Jakarta, CNBC Indonesia - Avengers: Endgame, film buatan The Marvel Cinematic Universe (MCU) yang menjadi sorotan global, telah memecahkan segala macam catatan box office di penjuru dunia. Tapi mari lupakan sejenak dunia imaginasi ini, mari ke dunia nyata.
Pekan
ini, salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates, turut memanfaatkan tema
Avengers: Endgame tersebut dengan menyoroti ilmuwan-ilmuwan inspiratif
yang menyebarkan informasi guna membantu menghentikan wabah penyakit di
seluruh dunia. Merekalah pahlawan sebenarnya.Miliarder
dermawan itu telah mendedikasikan dirinya dalam beberapa tahun terakhir
untuk menemukan cara paling efektif bagaimana menyelamatkan nyawa
manusia dan menghentikan transmisi Ebola.
Penyakit virus ebola atau demam berdarah Ebola adalah penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus Ebola. Pada
2014, ia mengumumkan sumbangan senilai US$ 50 juta atau sekitar Rp 700
miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) untuk mendukung upaya darurat
mengatasi wabah Ebola di Afrika Barat.
Gates menamakan para ilmuwan itu adalah 'The Avengers of pemburu virus'. Di
kehidupan nyata, kelompok ilmuwan super heroik yang itu menyebar,
mengunjungi zona wabah penyakit untuk membantu pemerintah daerah demi
menghentikan penyakit menular, seperti diungkapkan blog-nya dan dikutip CNBC International.
Bahkan, menurut dia, penggemar Marvel Avenger mungkin tak bisa membantah pendapat ini.
Para ilmuwan pemburu virus ini kemudian membentuk Tim Dukungan Cepat Kesehatan Masyarakat Inggris atau UK Public Health Rapid Support Team (RST), sebuah kelompok yang dikelola bersama dengan London School of Hygiene & Tropical Medicine dan Public Health England.
Bahkan, menurut dia, penggemar Marvel Avenger mungkin tak bisa membantah pendapat ini.
Para ilmuwan pemburu virus ini kemudian membentuk Tim Dukungan Cepat Kesehatan Masyarakat Inggris atau UK Public Health Rapid Support Team (RST), sebuah kelompok yang dikelola bersama dengan London School of Hygiene & Tropical Medicine dan Public Health England.
"Setelah kian jelas bahwa wabah sedang berlangsung, baik lokal
atau, dalam kasus yang jarang terjadi, Organisasi Kesehatan Dunia [WHO]
meminta bantuan RST. Tidak setiap anggota tim diperlukan untuk setiap
wabah. Terkadang Anda membutuhkan ahli epidemiologi dan ilmuwan data,
tetapi bukan ahli mikrobiologi jadi langkah pertama adalah
mengidentifikasi siapa yang perlu pergi," kata Gates.
Pada Juli 2018, tim RST ambil bagian dalam sembilan penempatan di enam negara.
Bagaimana sebetulnya struktur RST ini? RTS bukanlah grup yang tiba-tiba ada di lokasi wabah dan mampu menghadirkan semua jawaban. Pada akhirnya, tujuan mereka adalah bekerja sendiri di luar pekerjaan, yang merupakan misi yang cukup mengagumkan, menurut Gates.
1. Ketua
Sebagai Direktur RST, peran Daniel Bausch adalah membimbing timnya dalam menanggapi penyakit menular di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. "Ketika wabah terjadi, tujuan kami adalah mendorong tim keluar ke lapangan dalam waktu 48 jam," katanya dalam video yang diunggah Gates.
2. Ahli Taktik
Katie Carmichael menjalankan operasi dan penyebaran untuk RST. "Kami telah dikerahkan ke berbagai tempat, wabah di Madagaskar, wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo, demam Lassa di Nigeria dan wabah difteri di Bangladesh," katanya. Demam Lassa adalah penyakit zoonosis, ketika manusia terinfeksi dari kontak dengan hewan yang terinfeksi.
3. Detektif
Sebagai ahli epidemiologi RST, Oliver Le Polain mempelajari interaksi manusia yang relevan dengan penularan penyakit menular. "Orang-orang tinggal di kota, orang pergi ke fasilitas kesehatan, orang naik taksi, orang pergi ke restoran sehingga mereka berpotensi mengunjungi banyak tempat sebelum diberitahukan dan terdeteksi ketika mereka tidak sehat," jelasnya.
4. Ahli Virologi
Ahli mikrobiologi Ben Gannon adalah seorang ahli dalam kemampuan diagnostik dan laboratorium tentang wabah. Pada 2017, setelah tanah longsor besar terjadi di Sierra Leone, Gannon memainkan peran utama dalam memasang laboratorium di rumah sakit utama mereka.
Dia dan timnya melengkapi laboratorium dengan diagnosa penyakit kolera, salmonella dan disentri.
"Sulit bagi saya untuk melebih-lebihkan betapa beraninya orang-orang yang rela menempatkan diri di garis depan di mana wabah itu terjadi, terutama ketika Anda menghadapi musuh yang belum pernah Anda lihat sebelumnya," kata Gates.
Menurut Gates, daya tarik superhero di layar perak tidak dapat disangkal, tetapi penting diingatkan tentang pahlawan yang ada di dunia nyata, berjuang untuk orang-orang di antara hidup atau mati.
"Beberapa orang mengkhawatirkan kita. Orang lain menginspirasi kami. Mereka semua mendorong kita untuk bertindak. Kami berharap mereka melakukan hal yang sama untuk Anda, karena itulah bagaimana dunia menjadi lebih baik," kata dia.
Pada Juli 2018, tim RST ambil bagian dalam sembilan penempatan di enam negara.
Bagaimana sebetulnya struktur RST ini? RTS bukanlah grup yang tiba-tiba ada di lokasi wabah dan mampu menghadirkan semua jawaban. Pada akhirnya, tujuan mereka adalah bekerja sendiri di luar pekerjaan, yang merupakan misi yang cukup mengagumkan, menurut Gates.
1. Ketua
Sebagai Direktur RST, peran Daniel Bausch adalah membimbing timnya dalam menanggapi penyakit menular di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. "Ketika wabah terjadi, tujuan kami adalah mendorong tim keluar ke lapangan dalam waktu 48 jam," katanya dalam video yang diunggah Gates.
2. Ahli Taktik
Katie Carmichael menjalankan operasi dan penyebaran untuk RST. "Kami telah dikerahkan ke berbagai tempat, wabah di Madagaskar, wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo, demam Lassa di Nigeria dan wabah difteri di Bangladesh," katanya. Demam Lassa adalah penyakit zoonosis, ketika manusia terinfeksi dari kontak dengan hewan yang terinfeksi.
3. Detektif
Sebagai ahli epidemiologi RST, Oliver Le Polain mempelajari interaksi manusia yang relevan dengan penularan penyakit menular. "Orang-orang tinggal di kota, orang pergi ke fasilitas kesehatan, orang naik taksi, orang pergi ke restoran sehingga mereka berpotensi mengunjungi banyak tempat sebelum diberitahukan dan terdeteksi ketika mereka tidak sehat," jelasnya.
4. Ahli Virologi
Ahli mikrobiologi Ben Gannon adalah seorang ahli dalam kemampuan diagnostik dan laboratorium tentang wabah. Pada 2017, setelah tanah longsor besar terjadi di Sierra Leone, Gannon memainkan peran utama dalam memasang laboratorium di rumah sakit utama mereka.
Dia dan timnya melengkapi laboratorium dengan diagnosa penyakit kolera, salmonella dan disentri.
"Sulit bagi saya untuk melebih-lebihkan betapa beraninya orang-orang yang rela menempatkan diri di garis depan di mana wabah itu terjadi, terutama ketika Anda menghadapi musuh yang belum pernah Anda lihat sebelumnya," kata Gates.
Menurut Gates, daya tarik superhero di layar perak tidak dapat disangkal, tetapi penting diingatkan tentang pahlawan yang ada di dunia nyata, berjuang untuk orang-orang di antara hidup atau mati.
"Beberapa orang mengkhawatirkan kita. Orang lain menginspirasi kami. Mereka semua mendorong kita untuk bertindak. Kami berharap mereka melakukan hal yang sama untuk Anda, karena itulah bagaimana dunia menjadi lebih baik," kata dia.
#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar