Pernahkah kalian mendengar tentang gaya hidup minimalis? Nah, ternyata gaya hidup semacam ini sudah banyak yang menjalankan. Baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Contoh negara yang banyak sekali memakai gaya hidup minimalis adalah di Jepang. Seperti kita ketahui, letak geografis di Jepang sangat rawan sekali terkena gempa dan tsunami. Sehingga banyak dari masyarakat mereka yang meminimalisir harta benda yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan, supaya mereka tidak terlalu dipusingkan oleh harta benda kepunyaan mereka sendiri. Sebetulnya, apa sih gaya hidup minimalis itu? Bagaimana sih cara menjadi seseorang yang minimalis? Terus apa manfaatnya bagi hidup kita? Nah, artikel ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan serta mengulas sekelumit soal minimalisme.
Dasar Filosofis Dasar pemikiran dari gaya hidup ini sejatinya diambil dari ajaran Buddhisme Zen yang menganjurkan agar kita dalam hidup tidak dikuasai oleh hasrat memiliki atau mengkoleksi harta benda berlebihan. Kita biasa menyebutnya dengan budaya konsumerisme. Gaya hidup minimalis menolak budaya konsumtif seperti yang disebutkan di atas. Minimalisme menganggap, semakin banyak harta benda yang kita miliki (padahal banyak dari benda itu yang sebetulnya tidak kita butuhkan), maka semakin pusing kita mengurus harta benda kita. Gaya hidup modernis atau materialistis yang dimaknai secara salah telah banyak membawa manusia jatuh pada gaya hidup membeli atau mengkoleksi barang secara berlebihan. Akhirnya, konsumerisme ini membawa dampak buruk berupa rasa stress karena terlalu banyak barang yang harus diurus. Lebih daripada itu, banyak di antara kita yang akhirnya susah membedakan mana barang yang kita butuhkan, atau hanya kita inginkan semata. Hidup kita akan sangat menyengsarakan jika hanya mengikuti hasrat apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan. Lantas bagaimana dan apa saja manfaat dari gaya hidup minimalis?
Langkah dan Manfaat Gaya Hidup Minimalis Menjadi seseorang yang minimalis sejatinya sederhana saja. Kita hanya perlu mengesampingkan — entah dengan cara menjual, atau mensedekahkannya kepada orang lain — benda-benda yang sebetulnya tidak kita butuhkan. Dan kita hanya menyimpan barang-barang yang betul-betul kita butuhkan. Selain itu, kita juga menjadi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain yang lebih produktif daripada hanya mengurusi harta benda sendiri. Konsep “less is more” yang ada dalam minimalisme membuat kita tidak sibuk mengurusi seabrek harta benda yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Ada pun manfaat menjadi minimalis adalah, Pertama, kita tidak perlu repot untuk membersihkan atau merawat barang-barang. Kedua, kita akan lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti membaca buku, olahraga, menulis, dan lain-lain. Ketiga, hidup kita akan lebih bahagia karena terhindari dari stress dan perasaan negatif lainnya dalam hal mengejar kepuasan materi. Kita juga bisa fokus pada kebutuhan tanpa harus terbebani gengsi.
Keempat, kita dapat menghemat atau menggunakan uang kita untuk memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak, travelling, mengikuti pelatikan fotografi, atau mengikuti kelas kebugaran. Kelima, ruangan yang kita tempati akan terasa lebih ‘lega’ dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada pikiran. Intinya, konsumerisme hanya membawa dampak negatif pada hidup kita. Terlalu konsumtif membuat kita mengoleksi dan membeli barang-barang hanya demi hasrat duniawi dan gengsi semata. Minimalisme mengajak kita meninggalkan kebiasaan buruk di atas, dan menghadapi hidup lebih nyaman. (Bung)
Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
Disadur dari
#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #ubahcarapandang #sneakers #investasicerdas #cerdasinvestasi #gayahidupkonsumtif #sccaparkost
Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
Disadur dari
#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #ubahcarapandang #sneakers #investasicerdas #cerdasinvestasi #gayahidupkonsumtif #sccaparkost
Pernahkah kalian
mendengar tentang gaya hidup minimalis? Nah, ternyata gaya hidup semacam
ini sudah banyak yang menjalankan. Baik di dalam negeri, maupun di luar
negeri. Contoh negara yang banyak sekali memakai gaya hidup minimalis
adalah di Jepang.
Seperti kita ketahui, letak geografis di Jepang sangat rawan sekali
terkena gempa dan tsunami. Sehingga banyak dari masyarakat mereka yang
meminimalisir harta benda yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan,
supaya mereka tidak terlalu dipusingkan oleh harta benda kepunyaan
mereka sendiri.
Sebetulnya, apa sih gaya hidup minimalis itu? Bagaimana sih cara menjadi
seseorang yang minimalis? Terus apa manfaatnya bagi hidup kita? Nah,
artikel ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan serta mengulas
sekelumit soal minimalisme.
Dasar Filosofis
Dasar pemikiran dari gaya hidup ini sejatinya diambil dari ajaran
Buddhisme Zen yang menganjurkan agar kita dalam hidup tidak dikuasai
oleh hasrat memiliki atau mengkoleksi harta benda berlebihan. Kita biasa
menyebutnya dengan budaya konsumerisme.
Gaya hidup minimalis menolak budaya konsumtif seperti yang disebutkan di
atas. Minimalisme menganggap, semakin banyak harta benda yang kita
miliki (padahal banyak dari benda itu yang sebetulnya tidak kita
butuhkan), maka semakin pusing kita mengurus harta benda kita.
Gaya hidup modernis atau materialistis yang dimaknai secara salah telah
banyak membawa manusia jatuh pada gaya hidup membeli atau mengkoleksi
barang secara berlebihan. Akhirnya, konsumerisme ini membawa dampak
buruk berupa rasa stress karena terlalu banyak barang yang harus diurus.
Lebih daripada itu, banyak di antara kita yang akhirnya susah membedakan
mana barang yang kita butuhkan, atau hanya kita inginkan semata. Hidup
kita akan sangat menyengsarakan jika hanya mengikuti hasrat apa yang
kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan.
Lantas bagaimana dan apa saja manfaat dari gaya hidup minimalis?
Langkah dan Manfaat Gaya Hidup Minimalis
Menjadi seseorang yang minimalis sejatinya sederhana saja. Kita hanya
perlu mengesampingkan — entah dengan cara menjual, atau mensedekahkannya
kepada orang lain — benda-benda yang sebetulnya tidak kita butuhkan.
Dan kita hanya menyimpan barang-barang yang betul-betul kita butuhkan.
Selain itu, kita juga menjadi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal
lain yang lebih produktif daripada hanya mengurusi harta benda sendiri.
Konsep “less is more” yang ada dalam minimalisme membuat kita tidak
sibuk mengurusi seabrek harta benda yang sebetulnya tidak dibutuhkan.
Ada pun manfaat menjadi minimalis adalah, Pertama, kita tidak perlu
repot untuk membersihkan atau merawat barang-barang. Kedua, kita akan
lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti
membaca buku, olahraga, menulis, dan lain-lain. Ketiga, hidup kita akan
lebih bahagia karena terhindari dari stress dan perasaan negatif lainnya
dalam hal mengejar kepuasan materi. Kita juga bisa fokus pada kebutuhan
tanpa harus terbebani gengsi.
Keempat, kita dapat menghemat atau menggunakan uang kita untuk
memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak,
travelling, mengikuti pelatikan fotografi, atau mengikuti kelas
kebugaran. Kelima, ruangan yang kita tempati akan terasa lebih ‘lega’
dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada
pikiran.
Intinya, konsumerisme hanya membawa dampak negatif pada hidup kita.
Terlalu konsumtif membuat kita mengoleksi dan membeli barang-barang
hanya demi hasrat duniawi dan gengsi semata. Minimalisme mengajak kita
meninggalkan kebiasaan buruk di atas, dan menghadapi hidup lebih nyaman.
(Bung)
Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
URL Artikel: https://lifestyle.fajarpos.com/health/15/04/2019/25478/minimalisme-gaya-hidup-anti-repot/
Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
URL Artikel: https://lifestyle.fajarpos.com/health/15/04/2019/25478/minimalisme-gaya-hidup-anti-repot/
Pernahkah kalian
mendengar tentang gaya hidup minimalis? Nah, ternyata gaya hidup semacam
ini sudah banyak yang menjalankan. Baik di dalam negeri, maupun di luar
negeri. Contoh negara yang banyak sekali memakai gaya hidup minimalis
adalah di Jepang.
Seperti kita ketahui, letak geografis di Jepang sangat rawan sekali
terkena gempa dan tsunami. Sehingga banyak dari masyarakat mereka yang
meminimalisir harta benda yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan,
supaya mereka tidak terlalu dipusingkan oleh harta benda kepunyaan
mereka sendiri.
Sebetulnya, apa sih gaya hidup minimalis itu? Bagaimana sih cara menjadi
seseorang yang minimalis? Terus apa manfaatnya bagi hidup kita? Nah,
artikel ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan serta mengulas
sekelumit soal minimalisme.
Dasar Filosofis
Dasar pemikiran dari gaya hidup ini sejatinya diambil dari ajaran
Buddhisme Zen yang menganjurkan agar kita dalam hidup tidak dikuasai
oleh hasrat memiliki atau mengkoleksi harta benda berlebihan. Kita biasa
menyebutnya dengan budaya konsumerisme.
Gaya hidup minimalis menolak budaya konsumtif seperti yang disebutkan di
atas. Minimalisme menganggap, semakin banyak harta benda yang kita
miliki (padahal banyak dari benda itu yang sebetulnya tidak kita
butuhkan), maka semakin pusing kita mengurus harta benda kita.
Gaya hidup modernis atau materialistis yang dimaknai secara salah telah
banyak membawa manusia jatuh pada gaya hidup membeli atau mengkoleksi
barang secara berlebihan. Akhirnya, konsumerisme ini membawa dampak
buruk berupa rasa stress karena terlalu banyak barang yang harus diurus.
Lebih daripada itu, banyak di antara kita yang akhirnya susah membedakan
mana barang yang kita butuhkan, atau hanya kita inginkan semata. Hidup
kita akan sangat menyengsarakan jika hanya mengikuti hasrat apa yang
kita inginkan, bukan apa yang kita butuhkan.
Lantas bagaimana dan apa saja manfaat dari gaya hidup minimalis?
Langkah dan Manfaat Gaya Hidup Minimalis
Menjadi seseorang yang minimalis sejatinya sederhana saja. Kita hanya
perlu mengesampingkan — entah dengan cara menjual, atau mensedekahkannya
kepada orang lain — benda-benda yang sebetulnya tidak kita butuhkan.
Dan kita hanya menyimpan barang-barang yang betul-betul kita butuhkan.
Selain itu, kita juga menjadi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal
lain yang lebih produktif daripada hanya mengurusi harta benda sendiri.
Konsep “less is more” yang ada dalam minimalisme membuat kita tidak
sibuk mengurusi seabrek harta benda yang sebetulnya tidak dibutuhkan.
Ada pun manfaat menjadi minimalis adalah, Pertama, kita tidak perlu
repot untuk membersihkan atau merawat barang-barang. Kedua, kita akan
lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti
membaca buku, olahraga, menulis, dan lain-lain. Ketiga, hidup kita akan
lebih bahagia karena terhindari dari stress dan perasaan negatif lainnya
dalam hal mengejar kepuasan materi. Kita juga bisa fokus pada kebutuhan
tanpa harus terbebani gengsi.
Keempat, kita dapat menghemat atau menggunakan uang kita untuk
memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak,
travelling, mengikuti pelatikan fotografi, atau mengikuti kelas
kebugaran. Kelima, ruangan yang kita tempati akan terasa lebih ‘lega’
dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada
pikiran.
Intinya, konsumerisme hanya membawa dampak negatif pada hidup kita.
Terlalu konsumtif membuat kita mengoleksi dan membeli barang-barang
hanya demi hasrat duniawi dan gengsi semata. Minimalisme mengajak kita
meninggalkan kebiasaan buruk di atas, dan menghadapi hidup lebih nyaman.
(Bung)
Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
URL Artikel: https://lifestyle.fajarpos.com/health/15/04/2019/25478/minimalisme-gaya-hidup-anti-repot/
Artikel Terbit di Fajarpos.com
Judul Artikel: Minimalisme: Gaya Hidup Anti Repot
URL Artikel: https://lifestyle.fajarpos.com/health/15/04/2019/25478/minimalisme-gaya-hidup-anti-repot/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar