Cermati.com – Bank Dunia melaporkan pertumbuhan
ekonomi negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) di Asia Timur dan
Pasifik diperkirakan masih akan sedikit melemah di tahun ini dan tahun
depan.
Dari laporan terbarunya dalam World Bank East Asia and Pacific Economic Update
bertajuk ‘Managing Headwinds’ yang dirilis awal Juni 2019 ini
menyebutkan, perekonomian negara-negara Asia Timur dan Pasifik masih
menghadapi tantangan.
Tantangannya bersumber dari landainya ekonomi global
akibat melambatnya pertumbuhan Tiongkok. Sehingga berdampak pada
lesunya kinerja ekspor negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik
ini.
World Bank Acting Chief Economist for the East
Asia and Pacific, Andrew Mason, dalam siaran pers mengingatkan, meski
prospek ekonomi untuk Asia Timur dan Pasifik umumnya tetap positif, tapi
perlu diingat bahwa kawasan ini terus menghadapi tekanan yang meningkat
sejak tahun 2018 dan masih bisa berdampak buruk.
“Berlanjutnya
ketidakpastian akibat beberapa faktor perlambatan (ekonomi) lebih
lanjut di negara maju, kemungkinan perlambatan yang lebih cepat di
Tiongkok, dan ketegangan perdagangan (AS-China) yang belum
terselesaikan. Tantangan yang terus berlanjut ini perlu dikelola secara
aktif,” kata Andrew.
Ekonomi Global Lesu tak Surutkan Minat Belanja
Ilustrasi belanja\
Ironinya,
di tengah tren perlambatan ekonomi global dan perkiraan pertumbuhan
ekonomi negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik yang masih relatif
stagnan atau biasa saja, ternyata tak menyurutkan minat belanja orang Indonesia.
Hal ini bisa dilihat dari hasil studi Nielsen dalam The Conference Board Global Consumer Confidence Survey, in collaboration with Nielsen, yang dirilis baru-baru ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia masih optimistis membelanjakan uangnya.
Artinya,
orang Indonesia masih doyan belanja. Tapi, jika merujuk dari laporan
Bank Dunia (WB/World Bank), padahal tren kondisi perekonomian global dan
kawasan dinyatakan masih melemah.
Dari hasil survei
Nielsen ini menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia di
kuartal pertama tahun ini relatif stabil di angka 125.
“Angka ini menempatkan Indonesia di urutan ke-4 negara teroptimis di dunia,” tulis Nielsen dalam siaran persnya.
Singkatnya,
studi ini mengungkapkan bahwa konsumen atau masyarakat tidak
mengkhawatirkan soal membelanjakan uangnya. Jadi, orang Indonesia
ternyata masih doyan belanja!
Indikator yang Menunjukkan Konsumen Indonesia Doyan Belanja
Ilustrasi punya uang yang memadai
Pengukuran
hasil yang menunjukkan konsumen Indonesia masih optimis membelanjakan
uangnya berdasarkan 3 indikator di kuartal I-2019 seperti berikut ini:
- Prospek lapangan kerja lokal (naik jadi 72%)
- Keadaan keuangan pribadi (naik jadi 83%)
- Keinginan untuk berbelanja (turun ke 63%, yakni 65% konsumen menyatakan dalam 12 bulan ke depan adalah waktu yang baik untuk berbelanja barang-barang yang mereka inginkan dan butuhkan)
Alasan Orang Indonesia Masih Suka Belanja
Ilustrasi belanja 'online'
Sementara
itu faktor yang menyebabkan konsumen Indonesia masih optimistis dalam
membelanjakan uangnya di kuartal pertama tahun ini karena masih percaya ekonomi Indonesia akan stabil dan membaik secara signifikan.
Hal ini terlihat dari:
- Konsumen online Indonesia yang berpendapat bahwa negara sedang berada dalam resesi ekonomi hanya 51%
- Menabung dan berinvestasi masih menjadi pilihan utama konsumen dalam mengalokasikan sisa dana setelah memenuhi kebutuhan hidup utama
- Konsumen memilih mengalokasikan uang sisa untuk dana cadangan sebanyak 66%
- Konsumen memilih menggunakan uang sisa untuk berlibur 47%
- Konsumen memilih menggunakan uang sisa untuk berinvestasi di saham atau reksa dana 44%
10 Negara Teroptimis Masyarakatnya Berbelanja
Secara
global (dunia), indeks keyakinan konsumen ini stabil di kuartal I-2019
di 106, dengan turun hanya 1 poin dibanding kuartal IV-2018 yang sebesar
107.
“Konsumen (secara global) cenderung
mempertahankan belanja, namun lebih hati-hati di tengah kondisi ekonomi
global yang melambat,” tulis hasil survei Nielsen ini.
Sedangkan 10 negara teroptimis masyarakatnya berbelanja pada kuartal pertama tahun ini adalah:
- Filipina (indeks keyakinan konsumen 133)
- India (indeks keyakinan konsumen 132)
- VietNam (indeks keyakinan konsumen 129)
- Indonesia (indeks keyakinan konsumen 125)
- Denmark (indeks keyakinan konsumen 119)
- Malaysia (indeks keyakinan konsumen 115)
- China (indeks keyakinan konsumen 115)
- Uni Emirat Arab (indeks keyakinan konsumen 113)
- Saudi Arabia (indeks keyakinan konsumen 112)
- Thailand (indeks keyakinan konsumen 111)
Ekonomi Indonesia Terselamatkan Belanja Masyarakat dan Investasi
Meski
demikian, permintaan domestik (salah satunya konsumsi masyarakat dalam
negeri) masih tetap kuat di sebagian kawasan. Hal ini bisa menutup
perlambatan ekspor akibat melemahnya perekonomian kawasan.
Oleh
karena itu, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
Malaysia tidak akan berubah di tahun ini. Sementara pertumbuhan ekonomi
Thailand dan VietNam diperkirakan akan sedikit lebih rendah, dan
Filipina justru akan meningkat.
Dari rilis laporan
Bank Dunia dalam Global Economic Prospects edisi Juni 2019 memperkirakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto/PDB) tahun ini
akan tumbuh 5,2% dan di 2020 tumbuh 5,3%. Di Indonesia, pertumbuhan
ekonomi selama ini didukung oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan
investasi.
#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar