuhkan. Selain itu, kita juga menjadi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain yang lebih produktif daripada hanya mengurusi harta benda sendiri. Konsep “less is more” yang ada dalam minimalisme membuat kita tidak sibuk mengurusi seabrek harta benda yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Ada pun manfaat menjadi minimalis adalah, Pertama, kita tidak perlu repot untuk membersihkan atau merawat barang-barang. Kedua, kita akan lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti membaca buku, olahraga, menulis, dan lain-lain. Ketiga, hidup kita akan lebih bahagia karena terhindari dari stress dan perasaan negatif lainnya dalam hal mengejar kepuasan materi. Kita juga bisa fokus pada kebutuhan tanpa harus terbebani gengsi. Keempat, kita dapat menghemat atau menggunakan uang kita untuk memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak, travelling, mengikuti pelatikan fotografi, atau mengikuti kelas kebugaran. Kelima, ruangan yang kita tempati akan terasa lebih ‘lega’ dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada pikiran. Intinya, konsumerisme hanya membawa dampak negatif pada hidup kita. Terlalu konsumtif membuat kita mengoleksi dan membeli barang-barang hanya demi hasrat duniawi dan gengsi semata. Minimalisme mengajak kita meninggalkan kebiasaan buruk di atas, dan menghadapi hidup lebih nyaman. (Bung)

Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
URL Artikel: https://lifestyle.fajarpos.com/health/15/04/2019/25478/minimalisme-gaya-hidup-anti-repot/
Pernahkah kalian mendengar tentang gaya hidup minimalis? Nah, ternyata gaya hidup semacam ini sudah banyak yang menjalankan. Baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Contoh negara yang banyak sekali memakai gaya hidup minimalis adalah di Jepang. Seperti kita ketahui, letak geografis di Jepang sangat rawan sekali terkena gempa dan tsunami. Sehingga banyak dari masyarakat mereka yang meminimalisir harta benda yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan, supaya mereka tidak terlalu dipusingkan oleh harta benda kepunyaan mereka sendiri. Sebetulnya, apa sih gaya hidup minimalis itu? Bagaimana sih cara menjadi seseorang yang minimalis? Terus apa manfaatnya bagi hidup kita? Nah, artikel ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan serta mengulas sekelumit soal minimalisme. Dasar Filosofis Dasar pemikiran dari gaya hidup ini sejatinya diambil dari ajaran Buddhisme Zen yang menganjurkan agar kita dalam hidup tidak dikuasai oleh hasrat memiliki atau mengkoleksi harta benda berlebihan. Kita biasa menyebutnya dengan budaya konsumerisme. Gaya hidup minimalis menolak budaya konsumtif seperti yang disebutkan di atas. Minimalisme menganggap, semakin banyak harta benda yang kita miliki (padahal banyak dari benda itu yang sebetulnya tidak kita butuhkan), maka semakin pusing kita mengurus harta benda kita. Gaya hidup modernis atau materialistis yang dimaknai secara salah telah banyak membawa manusia jatuh pada gaya hidup membeli atau mengkoleksi barang secara berlebihan. Akhirnya, konsumerisme ini membawa dampak buruk berupa rasa stress karena terlalu banyak barang yang harus diurus. Lebih daripada itu, banyak di antara kita yang akhirnya susah membedakan mana barang yang kita butuhkan, atau hanya kita inginkan semata. Hidup kita akan sangat menyengsarakan jika hanya mengikuti hasrat apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan. Lantas bagaimana dan apa saja manfaat dari gaya hidup minimalis? Langkah dan Manfaat Gaya Hidup Minimalis Menjadi seseorang yang minimalis sejatinya sederhana saja. Kita hanya perlu mengesampingkan — entah dengan cara menjual, atau mensedekahkannya kepada orang lain — benda-benda yang sebetulnya tidak kita butuhkan. Dan kita hanya menyimpan barang-barang yang betul-betul kita butuhkan. Selain itu, kita juga menjadi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain yang lebih produktif daripada hanya mengurusi harta benda sendiri. Konsep “less is more” yang ada dalam minimalisme membuat kita tidak sibuk mengurusi seabrek harta benda yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Ada pun manfaat menjadi minimalis adalah, Pertama, kita tidak perlu repot untuk membersihkan atau merawat barang-barang. Kedua, kita akan lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti membaca buku, olahraga, menulis, dan lain-lain. Ketiga, hidup kita akan lebih bahagia karena terhindari dari stress dan perasaan negatif lainnya dalam hal mengejar kepuasan materi. Kita juga bisa fokus pada kebutuhan tanpa harus terbebani gengsi. Keempat, kita dapat menghemat atau menggunakan uang kita untuk memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak, travelling, mengikuti pelatikan fotografi, atau mengikuti kelas kebugaran. Kelima, ruangan yang kita tempati akan terasa lebih ‘lega’ dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada pikiran. Intinya, konsumerisme hanya membawa dampak negatif pada hidup kita. Terlalu konsumtif membuat kita mengoleksi dan membeli barang-barang hanya demi hasrat duniawi dan gengsi semata. Minimalisme mengajak kita meninggalkan kebiasaan buruk di atas, dan menghadapi hidup lebih nyaman. (Bung)

Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
URL Artikel: https://lifestyle.fajarpos.com/health/15/04/2019/25478/minimalisme-gaya-hidup-anti-repot/

Selasa, 09 April 2019

5 Alasan Logis Kamu Gak Perlu Minder Hidup Sederhana di Era Hedonisme

Di era hedonisme seperti saat ini, banyak orang hidup hanya untuk mengejar kesenangan demi sebuah pengakuan semata tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi ke depannya.
Karena zaman semakin berubah, tentu juga membuat gaya hidup dan cara pandang seseorang ikut berubah.
Contoh, seperti kelas sosial yang saat ini masih selalu dijadikan patokan dalam memilih lingkup pergaulan. Biasanya yang tidak sebanding dengan mereka akan mendapat perlakuan beda. Meski pun tak semua orang terseret arus ini.

Namun kamu tak perlu merasa insecure. Kamu pun tidak perlu berusaha memantaskan diri agar bisa setara dengan mereka. Karena ada beberapa kebaikan bagi kamu yang memilih hidup apa adanya, tanpa perlu mengikuti arus hedonisme, seperti lima hal bawah ini.

1. Tidak ada kepalsuan yang kamu pertontonkan

5 Alasan Logis Kamu Gak Perlu Minder Hidup Sederhana di Era Hedonisme 
Unsplash.com/ToT

Di era hedonisme seperti sekarang, banyak sekali orang yang berusaha melebih-lebihkan sesuatu pada dirinya demi sebuah pengakuan semata. Mereka selalu berusaha agar bisa selalu setara dengan yang lain. Sehingga cara berbohong pun akan dilakukan agar bisa tetap eksis. Padahal itu sama saja ujung-ujungnya memberi rasa was-was tersendiri karena ada ketakutan yang tersembunyi jika 
kebohongannya suatu saat terbongkar.

Berbeda dengan kamu yang memilih hidup dengan apa adanya, tidak ada kepalsuan yang akan kamu pertontonkan. Hidupmu lebih real tanpa drama kebohongan. Itu jauh lebih baik, karena kamu akan merasa nyaman kapan saja.

2. Tidak ada tuntutan hidup yang harus kamu penuhi demi sebuah pengakuan semata

5 Alasan Logis Kamu Gak Perlu Minder Hidup Sederhana di Era Hedonisme 
unsplash.com/Levi Guzman

Dengan begini hidupmu jauh lebih tenang serta tidak diliputi rasa gelisah akan tuntutan zaman. Karena banyak orang hidup dengan mengikuti ritme zaman membuat mereka selalu berusaha mencari cara bagaimana agar segala kebutuhan mereka terpenuhi, sehingga cara-cara tak benar pun akan dilakukan.
Sedangkan kamu tidak ada kewajiban untuk memenuhi tuntutan hidup demi sebuah pengakuan semata. Sehingga kamu bisa menjalani hidupmu dengan santai tanpa beban.

3. Kamu terhindar dari fake friend

5 Alasan Logis Kamu Gak Perlu Minder Hidup Sederhana di Era HedonismeUnsplash.com/Ben White

Membangun tali pertemanan yang didasari karena ada maksud dan tujuan tertentu akan membuatmu sulit menemukan sosok teman yang benar-benar tulus padamu. Lingkup pergaulan seperti itu tidak menjamin kamu bisa benar-benar merasa nyaman. Karena kamu lebih sering hidup sebagai orang lain daripada menjadi diri sendiri. Bahkan saat kamu terjatuh pun belum tentu mereka akan mensupportmu, bisa saja mereka malah meninggalkanmu begitu saja.

Berbeda dengan kamu yang memilih hidup apa adanya, meski kamu hanya memiliki sedikit teman namun setidaknya gak ada yang fake. Karena teman-temanmu mengerti keadaan hidupmu apa adanya. Sehingga yang dekat padamu adalah orang-orang yang bisa menerimamu apa adanya.

4. Hemat kantong

5 Alasan Logis Kamu Gak Perlu Minder Hidup Sederhana di Era Hedonisme 
unsplash.com/Kody Gautier

Karena tidak mudah terseret arus trend demi memenuhi tuntutan gaya hidup maka kamu terhindar dari gaya hidup konsumtif dan menjadikanmu lebih hemat kantong. Uang yang kamu punya bisa kamu pergunakan untuk hal-hal yang lebih berfaedah seperti ditabung untuk keperluan jangka panjang atau menyenangkan orang tua. Jadi uangmu tidak terbuang sia-sia.

5. Menjadikanmu lebih bersyukur

5 Alasan Logis Kamu Gak Perlu Minder Hidup Sederhana di Era Hedonismeunsplash.com/Ben White

Karena senantiasa menerima keadaan dalam kondisi apa pun dan tidak mudah dipengaruhi tuntutan zaman dan pengaruh lingkungan, maka akan menjadikanmu pribadi yang senantiasa selalu mensyukuri hidup apa adanya. Tentu ini baik untuk dirimu sendiri, karena kamu akan selalu feel good dalam kondisi apa pun.


Nah, jadi kamu tidak perlu merasa minder ya, guys!

dewinner93 Photo  
Verified Writer dewinner93
Hanya penulis receh ✍ IG : @dewinner93 


#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #YEP #hedonisme #hidupbersyukur

Rabu, 03 April 2019

Kenapa Sih Uang Itu Cepat Sekali Habis?

Tak terasa sebentar lagi akan menuju tanggal yang sangat dinantikan banyak orang. Apa itu? Ya pasti tanggal gajian kan. Gajian memang hari yang paling ditunggu-tunggu, namun setelah kita menunggu hampir sebulan lamanya ternyata setelah menerima gaji tak terasa uang sudah habis dalam hitungan hari.

Pernahkah Anda merasa demikian? Jawabannya: tentu saja. Mungkin banyak dari Anda yang bertanya-tanya ke mana uang tersebut melayang? Tanpa disadari, Anda sering melakukan hal-hal kecil yang membuat gaji cepat habis. Maka munculah pertanyaan: kenapa sih kok uang cepat habis?

Jadi baru hari ini ada di kantong, besoknya sudah habis. Baru sebentar masuk tabungan, besoknya sudah habis. Jadi rekening tabungan hanya "numpang lewat" saja. Akhirnya, di rekening tabungan Anda hanya ada sisa minimum saldo. Inilah problem banyak orang dan coba kita bahas penyebab uang cepat sekali berlalu.

1. Masih Kurang dalam Pendidikan Finansial
Kita harus mengakui bersama bahwa sedari kecil tidak ada yang namanya pendidikan finansial secara formal dari jenjang pendidikan manapun termasuk saat kuliah. So, ketika sudah mulai dewasa dan bisa menghasilkan uang sendiri, apa yang terjadi? Tentu kita bisa lihat sendiri hasilnya seperti apa.

Ini ketika single lho, mungkin masih dianggap biasa saja ketika uang cepat habis maka berlanjutnya ketika memasuki dunia pernikahan di mana menggabungkan dua pola pikir dan karakter yang berbeda tentu berpotensi bermasalah nantinya. Ini salah satu masalah yang kerap kali dihadapi oleh setiap keluarga.

Apakah masalah keuangan selesai sampai di sini? Oohh tentu tidak. Bisa Anda bayangkan bila tidak memiliki pendidikan finansial yang oke dan berlanjut dengan ikut gaya hidup konsumtif, apa jadinya keuangan kita?



2. Gaya Hidup
Hal yang harus dipahami adalah jangan sampai terjerat gaya hidup konsumtif. Karena sebesar-besarnya gaji yang didapat, tak akan cukup untuk menutupi gaya hidup. Namun saat ini di masyarakat kita terjadi beberapa hal yang mencengangkan lho seperti menunjukkan potong rambut di salon desainer papan atas di mall mewah, atau berlibur ke Raja Ampat hingga Maldives.

Ya, memang liburan saat ini sudah menjadi kebutuhan di tengah penatnya dan kesibukan dalam bekerja. Namun seakan menjadi sebuah hal yang begitu miris ketika melihat teman-teman yang berlibur ke berbagai pelosok daerah dengan bermodalkan keuangan yang belum baik alias mengandalkan utang.

Umumnya mereka memaksakan ego untuk berlibur dan mencari cara untuk mendapatkan pinjaman uang demi menambal keuangan yang bocor. Inilah yang membuat gaji terkuras dengan mudah, yang membuat uang Anda cepat habis, tanpa terasa.

Tadi baru disinggung mengenai liburan lho, belum hal lain seperti elektronik, gadget, hingga fashion dan semua bisa didapatkan dengan mudah melalui handphone Anda. Semua berada dalam genggaman tangan. Belum lagi godaan akan cicilan dengan bunga 0% plus mendapatkan cashback sekian persen. Wah, menyenangkan sekali rasanya.

Dan bila kita berjalan ke pusat pembelanjaan di mana setiap supermarket besar atau bagian elektroniknya pasti terdapat booth pembiayaan yang menawarkan cicilan ringan dengan modal KTP saja. Iya hanya modal KTP saja dan tentu ada "pemanis" lainnya yaitu "proses cepat, bunga ringan, hanya 10 menit". Iya apa iya? Pasti Anda sering melihat hal seperti ini bukan?

Pada akhirnya Anda membeli produk tersebut. Entah benar karena kebutuhan atau karena keinginan saja. Melihat kemudahan tersebut, apakah ini menjadi gaya hidup Anda saat ini?


3. Penipuan
Setelah pendidikan finansial yang kurang serta dipengaruhi oleh gaya hidup, hal ketiga yang dapat membuat keuangan cepat habis adalah kena tipu atau terjadi penipuan terhadap diri Anda.

Tentu Anda pernah mendengar cerita para pahlawan devisa kita yang berjuang di luar negeri untuk mendapatkan uang, saat mereka kembali ke Indonesia dengan membawa uang cukup banyak, namun hanya bertahan beberapa bulan. Ketika pulang, mereka ditawarkan sebuah penawaran menarik untuk menyimpan uang mereka di koperasi atau diinvestasikan ke bisnis, namun itu semua berkedok money game atau biasa dikenal dengan investasi bodong.

Setelah mengalami peristiwa tersebut, tentu mereka akan stres dan berpikir untuk kembali merantau kerja di negeri orang lagi entah sampai kapan. Ini baru dari para pahlawan devisa lho.

Tentu kita pernah mendengar para pensiunan yang mendapatkan pesangon cukup besar. Ketika mereka mendapatkan dana pensiunan yang cukup besar, ratusan juta sampai miliaran, tiba-tiba kena tipu dengan model yang sama juga seperti tadi. Maksud hati ingin pensiun dengan tenang dan damai, ini malah stres karena uangnya sudah habis total.

Tidak hanya para pensiunan lho yang menjadi korban, anggotan TNI dan Polri aktif juga menjadi korban bahkan anggota dewan pun menjadi korban kasus penggandaan uang. Maka sangat terbuka kemungkinan uang Anda tergerus habis karena tergiur oleh iming-iming yang wow tadi.

Semua kembali lagi pada kurangnya pendidikan finansial yang diterima. Maka jangan ragu untuk terus belajar, kapanpun, dan di manapun untuk mencapai keuangan yang lebih baik.

Sumber 
Tag: Stanley Christian, AZ Consulting
Penulis/Editor: Cahyo Prayogo
Foto: Unsplash/Tim Gouw

#gayahidup #stopkonsumerisme #investasicerdas #lawankonsumerisme #trendhidup #ubahcarapandang #sccaparkost #gayahidupproduktif

Investasi Jangka Panjang

Menanamkan dana untuk investasi merupakan pilihan yang tepat untuk masa depan. Pilihan investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan...