Tampilkan postingan dengan label #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #gayahidupproduktif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #gayahidupproduktif. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Juni 2019

Bijak Mengelola Keuangan Pribadi dan Keluarga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain meningkatkan kecerdasan keuangan (financial intelligent) kita tiap waktu, salah satu masalah yang kerap kali menghampiri dalam pengelolaan keuangan pribadi dan keluarga adalah latah keuangan. Jika ingin mengubah nasib keuangan, maka perlunya mengubah cara berpikir-tindakan-kebiasaan-karakter, sehingga nantinya nasib keuangan kita insya Allah juga ikut berubah.

Dalam tangga motivasi keuangan pribadi dan keluarga, pada tangga terdalam ada yang dinamakan financial emulation (latah keuangan), suatu kondisi yang menggambarkan tingkat motivasi terendah. Yaitu dorongan untuk berbuat sesuatu karena ikut-ikutan, karena sebuah tren yang tengah berkembang secara meluas.

Misalnya, ketika lagi berkembang investasi tanaman gelombang cinta, Si Latah Keuangan ikut-ikutan berinvestasi.

Begitu ada yang menawarkan 'bagi hasil' 10 persen per bulan atawa 120 persen per tahun dalam Program MMM, berbondong-bondong Si Latah Keuangan sebagai orang terdepan menjadi juru bicaranya.

Motivasi semacam ini mudah sekali tergoyahkan. Apalagi jika antara harapan dan kenyataan jauh panggang dari api.

Hal ini secara mendasar terjadi lebih banyak disebabkan karena adanya inferior kompleks yang tinggi. Atau ketidaktahuannya terhadap identitas diri (krisis jati diri).

Intinya Si Latah Keuangan selalu minder, rendah diri dan malu dengan dirinya sendiri dalam hal pengelolaan keuangan. Bagi yang sudah akut mengalami sindrom inferior kompleks ini, selalu merasa kalau dirinya itu kurang pintar, kurang berharga, kurang penting dibandingkan orang lain.
Pun dalam hal pengelolaan keuangan pribadi dan keluarga. Alih-alih ingin agar dilihat lebih hebat dari orang lain dan menutupi kelemahan dirinya, yang terjadi malah berbalik semakin mengkerdilkan dirinya di hadapan orang lain secara keuangan.

Untuk itu agar tidak latah keuangan, berikut tipsnya:

1. Hargai berapapun uang yang kita miliki saat ini
Pada dasarnya uang itu tidak bisa ditahan-tahan keberadaannya di kantong. Semakin ditahan, maka semakin cepat pula keluarnya.

Yang bisa dilakukan adalah mengatur keuangan kita. Ketika dapat penghasilan/pendapatan, langsung bagi untuk kebutuhan masa paling depan, misalnya zakat/sedekah/perpuluhan/derma. Lalu kebutuhan masa lalu seperti utang, lalu kebutuhan masa depan seperti menabung dan investasi, baru akhirnya dihabiskan untuk kebutuhan masa sekarang. Dengan menghargai uang kita, sebenarnya kita sudah menghargai diri kita terlebih dahulu.

2. Hindari bersifat boros
Boros adalah berlebih-lebihan dalam pemakaian uang, barang, harta dan sebagainya. Boros itu juga sifat setan yang perlu kita hindari.

Kenapa kita jadi boros? Karena sisi emosional mengalahkan sisi rasional. Akibatnya otak dipenuhi oleh keinginan sesaat, yang pada ujungnya nanti muncul penyesalan.

Bagaimana agar kita tidak boros? Mencatat secara detail, apa saja yang menjadi kebutuhan kita.
Pisahkan, mana yang keinginan apalagi keinginan sesaat. Dengan itu, prioritas keuangan pribadi dan keluarga akan lebih terjaga dari sifat boros. Intinya adalah selalu melihat dari perspektif kebutuhan, bukan sekedar keinginan.

3. Rencanakan belanja kita, jangan belanja dadakan
Apa yang membedakan belanja di awal dan di akhir ketika orang menerima gaji?Selisihnya bisa hingga dua kali lipat, jika tidak terencana. Jika belanja bulanan terencana, maka selain efisien juga belanja benar-benar sesuai kebutuhan.

Kebutuhan belanja dalam keluarga terbagi dalam tiga jenis, pertama, family and personal care, meliputi berbagai barang untuk keperluan mandi dan lain-lain. Kedua, fresh care, meliputi aneka sayuran, daging, susu dan lainnya. Ketiga, frozen care, meliputi beras, minyak, aneka jenis bumbu masak dan lainnya.

Jadi, selalu rencanakan apa yang akan kita kerjakan terkait kebutuhan pribadi dan keluarga kita.
Rencana itu sebaiknya tertulis, dan begitu akan ke super market atau mini market atau grosir tempat kita biasa belanja, bawa catatan kebutuhannya.

4. Hindari utang, khususnya utang jelek (bad debt)
Orang yang tidak memahami cara uang bekerja, bisa dipastikan akan terjebak utang.
Karena konsumtivisme itu adalah keinginan yang melenakan, hingga akhirnya kita sadar tapi terlambat.

Utang dari sisi konsumen memang direncanakan untuk memudahkan. Jika hari ini kita tidak punya kendaraan bermotor, cukup DP Rp 500 ribu plus foto kopi kartu keluarga, hari ini atau besoknya kendaraan bermotor tersebut sudah nangkring di depan garasi rumah kita.

Begitu juga dengan barang-barang konsumtif yang lain. Pihak penyelenggara seperti leasing, bank, dan lainnya akan sangat senang ketika bisa meminjamkan uangnya.

Tetapi dari sisi konsumen yang tidak bijak, akan menambah masalah baru dalam kehidupannya. Apalagi jika total seluruh pinjaman kita itu melebihi angka 30 persen.

Artinya, kita sudah tidak sehat secara keuangan. Salah satu cara agar sehat keuangan adalah hindari utang, khususnya utang jelek (bad debt).

5. Hiduplah secukupnya
Idealnya kehidupan keuangan pribadi dan keluarga kita, ketika mendapakan penghasilan tidak boleh melebihi dari kebutuhan hidup dan gaya hidup kita. Kalaupun pendapatan aktif, produktif dan masif kita tinggi, usahakan gaya hidup dan kebutuhan hidup kita tetap. Sehingga ketika berapapun pendapatan kita, bisa 1, 2, 3 dan seterusnya, maka pengeluaran kita tetap satu.

Inilah yang disebut hidup secukupnya atau hidup semurah mungkin yang berarti kita bijak dalam pengelolaan keuangan pribadi dan keluarga.


#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Minggu, 16 Juni 2019

Gaji Sebesar Apapun Kalau Gaya Hidup Tinggi, Ya Nggak Akan Cukup!

Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil.


ACEHSATU.COM | BANDA ACEH – Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini.
Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga.
Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil.
Kata Bapak, jalani hidup itu yang biasa-biasa saja, karena yang penting itu hidup tenang dan damai tanpa utang.
Meskipun hidup biasa-biasa saja kadang memang selalu direndahkan dan tak dihargai orang.
Jadi dari zaman aku kecil, almarhum bapak selalu bilang untuk hidup yang sederhana, jangan memaksakan kehendak dan kemauan yang bersifat konsumtif saja. Biaya hidup sama dengan gaya hidup.
Kalau gaya hidup sudah tinggi, biaya hidup juga tinggi. Jadi gaji sebesar apapun kalau gaya hidupnya tinggi ya nggak akan cukup.Untuk itulah bapak selalu bilang untuk selalu bersyukur dalam hal apapun kepada anak-anaknya, termasuk kepadaku yang sampai saat ini omongan itu selalu aku pegang.
Pernah suatu hari omongan itu benar-benar menjadi cermin di saat hari gajian tiba, aku dan temanku yang menerima gaji di tanggal yang sama selalu mengeluh dengan gaji yang dia terima.
Padahal kalau mau dibandingkan dengan gajiku, gajiku masih jauh di bawah dia. Yah gaji dia lebih tinggi daripada gajiku.
Tapi kenapa dia selalu mengeluh? Ternyata jawabannya karena duit dia habis untuk menutupi utang dan beberapa cicilan yang dia punya.
Dan aku bersyukur bapakku pernah berpesan untuk selalu hidup sederhana, meskipun kadang kesederhanaan itu selalu dipandang rendah dan diolok.
Misal saja dari penampilan, aku yang berpenampilan biasa aja dan tak ada barang mahal apalagi bermerek, berbeda sekali dengan temanku yang penampilannya wow sekali dan selalu pamer barang yang dia punya dengan merek yang dia pakai.
Ya begitulah pokoknya!
Dari kejadian itu aku melihatnya sebagai pelajaran hidup, bukan hanya dari satu sisi, tapi melihat dari sisi berbeda.
Setiap orang berhak memilih jalan hidupnya sendiri, mau bagaimanapun dan mau seperti apapun, di balik itu ada konsekuensi yang harus dijalani. Misal mau bergaya keren macam apa kalau tidak ada duit ya ujung-ujungnya minjem/ngutang meski gaji pas-pasan, begitu sebaliknya berpenampilan sederhana menyesuaikan gaji juga tidak membuat orang lain rugi.
Toh duit ya duit sendiri, dan aku memilih untuk hidup yang sederhana seperti yang almarhum bapak aku bilang meski dipandang sebelah mata.


#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Senin, 10 Juni 2019

Keuangan Anda Memburuk Setelah Lebaran? Evaluasi Hal Berikut Ini

Bisnis.com, JAKARTA--Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi menjelang dan ketika Lebaran sering menghabiskan dana besar sehingga menyebabkan kondisi keuangan setelah Lebaran menjadi sulit.

Tak jarang, banyak orang kebingungan masalah keuangan setelah Lebaran dan harus kembali beraktivitas seperti biasa. Tunjangan hari raya (THR) pun sudah tak bersisa, gaji yang sudah dibayarkan juga menipis.

Guna mengembalikan kondisi normal, perencana keuangan Aidil Akbar mengatakan,  Anda harus mengevaluasi keuangan. Pertama sekali, Anda harus mengetahui sumber masalah keuangan tersebut.

"Kebocoran keuangannya dari pos mana saja, misalnya pos pengeluaran di bulan Ramadan mana yang paling banyak, " kata Aidil kepada Bisnis.com dikutip Kamis(6/6/2019).

Selain itu, harus dikaji ulang apakah ada pengeluaran yang tidak penting sehingga dapat mengganggu cashflow. Jadi, harus dilakukan pengecekan secara spesifik.

"Setelah kita tahu di mana sumber kebocoran dana tersebut, kita bisa mulai memperhitungkan berapa besar kemungkinan tersebut akan bocor lagi tahun depan, sehingga tidak jatuh di lubang yang sama, " jelasnya.

Saat mengevaluasi, yang harus diingat adalah apakah saat lebaran Anda sudah menggunakan dana darurat atau tidak.

"Jika kita pakai dana darurat berarti dikembalikan dana daruratnya, " katanya.
Selanjutnya, lihat apakah menggunakan kartu kredit atau tidak. Jika menggunakan kartu kredit, Anda harus segera membayar tagihan kartu tersebut.

"Tidak boleh ditunda. Semua utang konsumtif harus segera dilunasi semua, karena semakin banyak menunda, beban di bulan berikutnya akan semakin besar, " lanjutnya.


#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Minggu, 17 Maret 2019

Kenali Gaya Hidup Hedonisme dan Cara Menjauhinya

Winnetnews.com - Para remaja di zaman yang sangat canggih ini mereka memiliki keinginan yang tidak terbatas, mulai smartphone keluaran terbaru, gaya busana yang sedang trending, barang- barang bermerk yang mahal dan sebagainya. Dengan berbagai macam keinginan tersebut timbulah sebuah gaya hidup yang disebut dengan Hedonisme, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebuah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.

Di lingkungan kita ada beberapa jenis hedonism yaitu Phsycological Hedonism ,dimana manusia mengganggap mereka diciptakan hanya untuk bersenang-senang. Evaluative Hedonism, menganggap hanya kesenangan yang berharga sedangkan ketidak-senangan adalah sesuatu yang tidak berharga, dan yang terakhir Rationalizing Hedonism dimana manusia sadar akan dampak dan konsekuensinya.
Benarkah gaya hidup hedonisme bukanlah hal yang merugikan? mungkin iya bagi orang-orang yang memang memiliki kecukupan untuk membeli dan melakukan apapun yang diinginkan, karena memang seperti itu gaya hidup orang-orang kelas atas. Tetapi secara tidak langsung hal tersebut bisa memberikan dampak negatif kepada orang yang berada disekitarnya. Kenapa demikian? Karena adanya sosial media merupakan salah satu platfom yang berperan aktif dalam penyebaran dampak negatif ini, dimana siapa saja bias menyebarkan apa saja yang mereka lakukan dimanapun dan kapanpun.

Tidak hanya media sosial, ada beberapa kebiasaan yang bisa membuat orang menjadi hedonisme, yang pertama itu selalu menghindari masalah dan takut akan kenyataan, sikap pemalas ini merupakan salah satu hal yang erat dengan penganut hedonisme dimana mereka lebih suka terhadap hal-hal yang instan dan lebih menjanjikan dibandingkan berusah payah menghadapi masalah. Kedua, kebiasaan konsumtif yang tinggi dimana mereka sering membeli barang yang mereka inginkan bukan yang dibutuhkan. Dan yang terakhir itu hanya berorientasi pada uang dimana mereka berpikir kebahagiaan itu hanya berasal dari uang dan melakukan apapun untuk mendapatkannya.

Orang – orang yang hidup dengan gaya hidup tersebut bisa kita lihat dari kebiaasaannya seperti menginginkan segala sesuatu yang serba mewah, pilih – pilih teman, konsumerisme yang tinggi, dan cenderung anti sosial serta jauh dari agama.

Apa saja sih dampak buruk hedonisme?

Banyak sekali dampak hedonisme yang sering kita temui di masyarakat, khusus nya dikalangan remaja sekarang ini. Pergaulan bebas, narkoba, sex bebas dekat dengan remaja sekarang ini karena mereka suka menghambur-hamburkan uangnya untuk kesenangan duniawi tanpa memikirkan dampak setelah nya. Mereka cenderung konsumtif dan matrealistis karena hanya berorientasi akan uang, dan karena berorientasi pada uang mereka pun malas untuk melakukan sesuatu dan lebih memilih menggunakan uang untuk mempermudah pekerjaan mereka. Yang paling parah hedonisme bisa menuntuk ke hal-hal seperti korupsi, diskriminasi dan kriminalitas.

Banyak sekali dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari hedonisme ini, tetapi ada beberapa cara agar kita tidak terjerumus dalam kehidupan hedonisme ini, yaitu:
  1. Hidup sederhana
    Dengan hidup sederhana bukan berarti kita kekurangan, tetapi kita akan selalu mersa cukup akan hal-hal yang kita miliki.
  2. Dekatkan diri kepada Tuhan
    Bahkan di dalam agama kita diajarkan untuk selalu merasa cukup dan tidak berlebihan. Maka dari itu kita harus selalu beribadah agar terhindar dari hal-hal negatif dan lebih bijak dalam mengambil keputusan.
  3. Bekerja keras
    Dengan bekerja keras kita akan mengerti bagaimana sulitnya mencari uang dan akan menggunakan uang tersebut dengan sebaik-baiknya.
  4. Tidak konsumtif
    Dengan memanfaatkan uang dengan bijaksana, kita lebih mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.
  5. Selalu bersyukur
    Dengan bersyukur atas apa yang kita miliki, kita tidak akan merasakan kekurangan
  6. Memilih teman
    Tidak semua orang bisa kita jadikan teman, banyak orang sekarang ini menggunakan teman untuk kepentingannya sendiri. Dan juga dengan siapa kita berteman mencerminkan diri kita sendiri, karena biasanya seseorang berteman karena memiliki kebiasaan yang sama.
  7. Tidak mudah merasa iri
    Jika teman atau kerabat mu mempunyai sesuatu atau barang yang baru janganlah merasa iri dengan apa yang mereka miliki sudah dijelaskan diatas kita harus bersyukur atas apa yang telah kamu miliki.
Jadi sebaiknya kita sebagai anak remaja sekarang ini mengerti tentang apa itu hedonisme dan dampaknya sehingga mereka bisa menjauhi dan tidak terjerumus pada kehidupan hedonisme. Hedonisme bisa saja merusak masa depan kita,karena apa yang kita lakukan sekarang ini bisa menentukan masa depan kita. Jika kita bisa menggunakan masa remaja kita sebaik mungkin percayalah bahwa masa depan kita juga akan baik, karena di dunia ini tidak ada hal yang sia-sia.

Ditulis oleh Nadia Dyan Fahira
Mahasiswa London School of Public Relations

Disadur dari 

#GantiGayaHidup #GayaHidupProduktif #2019GantiGayaHidup #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost

Jumat, 01 Maret 2019

Kemenkeu Andalkan Generasi Milenial dan Ibu Rumah Tangga Biayai Defisit

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memiliki strategi untuk mencari pembiayaan guna menambal defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Salah satunya, melakukan pendalaman pasar investor terutama kelompok millenial dan ibu rumah tangga.

"Kami terus melakukan strategi untuk melakukan pendalaman market, bersama-sama OJK dan BI, kita masuk ke retail juga, itu dikaitkan juga dengan keinginan untuk mendapatkan investor base dari surat-surat berharga negara," ujar dia di Kemenkeu, Jakarta, Selasa (29/1/2019).

"Karena kalau investornya makin banyak terutama di kelompok milenial, kita sudah buat komunitas investor di Indonesia yang lebih kuat, sehingga tidak mudah terombang-ambingkan apabila ada sentimen global. Opsi terakhir kita juga melihat growing part berasal dari millenial selain ibu rumah tangga," lanjut dia.

Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan investor generasi milenial cukup agresif dalam beberapa waktu belakangan. Hal ini menggambarkan edukasi investasi semakin baik.

"Dari segmen usia, millenial tumbuhnya cukup tinggi dari sisi jumlah investornya, mereka growing, ini menggambarkan bahwa edukasi investasi semakin baik dan kemauan diversifikasi dari tabungan mereka juga baik," jelasnya.


Sri Mulyani melanjutkan, upaya lain untuk menambal defisit APBN adalah dengan mengamati kondisi masrket dalam negeri dan luar negeri. Kemudian, pemerintah juga melakukan diversifikasi instrumen pembiayaan agar tetap mampu merefleksikan kebutuhan dalam negeri dan kewajiban pembayaran.
"Kita harus melihat kondisi market dalam negeri maupun luar negeri. Dari sisi pertama, trend cost of fund-nya, The Fed sudah naikkan suku bungs dan BI lakukan adjustmen, kami tentu harus melakukan strategi bagaimana mendapatkan pendanaaan yang paling aman dan yang paling murah," tandasnya.

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, sccaparkost

Disadur dari

Minggu, 24 Februari 2019

Mempersiapkan dana pensiun mulai usia 20 tahun

Penghasilan yang didapatkan sejak usia muda bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini saja. Namun, Anda juga perlu memikirkan perencanaan keuangan jangka panjang hingga usia pensiun. 

Dana pensiun sangat diperlukan untuk mempersiapkan hari tua agar tidak mengalami kesulitan finansial.

Berikut tip menabung dana pensiun mulai usia 20 tahun demi hari tua yang lebih baik:

Usia 20

Anda sudah bisa menabung dana pensiun mulai dari usia 20-an. Sebab, semakin awal Anda menabung, maka semakin lama investasi akan tumbuh dan semakin sedikit Anda harus menabung dari waktu ke waktu, kata Arielle O 'Shea, seorang jurnalis keuangan untuk NerdWallet. 

Dalam mengatur keuangan, ikuti aturan 50-30-20. Gunakan 50 persen dari penghasilan untuk kebutuhan makanan, tempat tinggal, dan transportasi. Lalu 30 persen dikeluarkan untuk hiburan, dan 20 persen untuk tabungan termasuk pembayaran jangka panjang dan dana pensiun.

Anda pun harus memisahkan dana pensiun dan dana darurat. Sebab, dana pensiun sebaiknya tidak digunakan untuk menutupi pengeluaran yang tidak direncanakan. Dana pensiun, seperti namanya, adalah tabungan untuk hari tua, bukan untuk sesuatu yang tiba-tiba terjadi, seperti kehilangan pekerjaan atau sakit.

Saat usia 20-an, belajarlah investasi secara agresif. Anda bisa berinvestasi setidaknya 80 persen dalam saham karena masih memiliki 30 atau 40 tahun untuk pulih dari penurunan pasar saham jangka pendek yang menakutkan dan masih menghasilkan banyak uang.

Usia 30

Memasuki usia 30, Anda harus bisa lebih menghemat sebagian besar penghasilan dan hidup dengan sedikit uang atau mengambil pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan.
Hal terbaik yang bisa Anda lakukan pada usia 30-an adalah hindari meningkatkan gaya hidup Anda saat gaji meningkat. Hiduplah sesuai kemampuan, maka Anda akan membuahkan hasil dalam jangka panjang.

Akan lebih sulit bila pada usia ini Anda sudah berkeluarga dan memiliki anak. Ada kemungkinan menabung dana pensiun jadi lebih rumit karena membutuhkan biaya lebih banyak untuk masa depan anak.

Tak cukup hanya menyimpan tabungan, Anda pun perlu berinvestasi secara agresif dengan mengalokasikan 80 hingga 90 persen aset ke beragam saham.

Usia 40

Memasuki usia 40, teruslah menabung untuk masa pensiun. Bagaimana jika Anda sudah berusia 40 tahun dan belum memiliki dana pensiun? Jangan panik. Masih ada beberapa tahun ke depan untuk bekerja dan mengejar ketinggalan.

Segera buat rencana dana pensiun dan fokus melakukan yang lebih baik ke depan, mulailah catat pengeluaran setiap bulan. Pilihan ini akan membantu Anda memahami apa yang diperlukan bagi untuk menabung dana pensiun.

Anda perlu berkomitmen untuk menabung dalam jumlah yang wajar untuk sisa tahun kerja Anda sehingga Anda dapat menebus waktu yang hilang.

Investasi yang tepat untuk dana pensiun

Untuk menyiapkan dana pensiun, ada beberapa instrumen investasi yang bisa Anda pilih, yaitu investasi saham, reksadana pasar uang, deposito berjangka, investasi emas, dan BPJS Ketenagakerjaan. 

Anda juga bisa mencoba asuransi investasi, Real Estate Investment Trust atau REITs, dana anuitas, dan obligasi korporasi.



#GayaHidupProduktif #2019GantiGayaHidup #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Senin, 18 Februari 2019

Buat Millennials, Ini 5 Cara Bijak Mengelola Keuangan di Usia 20-an

Dengan adanya pemasukan sendiri di usia muda tentunya kamu butuh sistem pengelolaan yang baik. Agar kamu gak salah langkah, coba terapkan lima cara bijak mengelola uang di bawah ini guys!

1. Berinvestasi

Di zaman serba canggih seperti ini kita punya banyak plihan untuk berinvestasi. Jika kamu merasa kurang percaya diri dan takut mencoba investasi yang butuh modal dan keseriusan tinggi, maka kamu bisa coba perhiasan sebagai alternatifnya. Misalnya seperti emas, mengingat perkembangan harga emas akan selalu meningkat setiap tahunnya.

2. Mulai menabung

Selain berinvestasi menabung juga gak kalah penting lho dari pengelolaan uang di usia muda. Kamu bisa secara bebas menentukan jumlah uang yang ditabung dan juga bisa mengambilnya saat keadaan darurat. Untuk menabung kalian juga gak perlu butuh uang yang banyak, cukup sisihkan sedikit gaji kurang lebih 10-20 persen setiap bulannya.

3. Memiliki asuransi jiwa

Di tengah pesatnya inovasi dalam berbagai gaya hidup, kita juga gak boleh lengah dan terlalu menikmatinya. Karena jika begitu penyakit berbahaya bisa menghantui sebab banyak makanan tak sehat di zaman sekarang. Terlebih lagi kecelakaan kian hari selalu membayangi ketika kamu sibuk bermain gadget.
Dari kondisi ini kita sudah bisa paham betul kan bagaimana pentingnya peran jaminan keselamatan? Nah, biar kamu gak terbebani untuk mengeluarkan biaya yang besar ketika ada sesuatu yang tidak terduga coba ikut program asuransi jiwa guys!

4. Bersedekah dan bagi pada sesama

Meskipun efek yang akan kamu dapat gak langsung terasa, namun manfaat berbagi selagi kita memiliki rezeki itu penting banget lho.
Karena sudah waktunya kamu membiasakan diri untuk memikirkan orang lain, toh rezeki yang kamu berikan akan kembali meskipun dalam bentuk yang berbeda kan? Kamu akan jadi seorang yang bermanfaat dan punya 'kekayaan' dalam bentuk yang lebih berarti dari sekedar harta.

5. Menerapkan pola hidup minimalis

Nah, bagi kamu yang selalu up to date terhadap perkembangan zaman pasti udah gak asing sama istilah yang satu ini. Pola hidup minimalis kini sedang digemari dan dicoba para millennials.
Pola hidup minimalis memiliki definisi sebagai suatu aturan hidup yang hanya membolehkan kita membeli barang yang penting dalam jumlah sedikit, bahkan hanya satu dalam setiap jenisnya namun memiliki kualitas.
Jadi bisa disimpulkan kalau pola hidup ini membuat memaksimalkan efektifitas suatu barang dan membuat kita hidup lebih hemat.
Saat kamu ingin memiliki kehidupan yang baik, maka pengelolaan keuangan itu penting banget buat diperhatikan. Kalau susah untuk memulainya, coba terapkan 5 cara di atas tadi deh!

Verified Writer Keenanthy
Member IDN Times Community

Disadur dari

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, #gayahidup #stopkonsumerisme #investasicerdas #lawankonsumerisme, tren hidup produktif, #sccaparkost

Minggu, 10 Februari 2019

Perbedaan Gaya Hidup dan Biaya Hidup

TIMESINDONESIA, JAKARTAGaya hidup dan biaya hidup sekilas terdengar sama padahal memiliki arti yang sangat jauh berbeda. Biaya hidup adalah kebutuhan yang bisa dibilang sangat penting dan harus dipenuhi saat ini atau bisa juga kebutuhan mendesak, seperti makan, kesehatan, pakaian, tempat tinggal dan kendaraan.

Meskipun dibilang demikian, biaya hidup dipilih berdasarkan kebutuhan dan fungsinya, seperti rumah berfungsi sebagai tempat tinggal. Ya, tempat tinggal yang cukup untuk bernaung, kendaraan yang cukup untuk mengantarkan kita kemanapun kita ingin pergi.

Berbeda dengan biaya hidup, gaya hidup adalah kebutuhan yang tidak mendesak dan hanya diperuntukkan untuk orang yang memiliki penghasilan lebih. Seperti rumah mewah yang memiliki tingkat 2 meskipun hanya diisi oleh 3 orang, dan mobil mewah meskipun hanya untuk seorang diri saja.

Jika kita pikirkan dengan seksama, sebenarnya biaya hidup kita sangat murah sekali, karena hanya mencukupi kebutuhan kita tanpa muluk-muluk memilih barang yang mahal untuk gaya hidup yang mewah.

Gaya hidup harus disesuaikan dengan penghasilan kita agar tidak berdampak buruk untuk ke depannya. Oleh karena itu, kita harus lebih cermat dalam memilih kehidupan. Yang harus diutamakan tetaplah biaya hidup terlebih dahulu.

Pentingnya Disiplin Alokasi Aset      

Sembilan orang terkaya dan berkuasa di dunia pada saat itu mengadakan pertemuan di Hotel 
Edgewater Beach di Chicago pada tahun 1932.
Charles Schwab: Pemimpin Perusahaan Baja Terbesar
Samuel Insull: Presiden Perusahaan Jasa Public Terbesar Di Dunia
Howard Hopson: Pemimpin Perusahaan Gas Terbesar
Leon Frazier: Presiden Bank of International Settlements
Ivar Kreuger: Presiden International Match Co.
Richrad Whitney: Presiden New York Stock Exchange
Albert Fall: Anggota Kabinet Presiden Harding
Arthur Cotton: Spekulator Saham Terbesar
Jesse Livermore: Spekulator Saham Terbesar

Waktu berlalu. Dua puluh lima tahun setelah pertemuan mereka, fakta mengejutkan dan menyedihkan terjadi kepada mereka.

Charles Schwab: Meninggal tanpa uang sepersen pun setelah hidup selama 5 tahun dengan uang pinjaman.
Samuel Insull: Meninggal tanpa uang di tanah asing.
Howard Hopson: Sakit jiwa
Leon Frazier: Mati bunuh diri
Ivar Kreuger: Meninggal tanpa uang
Richrad Whitney: Baru bebas dari penjara
Albert Fall: Baru bebas dari penjara
Arthur Cotton: Meninggal tanpa uang
Jesse Livermore: Mati bunuh diri

Mengapa hal ini bisa terjadi pada orang terkaya sekalipun? Jawabannya adalah pengelolaan keuangan.

Tentunya ada banyak alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Tetapi faktor terbesar disebabkan ketidakpastian mereka dalam mengantisipasi keadaan yang terjadi. Setiap orang perlu mengalokasikan ke pos-pos keuangan di bawah ini. Berapa pun pendapatan Anda setiap bulannya 

Anda harus mengalokasikan ke dalam enam pos yang berbeda. 

Berikut enam pos penting untuk kesehatan finansial Anda.
Suatu misal Anda bekerja dan tiap bulan Anda mendapatkan gaji sebesar Rp 10.000.000, maka inilah yang perlu Anda lakukan. Jumlah uang dapat Anda sesuaikan dengan besar pemasukan Anda.

Alokasi Aset:
1. 10% : Sedekah/ Amal/ Sumbangan
2. 10% : Investasikan ke tempat yang aman
3. 10% : Pendidikan
4. 10% : Cadangan
5. 10% : Alokasi Kesenangan
6. 50% : Biaya Hidup

• 10% : Gunakan Rp 1.000.000,- untuk Sedekah/ Amal/ Sumbangan

Dalam pemahaman agama, sedekah justru akan malah menyehatkan dan menyejahterakan kita. Banyak mentor dan guru agama yang menjelaskan manfaat sedekah ini. Hal ini untuk membantu 

Anda agar tidak menjadi budak uang dan terikat dengan uang.


• 10% : gunakan RP. 1.000.000,- untuk investasi ke tempat yang aman

Uang inilah yang akan berkembang dan membantu menyejahterakan Anda. Anda harus rutin menginvestasikan uang ini. Bisa dalam bentuk Deposito, Unit Link, Saham, Surat Berharga, Mata Uang Asing, dan Instrumen Pasar Modal lainnya.
Telitilah dulu apakah investasi Anda terpercaya. Semakin banyak uang yang Anda investasikan, semakin banyak passive income yang Anda dapatkan.

• 10% : gunakan RP. 1.000.000,- untuk pendidikan

Pendidikan yang kami maksud bukan berarti Anda harus sekolah lagi atau kuliah lagi. Uang tersebut Anda investasikan untuk mendapatkan ilmu yang baru. Ilmu dapat diperoleh dari buku berkualitas, seminar, membeli CD/DVD, dan mengikuti pelatihan.

Zaman terus berubah. Pikiran kita belum tentu berubah. Inilah manfaat ilmu pengetahuan bagi kita. Sedikit uang Anda akan kembali berkali-kali lipat dengan ilmu yang Anda dapatkan.

• 10% : gunakan RP. 1.000.000,- untuk dana cadangan

Banyak contoh di sekitar kita terjadi hal-hal yang tidak terduga misalkan kecelakaan, sakit, motor/ mobil rusak, dsb. Alangkah baiknya Anda memiliki dana cadangan untuk masalah. Akan sangat lebih baik jika beban ini Anda tanggungkan kepada perusahaan asuransi. 

• 10% : gunakan RP. 1.000.000,- untuk having fun

Bekerja terus menerus tanpa menggunakannya sama sekali akan menimbulkan dampak psikologis yang kurang baik. Menikmati jerih payah Anda sebanyak 10% ini sangat baik untuk memanjakan diri Anda sendiri. Pergilah berbelanja. Ajak keluarga untuk jalan-jalan. Makanlah di restoran yang enak. 

Anda harus melakukannya.

• 50% : gunakan RP. 5.000.000,- untuk biaya hidup

Cukup tidak cukup harus cukup. Begitulah nasihat dari inspirator sukses no. 1 di Indonesia ini. Anda dapat belajar menghemat. Manakah yang dapat dihemat dari beberapa jenis pengeluaran ini.
Jika Anda terbiasa naik mobil, cobalah naik angkutan umum. Jika Anda selalu membeli sayur untuk memasak, cobalah menanam sayur sendiri di pekarangan rumah. Pilihlah alternatif yang termurah asalkan tidak mengurangi fungsinya.

“Satu lagi saran saya, untuk membeli barang konsumtif, hindarkan dompet Anda dari kata ‘kredit’ dan ‘ngutang’. Hal ini benar-benar akan mencekik leher Anda. Bergaya hiduplah sederhana seperti yang dinasihatkan orang terkaya no. 3 di dunia, Warren Buffet.

Angka di atas adalah contoh jika penghasilan Anda Rp. 10.000.000,- jika penghasilan Anda lebih, tinggal masukan angka rupiahnya saja. Dengan menggunakan konsep ini, Anda lebih mudah dan terarah dalam memantau dan mengalokasikan uang Anda.

“Dengan begini, Anda tidak akan mengalami krisis keuangan yang dapat menimbulkan pertengkaran suami-istri. Atau jika Anda masih lajang, Anda sudah belajar bagaimana mengatur keuangan dengan lebih baik,’’ tuturnya.

Anda harus benar-benar jeli membedakan gaya hidup dengan biaya hidup. Jangan sampai hanya karena memenuhi gaya hidup, keuangan Anda jadi berantakan. (*)

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, stop konsumerisme, Gaya Hidup dan Biaya Hidup


Selasa, 05 Februari 2019

6 Alasan Utama Kenapa Pandai Membagi Waktu Bikin Sukses Lebih Dekat

Pandai membagi waktu sejatinya adalah skill yang harus kita miliki. Bukan cuma buat masa kini, keahlian membagi waktu dan memanfaatkannya dengan baik akan berguna untuk kita di masa yang akan datang juga.

Melatih diri untuk memiliki kemampuan membagi waktu dengan baik akan membuat kita memiliki kebiasaan yang baik dan bisa membawa kita pada kesuksesan.

Gak percaya? Coba simak beberapa poin soal kenapa pandai membagi waktu bikin kita lebih dekat dengan kesuksesan.

1. Pandai membagi waktu menjadikan kamu sosok yang disiplin

6 Alasan Utama Kenapa Pandai Membagi Waktu Bikin Sukses Lebih Dekat
Bicara soal pembagian waktu, tentu gak bisa lepas dengan yang namanya kedisiplinan. Dua hal ini memang saling berhubungan satu sama lain dan gak bisa dipisahkan. Jika kamu memiliki kemampuan membagi waktu dengan baik, tentu kamu akan menjadi sosok yang disiplin.
Jiwa disiplin ini otomatis akan kamu terapkan dalam setiap aspek kehidupanmu termasuk target yang ingin dicapai. Jika sudah tepat waktu dalam mencapai target, maka kesuksesan juga jadi semakin dekat. Setuju?

2. Hidup juga jadi lebih tertata dan teratur

6 Alasan Utama Kenapa Pandai Membagi Waktu Bikin Sukses Lebih Dekat
Ketika mampu membagi waktu dengan baik, hidupmu juga pasti akan menjadi lebih terorganisir. Hidup yang tertata seperti ini akan membuat kamu lebih mudah menjalani segalanya karena semua sudah berada dalam kendalimu. Meskipun tentu saja akan ada satu atau dua hal yang pasti gak akan berjalan tepat sesuai rencana, tapi yakinlah kamu pasti bisa mengatasinya.

3. Orang lain juga jadi lebih mudah menaruh kepercayaan padamu

6 Alasan Utama Kenapa Pandai Membagi Waktu Bikin Sukses Lebih Dekat
Melihat hidupmu yang tertata dan jiwa disiplinmu yang gak main-main, orang akan lebih mudah menaruh kepercayaan padamu. Baik itu atasanmu di kantor atau kolega bisnismu, semuanya pasti akan mempercayakan semuanya kepadamu. Sehingga, sudah gak diragukan lagi kesuksesan akan semakin dekat.

4. Bisnis apapun yang kamu jalani jadi bisa kamu tekuni dengan baik
6 Alasan Utama Kenapa Pandai Membagi Waktu Bikin Sukses Lebih Dekat
Seorang pebisnis yang memiliki kemampuan mengatur waktu dengan baik adalah pebisnis yang dijamin bakal sukses.

Balik lagi ke poin awal soal target, seorang yang mampu me-manage waktunya dengan sungguh-sungguh tentu akan memastikan bahwa tujuannya tersebut akan terselesaikan tepat waktu. Sehingga gak ada tuh yang namanya kelabakan dan buru-buru.  

5. Kehidupan pribadi dan pekerjaan juga jadi gak gampang berbenturan

6 Alasan Utama Kenapa Pandai Membagi Waktu Bikin Sukses Lebih Dekat
Mengatur waktu dengan baik akan mampu membuat kamu membagi kehidupan pribadi dan pekerjaan sesuai porsinya. Gak berlebihan hanya pada satu hal saja akan mengantarkanmu pada kebahagiaan lahir dan batin. 

6. Alhasil, pikiranmu gak gampang kusut dan hatimu juga bahagia

6 Alasan Utama Kenapa Pandai Membagi Waktu Bikin Sukses Lebih Dekat
Hati yang bahagia, pikiran yang gak tertekan akan membuat siapa saja mudah memecahkan masalah yang datang. Sehingga, jika sudah mampu mengatur waktu dengan baik, memiliki hidup yang tertata, dan hati yang bahagia, maka tentulah kesuksesan akan tiba di depan mata. Setuju kan guys?

Jadi, gak ada salahnya sama sekali untuk mulai belajar mengatur waktu sebaik mungkin. Tentukan target terhadap satu keinginan yang ingin kamu capai. Tetap semangat!
Community Writer  

part time writer, full time daughter..,, 
you can kindly email me: desydamayanti92.dd@gmail.com 



#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #gayahidupproduktif,


Minggu, 27 Januari 2019

Gaya Berinvestasi Generasi Milenial

tirto.id - Mereka yang lahir antara 1980 hingga 2000 lebih senang menabung untuk tujuan-tujuan jangka pendek seperti liburan. Mereka enggan berinvestasi jangka panjang untuk keperluan dana pensiun seperti yang dilakukan generasi sebelumnya.

Mereka, para milenial, bahkan banyak yang memilih pensiun dari pekerjaan di usia muda. Bekerja secara lepas dan melakukan banyak perjalanan yang juga bisa menghasilkan uang. Jika generasi sebelumnya bekerja untuk menumpuk aset, kebanyakan milenial bekerja untuk bisa berlibur ke tempat jauh.

Tetapi bukan berarti generasi ini sama sekali tak melakukan investasi. Mereka yang memiliki penghasilan dan aset cukup besar di usia yang masih muda tetap melakukan investasi. Hanya saja dengan cara yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Juli lalu, ORC International menggelar survei dengan 2.250 respinden yang berasal dari dua generasi: generasi X yang lahir antara 1968 dan 1979 dan para milenial yang saat ini berusia 21 tahun atau lebih, yakni mereka yang lahir antara 1980 dan 1995.

Mereka yang mengikuti survei adalah yang memiliki aset minimal $100 ribu atau sekitar Rp1,3 miliar. Survei itu dilakukan untuk melihat perbedaan pola investasi kedua generasi.

Dalam laporannya berjudul "Beyond Baby Boomers: The Investable Assets of Tomorrow," ORC International membagi tipe investor dari dua generasi itu ke dalam empat kelompok; builders, adrenaline techies, cautious consulters, dan knowledgable Xs.

Builders adalah kelompok investor milenial dengan total aset investasi Rp1,3 miliar. Mereka bisa dibilang baru terjun ke dunia investasi, tetapi biasanya enggan menggunakan jasa penasehat finansial. Dalam hal memilih instrumen investasi, kelompok ini memiliki sensitivitas tinggi terhadap biaya-biaya.

Dalam memilih reksadana misalnya, mereka akan memperhitungkan biaya administrasi, biaya redeem (menarik uang hasil investasi), maupun biaya pergantian jenis reksadana. Besaran biaya-biaya ini akan menjadi bahan pertimbangan mereka memilih reksadana.

Infografik Perilaku Investor


Kelompok builders juga sebagian besar tak punya rencana jangka panjang. Bahkan rencana jangka pendek seperti sekolah anak pun tak mereka pikirkan. Hanya 26 persen dari investor di kelompok ini yang memiliki rencana investasi untuk pendidikan anak.

Kelompok yang kedua adalah adrenaline techies. Ia terdiri dari investor milenial yang memiliki aset lebih investasi lebih dari $250 ribu. Mereka yang masuk kelompok ini adalah milenial-milenial yang sudah mapan dan memiliki pemahaman investasi lebih baik dibanding kelompok builders.

Kelompok ini cukup sering melakukan trading saham yang frekuensinya bisa sampai 10 kali dalam sebulan. Mereka tak bergantung pada penasehat keuangan perorangan, tetapi robot. Untuk mendapatkan nasehat-nasehat keuangan, kelompok ini lebih memilih menggunakan aplikasi dibandingkan membayar seorang penasehat keuangan.

Kelompok ketiga adalah cautious consulter, yang berisi para responden dari generasi X. Secara finansial, mereka jauh lebih kaya. Ini dikarenakan mereka memang sudah bekerja lebih lama dibandingkan para milenial.

Mereka yang masuk dalam kelompok ini adalah generasi X dengan aset investasi $100 ribu hingga $500 ribu. Mereka jarang melakukan trading saham. Sebanyak 38 persen investor di kelompok ini berinvestasi untuk dana pensiun.

Karena generasi ini tak tumbuh di era digital seperti para milenial, mereka lebih nyaman menggunakan jasa penasehat keuangan dibandingkan menggunakan aplikasi. Mereka juga lebih suka menggunakan jasa pialang dibandingkan mencari tahu sendiri instrumen investasi apa yang cocok buat mereka.

Kelompok terakhir adalah knowledgable X. Ia terdiri dari generasi X yang memiliki aset investasi lebih dari $500 ribu. Meskipun memiliki pemahaman yang baik terhadap berbagai instrumen investasi, mereka adalah tipe investor yang sangat bergantung pada penasehat keuangan. Apapun kata penasehat mereka, akan diikuti.

Para investor dalam kelompok ini lebih memilik reksadana dibandingkan bermain saham. Mereka cenderung memiliki investasi yang aman dan risikonya tak terlalu besar.

Schroders, perusahaan manajer investasi, juga mengeluarkan riset terkait perilaku investasi. Sebanyak 20 ribu investor di 28 negara menjadi respondennya. Dari riset itu, disimpulkan bahwa milenial menargetkan imbal hasil investasi yang lebih tinggi. Ada 59 persen milenial yang menargetkan imbal hasil di atas 10 persen.

Sementara untuk generasi X yakni mereka yang saat ini berusia lebih dari 36 tahun, hanya 40 persen yang menargetkan imbal hasil di atas 10 persen.

 
Baca juga artikel terkait INVESTASI atau tulisan menarik lainnya Wan Ulfa Nur Zuhra
(tirto.id - Bisnis


Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Maulida Sri Handayani
 
 
#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, Milenial
 
 
 
 

Minggu, 20 Januari 2019

Gak Cukup Nabung, 5 Prinsip Ini yang Bikin Kamu Kaya di Usia Dini Lho!

Semua orang pasti akan sangat bersyukur diberikan kekayaan yang bisa mencukupi kebutuhan hidup. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan bisa tercukupi. Syukur-syukur, masih ada sisa untuk belanja atau pergi tamasya. Realitanya, menjadi kaya itu tidak semudah membalikkan telapak tangan!

Selama ini, sebagian millennials berusaha menjadi kaya dengan bekerja, berhemat, dan menabung. Tapi, hal ini ternyata gak cukup karena ada beberapa prinsip yang musti kamu pegang hingga nanti tua. Apa saja itu? Yuk, kita cek satu per satu prinsip yang bisa bikin kamu kaya di usia dini!

1. Bikin goals pribadi untuk meningkatkan pendapatanmu. Bisa bekerja lebih giat supaya naik gaji atau berbisnis di luar jam kerja

Meningkatkan pendapatan bisa bermacam-macam cara. Kalau disuruh memilih, pasti setiap orang akan punya caranya masing-masing. Ada yang memilih tetap bekerja keras dan mengejar bonus di kantornya. Ada yang bekerja sampingan sebagai ojek online di setelah jam kantor. Ada yang bikin bisnis seperti buka toko online.

Semua cara di atas sah-sah saja, kok! Namun pastikan keputusanmu nanti bisa kamu kerjakan konsisten tanpa mengganggu pekerjaan utama. Jangan sampai kamu jatuh sakit akibat terlalu sibuk mengerjakan tujuanmu itu. Sesuaikan semuanya dengan tenaga, modal, dan waktumu.

2. Buatlah daftar tentang apa saja yang ingin kamu peroleh pada waktu-waktu riil. Misalnya tahun 2019 ingin naik gaji, 2010 naik pangkat

Menurut ahli keuangan Sharon Maxwell Magnus, orang sukses punya kebiasaan mengatur hidup mereka dengan baik. Dengan ini, seseorang memiliki panduan untuk mencapai tujuannya. Saat mulai melenceng, orang sukses tadi tahu harus ke mana supaya kembali ke arah tujuan semula.
Karena itu, buatlah vision board atau paling sederhananya adalah daftar keinginanmu di waktu-waktu tertentu. Waktu ini haruslah riil dan rinci. Contohnya, Maret 2019 aku ingin punya motor baru. Desember 2019 aku ingin naik gaji. Kalau tidak begini, keinginanmu hanya bakal menguap dan terlupakan sia-sia.

3. Daripada cuma berspekulasi dengan cara pindah-pindah kerja untuk gaji yang tinggi, ada baiknya bertahan selama belum mendapat kepastian

Kalau kamu ingin pindah kerja demi kenaikan gaji, pikirkan kembali dengan matang-matang. Apakah kamu sudah bekerja secara maksimal di kantormu? Apakah seluruh potensimu sudah dicurahkan demi visi dan misi perusahaan? Pikirkan pula apakah kamu cukup kompeten di perusahaan lain dan siap menghadapi segala tantangannya!

Kalau kamu memang sudah langsung diterima di kantor lain, dengan gaji yang terjamin lebih tinggi, serta tahu pasti bagaimana jobdesk dan lingkungannya, bolehlah kamu ambil kesempatan itu. Tapi jika kamu mau resign sebelum diterima di tempat kerja baru, yakinlah tabunganmu cuma bakalan habis untuk biaya hidup.
4. Berani berkata tidak pada ajakan teman walaupun konsekuensinya bisa mengurangi keeratan hubunganmu dengannya

Terkadang keeratan teman di lingkungan kerja maupun di luar lingkungan kerja, membuatmu harus sering berkumpul di mall atau tempat makan. Namun realistislah dengan keinginanmu. Kalau kamu ingin kaya, hal-hal yang sifatnya gaya hidup harus diminimalisir.

Kamu harus mulai tegas pada diri sendiri agar mampu terhindar dari godaan-godaan. Kalau sudah tegas sama diri sendiri, kamu bisa tegas sama orang/hal lain. Kalau temanmu adalah sahabat yang baik, percayalah ia akan pengertian dan tidak memaksa.

5. Teruslah aktif dan tekun dalam kehidupan profesional. Jangan mudah menyerah karena ketidakcocokan atau masalah di lingkungan kerja


Jika kamu mendapat masalah di lingkungan kerja, ingat lagi kenapa dulu kamu masuk ke kantormu. Pikirkan apa yang terjadi hingga kamu bisa bertahan selama itu dan apa yang sudah didapat. Maka, kamu akan merasa sayang meninggalkan tempat yang selama ini membesarkanmu.

Di sisi lain, perusahaan biasanya menaruh perhatian lebih pada karyawan yang telah memulai segalanya dari bawah. Ini karena ia telah banyak belajar dan meresapi budaya di kantor. Kalau kamu meminta gaji dinaikkan dengan alasan rasional dan diimbangi kinerja baik, bukan tidak mungkin keinginan dikabulkan. Kalau diberi tantangan agar bisa naik gaji, terima saja dan kerjakan sebaik mungkin sambil bertanya kalau ada yang tidak paham.

Itu dia prinsip yang bisa bikin kamu kaya di usia dini. Sudah siapkah kamu menjalankannya? Atau kamu punya pengalaman lain? Yuk, berbagi pengalamanmu di kolom komentar!

 #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, #agentofchange, sccaparkost

Minggu, 13 Januari 2019

Apa Itu Revolusi Industri 4.0?

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta - Bersiap untuk menghadapi revolusi industri 4.0 adalah yang sedang dilakukan oleh dunia industri dan manufakturi di dunia. Maka tidak heran, jika banyak forum digelar untuk membahas revolusi industri 4.0. Namun sudah tahukah kita apa itu industri 4.0?
Menurut Wikipedia, industri 4.0 merupakan nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan komputasi kognitif.

Namun secara garis besar, revolusi industri 4.0 merupakan integrasi antara dunia internet atau online dengan dunia usaha atau produksi di sebuah industri. Artinya, semua proses produksi ditopang dengan internet.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, bahwa revolusi industri 4.0 merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan, namun menjadi peluang baru, sehingga Indonesia perlu mempersiapkan diri.

"Jadi, kita perlu menginformasikan kepada para pemangku kepentingan bahwa industri 4.0 ini bukan hanya di depan mata, tetapi sudah berjalan. Ke depan, kebijakan industri harus selaras disesuaikan dengan perkembangan teknologi," ujar Menteri Airlangga seperti dikutip dari Kemenperin.go.id.

Beberapa industri dalam negeri yang sudah siap menjalankan industri 4.0, menurut Airlangga, dalam proses pengoperasinya adalah industri semen, petrokimia, automotif, serta makanan dan minuman.

"Sekarang, industri automotif sudah menggunakan robotik dalam pengoperasiannya. Mereka juga sudah menggunakan infrastruktur internet of think untukberoperasi. Ke depan, sektorjasa dan yang lainnya juga bisa memanfaatkan data ataupun artificial intelligence," sebutnya.

Airlangga pun mengatakan, industri 4.0 juga akan meningkatkan produktivitas, membuka kesempatan kerja, dan membuka pasar hingga ke luar negeri. Menurutnya, implementasi industri 4.0 akan menambah lapangan kerja baru yang memerlukan keterampilan khusus.

Sehingga kehadiran industri 4.0 tidak dianggap mengancam serapan tenaga kerja, namun menambah tenaga kerja baru dengan bidang yang berbeda.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa revolusi industri 4.0 adalah mengajak para pelaku usaha atau industri untuk lebih memaksimalkan peran dan fungsi internet dalam mengembangkan bisnisnya.

Hingga saat ini, Pemerintah juga tengah gencar mensosialisasikan revolusi industri 4.0 di Indonesia. Meski keberadaan hambatan untuk memgimplementasikan industri 4.0 juga tidak dapat dihindari, seperti konektivitas internet. Hal ini masih menjadi PR untuk Pemerintah, agar seluruh pelosok negeri mendapatkan akses internet.

Industrial Revolution 4.0 dicetuskan pertama kali pada 2011 oleh Jerman, yang kemudian menjadi tema utama pada pertemuan World Economic Forum (WEF) 2016 di Davos, Swiss. Beberapa negara yang telah memiliki program-program untuk mendukung industrinya menuju Industri 4.0 seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat, China, India, Jepang, Korea, dan Vietnam.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Kumairoh
Foto: Sufri Yuliardi


#GantiGayaHidup #GayaHidupProduktif #2019GantiGayaHidup #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost, Revolusi Industri 4.0

Minggu, 06 Januari 2019

Faktor-Faktor yang Bikin Orang Berutang dan Diburu Debt Collector

tirto.id - Lembaga Bantuan Hukum Jakarta merilis sejumlah modus pelanggaran perusahaan teknologi finansial alias fintech. Pola penagihan terhadap klien disertai dengan teror dan intimidasi menjadi salah satu modus pelanggaran yang kerap terjadi.

Dalam catatan LBH, jumlah kasus ini mencapai 283 dalam satu tahun belakangan. Para peminjam uang terhadap perusahaan fintech ini pun sudah mulai saling berkomunikasi sejak dua tahun lalu.

"Mereka sudah membangun kelompok pengaduan khusus sejak 2016, meski kelompok itu lebih ke curhat, sih," kata Kepala Divisi Advokasi Bidang Perkotaan dan Masyarakat Urban LBH Jakarta Jeanny Silvia Sari Sirait kepada reporter Tirto, Senin (5/11/2018).

Pelanggaran ini tak muncul begitu saja. Sejumlah hal turut menjadi penyebab pelanggaran dilakukan perusahaan fintech dengan bantuan debt collector.

Lantas, bagaimana setiap orang terlilit utang dan diburu debitur?


Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, masalah ini tak bisa dilepaskan dari sikap konsumtif yang sudah akut melilit kelas ekonomi menengah di Indonesia. Kelas menengah ini, kata Rhenald, punya kebiasaan ingin cepat memiliki sesuatu lewat cara instan.

"Kecenderungannya konsumtif hanya untuk keinginan, bukan kebutuhan," kata Rhenald saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (6/11/2018).

Jika merujuk pada kultur Indonesia yang masyarakatnya ramah, Rhenald mengatakan, ada alternatif agar tak diburu penagih utang. Cara itu ialah meminjam uang pada orang lain. Namun kebanyakan orang memilih cara cepat tanpa mempelajari risiko berutang.

"Harusnya juga paham, peminjaman uang online ya ada risiko yang harus ditanggung," tuturnya.

Infografik Utang ditagih bank atau perusahaan fintech


Ia berharap, masyarakat mendapat edukasi risiko berutang. Ini penting supaya masyarakat tidak mudah terjebak berutang.

"[Karena] Masyarakat kita menganggap meminjam sama dengan meminta. Pinjam sekarang, tahun depan sudah lupa atau dianggap lunas," ujarnya.

Minimnya Literasi Keuangan Masyarakat

Selain karena konsumtif, hal lain yang jadi masalah adalah mudahnya informasi peminjaman uang melalui medium fintech didapat calon pelanggan lewat dunia maya. Ini ditambah dengan ketidaktahuan para calon peminjam membedakan antara kebutuhan primer dan sekunder.

"Ini [karena] tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang baik. Sehingga mereka membeli dengan utang sesuai keinginan, bukan kebutuhan," kata Budi kepada reporter Tirto, Selasa (6/11/2018).

Analisis ini sejalan dengan pendapat Jean Baudrillard dalam karya monumentalnya, The Consumer Society. Baudrillard menilai konsumsi sebagai motif utama dan penggerak realitas sosial, politik, bahkan budaya. Untuk mengantisipasi agar tak terjebak, Budi menyarankan calon peminjam menahan diri dengan menunda atau menabung.


Pendapat senada dikatakan ahli perencanaan keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto. Eko menilai fenomena terjebak dalam perjanjian utang disebabkan lemahnya pendidikan keuangan bagi keluarga maupun pribadi. Menurutnya selama ini kampus atau sekolah ekonomi, hanya diajarkan soal pengelolaan keuangan perusahaan.

"Di luar negeri itu sudah banyak pelajaran kaya gini, bagaimana atur keuangan keluarga. Untuk apa aja fungsinya uang. Di sini, dari TK saja sudah tidak ada," kata Eko kepada reporter Tirto.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wasisto Raharjo Jati, pernah mengeluarkan riset berjudul Less Cash Sociey: Menakar Mode Konsumerisme Baru Kelas Menengah Indonesia (PDF).

Dalam riset itu ia menjelaskan majunya budaya teknologi dan internet membuat masyarakat Indonesia terjebak dalam gaya hidup konsumtif. Jaringan internet dan perkembangan teknologi mempermudah belanja dengan uang elektronik.

"Teknologi secara jelas berperan penting mendorong konsumsi kelas menengah Indonesia agar lebih konsumtif. Kehadiran uang elektronik [e-money] menjadi salah satu cara mendorong masyarakat menjadi konsumtif," tulis Wasisto.

Dengan munculnya watak konsumerisme dan kemudahan e-money di dunia maya, ini jelas bikin masyarakat mudah meminjam uang secara online alias utang.

Riset Share of Wallet yang dilakukan Kadence International-Indonesia pada 2013 lalu menunjukkan, 28 persen masyarakat kelas menengah di Indonesia mengalami defisit penghasilan karena utang yang digunakan untuk konsumerisme.

(tirto.id - Gaya Hidup)

Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
 #GantiGayaHidup #GayaHidupProduktif #2019GantiGayaHidup #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost

Selasa, 01 Januari 2019

Bagaimana Mengenali Produk Investasi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu, Tim Media Sosial CNBC Indonesia mendapat banyak pertanyaan dari warganet melalui akun instragram @cnbcindonesia terkait cara memilih produk investasi dan mengenal risikonya. Melalui artikel ini, Tim Riset CNBC Indonesia coba menjawab pertanyaan-pertanyaan warganet tersebut.

Pertanyaan interaktif ini diharapkan bisa memberikan dasar-dasar pemahaman bagi investor pemula untuk mulai berinvestasi. Selain itu, CNBC Indonesia akan membuat diskusi interaktif melalui akun instragram untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari warganet.

Pada dasarnya, ada dua jenis utama produk investasi. Pertama adalah di sektor riil, dan yang kedua adalah sektor keuangan.

Di sektor riil, investasi dapat berupa properti, emas, barang seni dan antik, serta penyertaan modal langsung di perusahaan atau usaha tertentu.

Di sektor keuangan, produk investasinya biasa dinamakan surat berharga pasar modal (efek, yang berupa reksa dana, saham, dan obligasi), deposito, dan kontrak berjangka (futures).


Apa saja perbedaan kedua kelompok investasi tersebut? Untuk mengenal lebih jauh perbedaan tipe-tipenya, berikut risiko dan keuntungan dari masing-masing jenis investasi tersebut.

Investasi di Sektor Riil

1. Untuk berinvestasi biasanya membutuhkan modal yang tidak sedikit. Emas misalnya, Anda dapat membeli emas Logam Mulia (LM) koinan ukuran gram yang saat ini satu gramnya berada di kisaran harga Rp 650.000. Saat ini tersedia bentuk emas sederhana ukuran 1 gram-500 gram, emas batik, dan emas tematik lain. Mereka juga menyediakan perak.

Emas dan perak LM tersebut dapat dibeli di gerai-gerai milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang dapat Anda lihat di situs perusahaan. Untuk properti, setidaknya Anda butuh Rp 100 juta jika ingin memiliki lahan kosong yang ukurannya cukup ekonomis untuk dijual kembali, atau Rp 250 juta jika ingin membeli rumah atau ruko atau apartemen kecil yang dapat disewakan atau dijual kembali guna meraih cuan atau jika ada kebutuhan. Belum lagi harga benda-benda antik atau koleksi yang biasanya ratusan juta bahkan miliaran.

2. Untuk menjual kembali investasi Anda maka ada usaha yang harus dilakukan dan prosesnya tidak bisa cepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Contoh sederhana adalah untuk menjual emas koinan atau batangan LM, tentu kita harus melewati proses menuju ke toko emas atau ke gerai Antam untuk menjual emas tersebut.

Misalnya, untuk menjual rumah, prosesnya biasanya memakan waktu bulanan atau bahkan tahunan untuk mendapatkan harga yang cukup tinggi sesuai harga pasar saat itu.

Jika kita terburu-buru karena sedang butuh, maka harganya dapat ditekan oleh calon pembeli yang saat itu daya tawarnya lebih besar. Namun, proses memiliki barang secara riil untuk berinvestasi merupakan sebuah keunggulan utama dibandingkan dengan produk investasi keuangan.

3. Penjualan kembali produk investasi sektor riil biasanya juga tidak bisa dipecah. Misalnya emas, tentu nilainya harus sesuai dengan seonggok aset yang kita punya, tidak bisa dibelah jika kita hanya butuh separuh nilainya.

Sama juga dengan properti. Untuk rumah yang kisaran harga pasarnya Rp 500 juta, tidak mungkin Anda menjual satu kamar saja karena kebutuhan uang saat itu hanya Rp 100 juta.

4. Jika kita membeli barang nyata untuk nantinya dijual kembali, tentu ada risiko hilang akibat berbagai hal, baik yang bisa diminimalisir atau yang di luar kendali kita sebagai investor.

5. Untuk investasi di sebuah bisnis, risiko dasar berinvestasinya adalah risiko bangkrut. Risiko tersebut bisa muncul dari oknum, sistem kerja, kelalaian, dan kondisi pasar/lingkungan yang tidak mendukung. Namun, jika risiko bangkrut tersebut dapat dibalikkan, tentu hasil bisnis tersebut akan menjadi yang paling besar dibanding investasi jenis lainnya.

Investasi di Sektor Keuangan

1.
Risiko dari unsur penggelapannya lebih besar dibandingkan dengan investasi di sektor riil karena aset yang kita beli biasanya sudah tidak berbentuk surat (scripless). Tanpa mengetahui detail tentang bentuk dan skema investasinya, maka tidak sedikit masyarakat yang terjebak iming-iming keuntungan besar dari skema investasi yang kurang jeli dimaknai.

Perlu pemahaman mendalam atau dicontohkan oleh orang dekat untuk mengenali skemanya agar menambah keyakinan dalam berinvestasi. Cek kembali identitas dan izin yang dimiliki perusahaan atau lembaga pengawasnya.

2. Fluktuasi dari pasar keuangan relatif tinggi, terutama untuk investasi di pasar saham dan futures/forex. Keuntungan bisa berlipat-lipat, tetapi jangan lupakan risiko juga bisa lebih berlipat lagi.

Perhatikan fasilitas-fasilitas pinjaman yang langsung diberikan tanpa pemberitahuan detail. Jangan manfaatkan dulu fasilitas pinjaman transaksi, dan gunakan dana kas dulu untuk memulai berinvestasi. Pahami dulu cara main-nya, baru tancap gas seiring dengan bertambahnya pemahaman.

3. Minimal investasi yang relatif kecil, bisa dimulai dari Rp 5.000 untuk saham, Rp 10.000 untuk investasi reksa dana, Rp 40.000 untuk reksa dana yang dapat ditransaksikan di bursa (exchange traded fund/ETF), Rp 1 juta untuk obligasi negara ritel (ORI), sukuk ritel (sukri), obligasi tabungan ritel (saving bond retail/SBR).
Bagaimana mengenali produk investasi? 
Foto: Infografis/Instrumen Investasi/Edward Ricardo

Kesimpulan:

1.
Minimal pembelian yang kecil (mulai dari Rp 10.000) dan kemudahan bertransaksi melalui fasilitas online sektor keuangan dapat menjadi pintu awal untuk berinvestasi.

2. Hasil investasi di sektor riil, sebanding dengan potensi dan risikonya, tentu lebih besar dibandingkan dengan investasi di sektor keuangan. Ingat prinsip awal berinvestasi, High Risk = High Return.

3. Jangan percaya iming-iming keuntungan yang berlipat. Semakin menggiurkan biasanya akan semakin tidak masuk akal.

4. Diversifikasikan produk investasi Anda sesuai dengan horizon dan tujuan investasi Anda masing-masing.
Jadi, apa Anda masih menunggu lagi untuk berinvestasi?


TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps)



#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, #produkinvestasi #stopkonsumerisme

Kamis, 27 Desember 2018

Sering Bengong Bikin Orang Lebih Produktif

VIVA – Apakah Anda termasuk orang yang sering bengong? Nah, ada fakta tentang bengong yang mungkin belum Anda ketahui. Tak seperti yang diyakini masyarakat, ternyata bengong justru akan merangsang otak sehingga Anda pun lebih produktif.

Dalam masyarakat, bengong bukanlah suatu kebiasaan yang patut dibanggakan. Banyak yang percaya bahwa kalau Anda bengong, bisa-bisa pikiran Anda nanti dikuasai oleh roh jahat.
Selain karena alasan mistis, bengong juga kerap dikaitkan dengan orang yang kurang kerjaan atau tidak produktif. Padahal, berbagai penelitian ilmiah yang dilakukan untuk mempelajari kondisi ini justru menguak bahwa ada banyak manfaat bengong.

Sebuah penelitian di University of Oregon, Amerika Serikat membuktikan bahwa baik disadari maupun tidak, kebanyakan orang pikirannya akan melayang ke mana-mana hingga 50 persen dari waktu Anda seharian. Otak Anda bekerja dengan lebih santai dan bebas. Inilah mengapa bengong bisa membuat orang merasa nyaman dan jadi lupa diri.
Berikut tiga manfaat bengong yang jarang diketahui, menurut rilis yang diterima VIVA dari Hello Sehat, Selasa, 23 Oktober 2018.

1. Meningkatkan produktivitas
Ternyata, bengong bisa meningkatkan kapasitas kognitif Anda. Sebuah eksperimen yang diprakarsai oleh Bar-Ilan University di Israel meminta peserta penelitian untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu di hadapan layar komputer.
Hasilnya, mereka yang mengerjakan pekerjaan tersebut sambil bengong beberapa kali kinerjanya justru lebih baik daripada mereka yang berkonsentrasi penuh. Ini berarti kebiasaan bengong justru membantu Anda bekerja dengan lebih efektif.

2. Memicu kreativitas
Mungkin Anda pernah mendapatkan ilham atau ide cemerlang setelah menghabiskan waktu di kamar mandi. Hal ini ternyata ada penjelasannya. Ketika Anda sedang melakukan tugas-tugas yang ringan dan tidak begitu membutuhkan konsentrasi tinggi seperti berkendara, berbincang-bincang, atau membaca buku, jaringan default-mode pun segera aktif.

Dalam kondisi ini, Anda pun jadi lebih tenang dan santai. Dengan begitu, Anda jadi bisa melihat suatu masalah dengan sudut pandang yang berbeda karena Anda tidak merasa terdesak atau tertekan. Anda pun jadi bisa mencari solusi kreatif terhadap persoalan tertentu, yang mungkin tak akan terpikir oleh Anda dalam keadaan sadar sepenuhnya.

3. Meningkatkan daya ingat
Saat bengong, otak sebenarnya sedang menyimpan berbagai informasi ke dalam memori jangka panjang. Hal ini tak bisa dilakukan oleh otak jika Anda disibukkan dengan berbagai kegiatan seperti bekerja, belajar atau berbicara dengan orang lain. Saat memasuki default-mode, gelombang elektrik dalam otak akan berkurang dan Anda memasuki saat-saat yang tenang. Inilah waktu yang tepat untuk menyimpan memori. Maka, biasanya orang yang sering bengong justru memiliki daya ingat yang lebih baik.


 #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, kreatifitas

Investasi Jangka Panjang

Menanamkan dana untuk investasi merupakan pilihan yang tepat untuk masa depan. Pilihan investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan...