Senin, 03 Desember 2018

Konsumerisme, Budaya Manusia atau Sekadar Gejala?

Seiring perkembangan kehidupan setiap manusia pastilah mengalami perubahan-perubahan dan perubahan sudah terjadi sejak jaman dahulu kala. Sampai-sampai banyaknya perubahan yang ada, manusia juga kadang kala juga kerepotan menghadapinya. 

Perubahan dengan maksudnya yaitu proses perubahan masyarakat berserta dengan kebudayaan dari hal-hal yang bersifat tradisional ke modern atau istilahnya disebut modernisasi. Namun, globalisasi pun juga salah satu faktor mempengaruhi juga, karena penyeragaman budaya bagi seluruh masyarakat dunia.

Globalisasi muncul karena adanya arus informasi dan komunikasi secara online. Sehingga dapat menjangkau semua masyarakat. Akibatnya, manusia yang ada di dunia ini seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan budaya yang sama. Akan menimbulkan, ketidaksiapan manusia dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar dan adanya problem sosial.

Dengan begitu, akan menimbulkan salah satu yaitu konsumerisme. Sedikit asal usul konsumerisme, konsumerisme dilatar belakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul liberialisme. Sehingga konsumerisme merupakan jantung dari kapitalisme. 
Kapitalisme global mulai berkembang pesat, segera setelah ‘Perang Dingin’ yang berakhir tahun 1980-an. Hal-hal tersebut merupakan  pemicu utama berkembangnya kapitalisme global atau globalisasi ekonomi yang diawali dengan pertemuan GATT di Maroko.

Konsumerisme yaitu paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan suatu proses konsumsi barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya dan dilakukan secara sadar dan berkelanjutan.  

Bagi masyarakat yang belum siap atau kaget dengan adanya perubahan-perubahan maka akan timbul goncangan dalam kehidupan sosial dan budaya. Akibatnya, individu menjadi tertinggal atau bisa frustasi. Selain itu, kondisi dapat menimbulkan suatu keadaan dan menjadi tidak serasi dalam kehidupan masyarakat.

Lalu, pertanyaannya konsumerisme budaya atau gejala? Konsumerisme merupakan budaya, karena manusia pada dasarnya konsumtif. Konsumtif yaitu bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri). Tanpa sadar konsumtif akan menjadikan sebagai penyakit jiwa dalam kehidupannya.

Lebih memudahkan akan diberikan contoh, yaitu adanya besar-besaran diskon dan promo mulai dari produk makanan atau minuman, otomotif, telekomunikasi, dan lain-lain. 

Segala macam yang ditawarkan yang diberikan sangat menggiurkan tentunya, mengakibatkan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, akibatnya ia akan ketergantungan dan tidak dapat atau sudah dihilangkan. Selain itu, ada juga setiap tindakan pembelian yang dilakukan oleh manusia suatu produk sebenarnya tidak butuh, melainkan hanya memberikan kepuasan bagi dirinya.

Mengapa sampai saat ini budaya konsumerisme masih ada? karena materialistis, mementingkan konsumsi barang, mengglobalnya supermarket, minimarket, mall, dan lain-lain, serta berperannya media massa seperti surat kabar, tv (televisi), majalah yang dapat dan mampu menciptakan serta menyebarkan dengan kesan tanpa henti. 

Apalagi juga didukung dengan iklan yang berkembang pada masyarakat yang menjadikan oran tidak berpikir secara rasional terhadap kebuthan tetapi hanya berdasarkan penerimaan pengkodean yang telah terframe dalam pikiran yang diungkapkan sebagai budaya yang ada dalam masyarakat.
Selain itu juga adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi.  

Pertama, konsumen individu biasanya melakukan pemilihan merk atau brand  yang dipengaruhi meliputi kebutuhan konsumen, peresepsi atas karakteristik merk, sikap ke ara pilihan, demografi konsumen, dan gaya hidup dan karateristik personalia (berhubungan orang atau nama orang). 

Kedua, pengaruh lingkungan yang meliputi budaya (kemasyarakatan, norma, kesukuan), kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), grup tata muka (anggota keluarga, teman), dan faktor penentu yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti keluar yang menggunakan mobil dan kalangan usaha). 

Ketiga, pengaruh iklan yang meliputi mempengaruhi konsumen, harga yang menonjol, distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan, dan barang yang menarik.
Dampak konsumerisme juga dirasakan betul oleh individu, dampak tersebut terbagi menjadi dua yaitu positif dan negatif. Dampak positif, yaitu kebutuhan pribadi terpenuhi, dapat meningkatkan pendapatan nasional dan dapat meningkatkan orang untuk giat berusaha . 

Sedangkan dampak negatif yaitu bersikap individual, bersikap pamer sehingga menimbulkan perilaku sombong, hidup boros, orang tersebut akan mencari kesenangan dan kepuasan hidup serta menimbulkan rasa tidak puas karena selalu ingi memiliki sesuatu yang baru.

Maka dari itu, gejala perubahan sosial dalam hal ini globalisasi budaya masyarakat cenderung ke arah yang negatif, salah satunya timbulnya konsumerisme. Sebenarnya budaya konsumerisme menguntukan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat hanya sebagai obyek saja. 
Sebagai generasi penerus bangsa seharusnya mempunyai pikiran kritis untuk menyadari dan menentang budaya tersebut karena dampak negatif dan merugikan bagi setiap individu, serta jangan sampai kita sebagai pendukung dan mengembangkan budaya hal tersebut.


 #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang  #gayahidupproduktif, stop konsumerisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Investasi Jangka Panjang

Menanamkan dana untuk investasi merupakan pilihan yang tepat untuk masa depan. Pilihan investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan...