TIMESINDONESIA, JAKARTA – Gaya hidup dan biaya hidup sekilas terdengar sama padahal memiliki arti yang sangat jauh berbeda. Biaya hidup
adalah kebutuhan yang bisa dibilang sangat penting dan harus dipenuhi
saat ini atau bisa juga kebutuhan mendesak, seperti makan, kesehatan,
pakaian, tempat tinggal dan kendaraan.
Meskipun dibilang demikian, biaya hidup dipilih berdasarkan kebutuhan
dan fungsinya, seperti rumah berfungsi sebagai tempat tinggal. Ya,
tempat tinggal yang cukup untuk bernaung, kendaraan yang cukup untuk
mengantarkan kita kemanapun kita ingin pergi.
Berbeda dengan biaya hidup, gaya hidup adalah kebutuhan yang tidak
mendesak dan hanya diperuntukkan untuk orang yang memiliki penghasilan
lebih. Seperti rumah mewah yang memiliki tingkat 2 meskipun hanya diisi
oleh 3 orang, dan mobil mewah meskipun hanya untuk seorang diri saja.
Jika kita pikirkan dengan seksama, sebenarnya biaya hidup kita sangat
murah sekali, karena hanya mencukupi kebutuhan kita tanpa muluk-muluk
memilih barang yang mahal untuk gaya hidup yang mewah.
Gaya hidup harus disesuaikan dengan penghasilan kita agar tidak
berdampak buruk untuk ke depannya. Oleh karena itu, kita harus lebih
cermat dalam memilih kehidupan. Yang harus diutamakan tetaplah biaya
hidup terlebih dahulu.
Pentingnya Disiplin Alokasi Aset
Sembilan orang terkaya dan berkuasa di dunia pada saat itu mengadakan
pertemuan di Hotel
Edgewater Beach di Chicago pada tahun 1932.
Charles Schwab: Pemimpin Perusahaan Baja Terbesar
Samuel Insull: Presiden Perusahaan Jasa Public Terbesar Di Dunia
Howard Hopson: Pemimpin Perusahaan Gas Terbesar
Leon Frazier: Presiden Bank of International Settlements
Ivar Kreuger: Presiden International Match Co.
Richrad Whitney: Presiden New York Stock Exchange
Albert Fall: Anggota Kabinet Presiden Harding
Arthur Cotton: Spekulator Saham Terbesar
Jesse Livermore: Spekulator Saham Terbesar
Samuel Insull: Presiden Perusahaan Jasa Public Terbesar Di Dunia
Howard Hopson: Pemimpin Perusahaan Gas Terbesar
Leon Frazier: Presiden Bank of International Settlements
Ivar Kreuger: Presiden International Match Co.
Richrad Whitney: Presiden New York Stock Exchange
Albert Fall: Anggota Kabinet Presiden Harding
Arthur Cotton: Spekulator Saham Terbesar
Jesse Livermore: Spekulator Saham Terbesar
Waktu berlalu. Dua puluh lima tahun setelah pertemuan mereka, fakta mengejutkan dan menyedihkan terjadi kepada mereka.
Charles Schwab: Meninggal tanpa uang sepersen pun setelah hidup selama 5 tahun dengan uang pinjaman.
Samuel Insull: Meninggal tanpa uang di tanah asing.
Howard Hopson: Sakit jiwa
Leon Frazier: Mati bunuh diri
Ivar Kreuger: Meninggal tanpa uang
Richrad Whitney: Baru bebas dari penjara
Albert Fall: Baru bebas dari penjara
Arthur Cotton: Meninggal tanpa uang
Jesse Livermore: Mati bunuh diri
Howard Hopson: Sakit jiwa
Leon Frazier: Mati bunuh diri
Ivar Kreuger: Meninggal tanpa uang
Richrad Whitney: Baru bebas dari penjara
Albert Fall: Baru bebas dari penjara
Arthur Cotton: Meninggal tanpa uang
Jesse Livermore: Mati bunuh diri
Mengapa hal ini bisa terjadi pada orang terkaya sekalipun? Jawabannya adalah pengelolaan keuangan.
Tentunya ada banyak alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Tetapi faktor terbesar disebabkan ketidakpastian mereka dalam
mengantisipasi keadaan yang terjadi. Setiap orang perlu mengalokasikan
ke pos-pos keuangan di bawah ini. Berapa pun pendapatan Anda setiap
bulannya
Anda harus mengalokasikan ke dalam enam pos yang berbeda.
Berikut enam pos penting untuk kesehatan finansial Anda.
Suatu misal Anda bekerja dan tiap bulan Anda mendapatkan gaji sebesar
Rp 10.000.000, maka inilah yang perlu Anda lakukan. Jumlah uang dapat
Anda sesuaikan dengan besar pemasukan Anda.
Alokasi Aset:
1. 10% : Sedekah/ Amal/ Sumbangan
2. 10% : Investasikan ke tempat yang aman
3. 10% : Pendidikan
4. 10% : Cadangan
5. 10% : Alokasi Kesenangan
6. 50% : Biaya Hidup
1. 10% : Sedekah/ Amal/ Sumbangan
2. 10% : Investasikan ke tempat yang aman
3. 10% : Pendidikan
4. 10% : Cadangan
5. 10% : Alokasi Kesenangan
6. 50% : Biaya Hidup
• 10% : Gunakan Rp 1.000.000,- untuk Sedekah/ Amal/ Sumbangan
Dalam pemahaman agama, sedekah justru akan malah menyehatkan dan
menyejahterakan kita. Banyak mentor dan guru agama yang menjelaskan
manfaat sedekah ini. Hal ini untuk membantu
Anda agar tidak menjadi
budak uang dan terikat dengan uang.
• 10% : gunakan RP. 1.000.000,- untuk investasi ke tempat yang aman
Uang inilah yang akan berkembang dan membantu menyejahterakan Anda.
Anda harus rutin menginvestasikan uang ini. Bisa dalam bentuk Deposito,
Unit Link, Saham, Surat Berharga, Mata Uang Asing, dan Instrumen Pasar
Modal lainnya.
Telitilah dulu apakah investasi Anda terpercaya. Semakin banyak uang
yang Anda investasikan, semakin banyak passive income yang Anda
dapatkan.
• 10% : gunakan RP. 1.000.000,- untuk pendidikan
Pendidikan yang kami maksud bukan berarti Anda harus sekolah lagi
atau kuliah lagi. Uang tersebut Anda investasikan untuk mendapatkan ilmu
yang baru. Ilmu dapat diperoleh dari buku berkualitas, seminar, membeli
CD/DVD, dan mengikuti pelatihan.
Zaman terus berubah. Pikiran kita belum tentu berubah. Inilah manfaat
ilmu pengetahuan bagi kita. Sedikit uang Anda akan kembali berkali-kali
lipat dengan ilmu yang Anda dapatkan.
• 10% : gunakan RP. 1.000.000,- untuk dana cadangan
Banyak contoh di sekitar kita terjadi hal-hal yang tidak terduga
misalkan kecelakaan, sakit, motor/ mobil rusak, dsb. Alangkah baiknya
Anda memiliki dana cadangan untuk masalah. Akan sangat lebih baik jika
beban ini Anda tanggungkan kepada perusahaan asuransi.
• 10% : gunakan RP. 1.000.000,- untuk having fun
Bekerja terus menerus tanpa menggunakannya sama sekali akan
menimbulkan dampak psikologis yang kurang baik. Menikmati jerih payah
Anda sebanyak 10% ini sangat baik untuk memanjakan diri Anda sendiri.
Pergilah berbelanja. Ajak keluarga untuk jalan-jalan. Makanlah di
restoran yang enak.
Anda harus melakukannya.
• 50% : gunakan RP. 5.000.000,- untuk biaya hidup
Cukup tidak cukup harus cukup. Begitulah nasihat dari inspirator
sukses no. 1 di Indonesia ini. Anda dapat belajar menghemat. Manakah
yang dapat dihemat dari beberapa jenis pengeluaran ini.
Jika Anda terbiasa naik mobil, cobalah naik angkutan umum. Jika Anda
selalu membeli sayur untuk memasak, cobalah menanam sayur sendiri di
pekarangan rumah. Pilihlah alternatif yang termurah asalkan tidak
mengurangi fungsinya.
“Satu lagi saran saya, untuk membeli barang konsumtif, hindarkan
dompet Anda dari kata ‘kredit’ dan ‘ngutang’. Hal ini benar-benar akan
mencekik leher Anda. Bergaya hiduplah sederhana seperti yang
dinasihatkan orang terkaya no. 3 di dunia, Warren Buffet.
Angka di atas adalah contoh jika penghasilan Anda Rp. 10.000.000,-
jika penghasilan Anda lebih, tinggal masukan angka rupiahnya saja.
Dengan menggunakan konsep ini, Anda lebih mudah dan terarah dalam
memantau dan mengalokasikan uang Anda.
“Dengan begini, Anda tidak akan mengalami krisis keuangan yang dapat
menimbulkan pertengkaran suami-istri. Atau jika Anda masih lajang, Anda
sudah belajar bagaimana mengatur keuangan dengan lebih baik,’’ tuturnya.
Anda harus benar-benar jeli membedakan gaya hidup dengan biaya hidup. Jangan sampai hanya karena memenuhi gaya hidup, keuangan Anda jadi berantakan. (*)
#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #gayahidupproduktif, stop konsumerisme, Gaya Hidup dan Biaya Hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar