Kamis, 18 April 2019

Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot

Pernahkah kalian mendengar tentang gaya hidup minimalis? Nah, ternyata gaya hidup semacam ini sudah banyak yang menjalankan. Baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Contoh negara yang banyak sekali memakai gaya hidup minimalis adalah di Jepang. Seperti kita ketahui, letak geografis di Jepang sangat rawan sekali terkena gempa dan tsunami. Sehingga banyak dari masyarakat mereka yang meminimalisir harta benda yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan, supaya mereka tidak terlalu dipusingkan oleh harta benda kepunyaan mereka sendiri. Sebetulnya, apa sih gaya hidup minimalis itu? Bagaimana sih cara menjadi seseorang yang minimalis? Terus apa manfaatnya bagi hidup kita? Nah, artikel ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan serta mengulas sekelumit soal minimalisme.
Dasar Filosofis Dasar pemikiran dari gaya hidup ini sejatinya diambil dari ajaran Buddhisme Zen yang menganjurkan agar kita dalam hidup tidak dikuasai oleh hasrat memiliki atau mengkoleksi harta benda berlebihan. Kita biasa menyebutnya dengan budaya konsumerisme. Gaya hidup minimalis menolak budaya konsumtif seperti yang disebutkan di atas. Minimalisme menganggap, semakin banyak harta benda yang kita miliki (padahal banyak dari benda itu yang sebetulnya tidak kita butuhkan), maka semakin pusing kita mengurus harta benda kita. Gaya hidup modernis atau materialistis yang dimaknai secara salah telah banyak membawa manusia jatuh pada gaya hidup membeli atau mengkoleksi barang secara berlebihan. Akhirnya, konsumerisme ini membawa dampak buruk berupa rasa stress karena terlalu banyak barang yang harus diurus. Lebih daripada itu, banyak di antara kita yang akhirnya susah membedakan mana barang yang kita butuhkan, atau hanya kita inginkan semata. Hidup kita akan sangat menyengsarakan jika hanya mengikuti hasrat apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan. Lantas bagaimana dan apa saja manfaat dari gaya hidup minimalis?
Langkah dan Manfaat Gaya Hidup Minimalis Menjadi seseorang yang minimalis sejatinya sederhana saja. Kita hanya perlu mengesampingkan — entah dengan cara menjual, atau mensedekahkannya kepada orang lain — benda-benda yang sebetulnya tidak kita butuhkan. Dan kita hanya menyimpan barang-barang yang betul-betul kita butuhkan. Selain itu, kita juga menjadi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain yang lebih produktif daripada hanya mengurusi harta benda sendiri. Konsep “less is more” yang ada dalam minimalisme membuat kita tidak sibuk mengurusi seabrek harta benda yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Ada pun manfaat menjadi minimalis adalah, Pertama, kita tidak perlu repot untuk membersihkan atau merawat barang-barang. Kedua, kita akan lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti membaca buku, olahraga, menulis, dan lain-lain. Ketiga, hidup kita akan lebih bahagia karena terhindari dari stress dan perasaan negatif lainnya dalam hal mengejar kepuasan materi. Kita juga bisa fokus pada kebutuhan tanpa harus terbebani gengsi.
Keempat, kita dapat menghemat atau menggunakan uang kita untuk memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak, travelling, mengikuti pelatikan fotografi, atau mengikuti kelas kebugaran. Kelima, ruangan yang kita tempati akan terasa lebih ‘lega’ dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada pikiran. Intinya, konsumerisme hanya membawa dampak negatif pada hidup kita. Terlalu konsumtif membuat kita mengoleksi dan membeli barang-barang hanya demi hasrat duniawi dan gengsi semata. Minimalisme mengajak kita meninggalkan kebiasaan buruk di atas, dan menghadapi hidup lebih nyaman. (Bung)

Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot

Disadur dari

#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #ubahcarapandang #sneakers #investasicerdas #cerdasinvestasi #gayahidupkonsumtif #sccaparkost
Pernahkah kalian mendengar tentang gaya hidup minimalis? Nah, ternyata gaya hidup semacam ini sudah banyak yang menjalankan. Baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Contoh negara yang banyak sekali memakai gaya hidup minimalis adalah di Jepang. Seperti kita ketahui, letak geografis di Jepang sangat rawan sekali terkena gempa dan tsunami. Sehingga banyak dari masyarakat mereka yang meminimalisir harta benda yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan, supaya mereka tidak terlalu dipusingkan oleh harta benda kepunyaan mereka sendiri. Sebetulnya, apa sih gaya hidup minimalis itu? Bagaimana sih cara menjadi seseorang yang minimalis? Terus apa manfaatnya bagi hidup kita? Nah, artikel ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan serta mengulas sekelumit soal minimalisme. Dasar Filosofis Dasar pemikiran dari gaya hidup ini sejatinya diambil dari ajaran Buddhisme Zen yang menganjurkan agar kita dalam hidup tidak dikuasai oleh hasrat memiliki atau mengkoleksi harta benda berlebihan. Kita biasa menyebutnya dengan budaya konsumerisme. Gaya hidup minimalis menolak budaya konsumtif seperti yang disebutkan di atas. Minimalisme menganggap, semakin banyak harta benda yang kita miliki (padahal banyak dari benda itu yang sebetulnya tidak kita butuhkan), maka semakin pusing kita mengurus harta benda kita. Gaya hidup modernis atau materialistis yang dimaknai secara salah telah banyak membawa manusia jatuh pada gaya hidup membeli atau mengkoleksi barang secara berlebihan. Akhirnya, konsumerisme ini membawa dampak buruk berupa rasa stress karena terlalu banyak barang yang harus diurus. Lebih daripada itu, banyak di antara kita yang akhirnya susah membedakan mana barang yang kita butuhkan, atau hanya kita inginkan semata. Hidup kita akan sangat menyengsarakan jika hanya mengikuti hasrat apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan. Lantas bagaimana dan apa saja manfaat dari gaya hidup minimalis? Langkah dan Manfaat Gaya Hidup Minimalis Menjadi seseorang yang minimalis sejatinya sederhana saja. Kita hanya perlu mengesampingkan — entah dengan cara menjual, atau mensedekahkannya kepada orang lain — benda-benda yang sebetulnya tidak kita butuhkan. Dan kita hanya menyimpan barang-barang yang betul-betul kita butuhkan. Selain itu, kita juga menjadi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain yang lebih produktif daripada hanya mengurusi harta benda sendiri. Konsep “less is more” yang ada dalam minimalisme membuat kita tidak sibuk mengurusi seabrek harta benda yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Ada pun manfaat menjadi minimalis adalah, Pertama, kita tidak perlu repot untuk membersihkan atau merawat barang-barang. Kedua, kita akan lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti membaca buku, olahraga, menulis, dan lain-lain. Ketiga, hidup kita akan lebih bahagia karena terhindari dari stress dan perasaan negatif lainnya dalam hal mengejar kepuasan materi. Kita juga bisa fokus pada kebutuhan tanpa harus terbebani gengsi. Keempat, kita dapat menghemat atau menggunakan uang kita untuk memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak, travelling, mengikuti pelatikan fotografi, atau mengikuti kelas kebugaran. Kelima, ruangan yang kita tempati akan terasa lebih ‘lega’ dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada pikiran. Intinya, konsumerisme hanya membawa dampak negatif pada hidup kita. Terlalu konsumtif membuat kita mengoleksi dan membeli barang-barang hanya demi hasrat duniawi dan gengsi semata. Minimalisme mengajak kita meninggalkan kebiasaan buruk di atas, dan menghadapi hidup lebih nyaman. (Bung)

Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
URL Artikel: https://lifestyle.fajarpos.com/health/15/04/2019/25478/minimalisme-gaya-hidup-anti-repot/
Pernahkah kalian mendengar tentang gaya hidup minimalis? Nah, ternyata gaya hidup semacam ini sudah banyak yang menjalankan. Baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Contoh negara yang banyak sekali memakai gaya hidup minimalis adalah di Jepang. Seperti kita ketahui, letak geografis di Jepang sangat rawan sekali terkena gempa dan tsunami. Sehingga banyak dari masyarakat mereka yang meminimalisir harta benda yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan, supaya mereka tidak terlalu dipusingkan oleh harta benda kepunyaan mereka sendiri. Sebetulnya, apa sih gaya hidup minimalis itu? Bagaimana sih cara menjadi seseorang yang minimalis? Terus apa manfaatnya bagi hidup kita? Nah, artikel ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan serta mengulas sekelumit soal minimalisme. Dasar Filosofis Dasar pemikiran dari gaya hidup ini sejatinya diambil dari ajaran Buddhisme Zen yang menganjurkan agar kita dalam hidup tidak dikuasai oleh hasrat memiliki atau mengkoleksi harta benda berlebihan. Kita biasa menyebutnya dengan budaya konsumerisme. Gaya hidup minimalis menolak budaya konsumtif seperti yang disebutkan di atas. Minimalisme menganggap, semakin banyak harta benda yang kita miliki (padahal banyak dari benda itu yang sebetulnya tidak kita butuhkan), maka semakin pusing kita mengurus harta benda kita. Gaya hidup modernis atau materialistis yang dimaknai secara salah telah banyak membawa manusia jatuh pada gaya hidup membeli atau mengkoleksi barang secara berlebihan. Akhirnya, konsumerisme ini membawa dampak buruk berupa rasa stress karena terlalu banyak barang yang harus diurus. Lebih daripada itu, banyak di antara kita yang akhirnya susah membedakan mana barang yang kita butuhkan, atau hanya kita inginkan semata. Hidup kita akan sangat menyengsarakan jika hanya mengikuti hasrat apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan. Lantas bagaimana dan apa saja manfaat dari gaya hidup minimalis? Langkah dan Manfaat Gaya Hidup Minimalis Menjadi seseorang yang minimalis sejatinya sederhana saja. Kita hanya perlu mengesampingkan — entah dengan cara menjual, atau mensedekahkannya kepada orang lain — benda-benda yang sebetulnya tidak kita butuhkan. Dan kita hanya menyimpan barang-barang yang betul-betul kita butuhkan. Selain itu, kita juga menjadi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain yang lebih produktif daripada hanya mengurusi harta benda sendiri. Konsep “less is more” yang ada dalam minimalisme membuat kita tidak sibuk mengurusi seabrek harta benda yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Ada pun manfaat menjadi minimalis adalah, Pertama, kita tidak perlu repot untuk membersihkan atau merawat barang-barang. Kedua, kita akan lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti membaca buku, olahraga, menulis, dan lain-lain. Ketiga, hidup kita akan lebih bahagia karena terhindari dari stress dan perasaan negatif lainnya dalam hal mengejar kepuasan materi. Kita juga bisa fokus pada kebutuhan tanpa harus terbebani gengsi. Keempat, kita dapat menghemat atau menggunakan uang kita untuk memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak, travelling, mengikuti pelatikan fotografi, atau mengikuti kelas kebugaran. Kelima, ruangan yang kita tempati akan terasa lebih ‘lega’ dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada pikiran. Intinya, konsumerisme hanya membawa dampak negatif pada hidup kita. Terlalu konsumtif membuat kita mengoleksi dan membeli barang-barang hanya demi hasrat duniawi dan gengsi semata. Minimalisme mengajak kita meninggalkan kebiasaan buruk di atas, dan menghadapi hidup lebih nyaman. (Bung)

Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
URL Artikel: https://lifestyle.fajarpos.com/health/15/04/2019/25478/minimalisme-gaya-hidup-anti-repot/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Investasi Jangka Panjang

Menanamkan dana untuk investasi merupakan pilihan yang tepat untuk masa depan. Pilihan investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan...