Seiring perkembangan kehidupan setiap manusia pastilah mengalami
perubahan-perubahan dan perubahan sudah terjadi sejak jaman dahulu kala.
Sampai-sampai banyaknya perubahan yang ada, manusia juga kadang kala
juga kerepotan menghadapinya.
Perubahan dengan maksudnya yaitu
proses perubahan masyarakat berserta dengan kebudayaan dari hal-hal yang
bersifat tradisional ke modern atau istilahnya disebut
modernisasi. Namun, globalisasi pun juga salah satu faktor mempengaruhi
juga, karena penyeragaman budaya bagi seluruh masyarakat dunia.
Globalisasi muncul karena adanya arus informasi dan komunikasi secara online.
Sehingga dapat menjangkau semua masyarakat. Akibatnya, manusia yang ada
di dunia ini seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem
pergaulan dan budaya yang sama. Akan menimbulkan, ketidaksiapan manusia
dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar dan
adanya problem sosial.
Dengan begitu, akan menimbulkan salah satu
yaitu konsumerisme. Sedikit asal usul konsumerisme, konsumerisme
dilatar belakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang diusung oleh Karl
Marx yang kemudian disusul liberialisme. Sehingga konsumerisme
merupakan jantung dari kapitalisme.
Kapitalisme global mulai
berkembang pesat, segera setelah ‘Perang Dingin’ yang berakhir tahun
1980-an. Hal-hal tersebut merupakan pemicu utama berkembangnya
kapitalisme global atau globalisasi ekonomi yang diawali dengan
pertemuan GATT di Maroko.
Konsumerisme yaitu paham atau ideologi
yang menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan suatu proses
konsumsi barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak
sepantasnya dan dilakukan secara sadar dan berkelanjutan.
Bagi
masyarakat yang belum siap atau kaget dengan adanya perubahan-perubahan
maka akan timbul goncangan dalam kehidupan sosial dan budaya. Akibatnya,
individu menjadi tertinggal atau bisa frustasi. Selain itu, kondisi
dapat menimbulkan suatu keadaan dan menjadi tidak serasi dalam kehidupan
masyarakat.
Lalu, pertanyaannya konsumerisme budaya atau gejala?
Konsumerisme merupakan budaya, karena manusia pada dasarnya konsumtif.
Konsumtif yaitu bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan
sendiri). Tanpa sadar konsumtif akan menjadikan sebagai penyakit jiwa
dalam kehidupannya.
Lebih memudahkan akan diberikan contoh, yaitu
adanya besar-besaran diskon dan promo mulai dari produk makanan atau
minuman, otomotif, telekomunikasi, dan lain-lain.
Segala macam
yang ditawarkan yang diberikan sangat menggiurkan tentunya,
mengakibatkan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, akibatnya ia
akan ketergantungan dan tidak dapat atau sudah dihilangkan. Selain itu,
ada juga setiap tindakan pembelian yang dilakukan oleh manusia suatu
produk sebenarnya tidak butuh, melainkan hanya memberikan kepuasan bagi
dirinya.
Mengapa sampai saat ini budaya konsumerisme masih ada? karena materialistis, mementingkan konsumsi barang, mengglobalnya supermarket,
minimarket, mall, dan lain-lain, serta berperannya media massa seperti
surat kabar, tv (televisi), majalah yang dapat dan mampu menciptakan
serta menyebarkan dengan kesan tanpa henti.
Apalagi juga didukung
dengan iklan yang berkembang pada masyarakat yang menjadikan oran tidak
berpikir secara rasional terhadap kebuthan tetapi hanya berdasarkan
penerimaan pengkodean yang telah terframe dalam pikiran yang diungkapkan
sebagai budaya yang ada dalam masyarakat.
Selain itu juga adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi.
Pertama, konsumen individu biasanya melakukan pemilihan merk atau brand
yang dipengaruhi meliputi kebutuhan konsumen, peresepsi atas
karakteristik merk, sikap ke ara pilihan, demografi konsumen, dan gaya
hidup dan karateristik personalia (berhubungan orang atau nama orang).
Kedua,
pengaruh lingkungan yang meliputi budaya (kemasyarakatan, norma,
kesukuan), kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik
konsumen), grup tata muka (anggota keluarga, teman), dan faktor penentu
yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti keluar yang
menggunakan mobil dan kalangan usaha).
Ketiga,
pengaruh iklan yang meliputi mempengaruhi konsumen, harga yang menonjol,
distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan,
dan barang yang menarik.
Dampak konsumerisme juga dirasakan betul
oleh individu, dampak tersebut terbagi menjadi dua yaitu positif dan
negatif. Dampak positif, yaitu kebutuhan pribadi terpenuhi, dapat
meningkatkan pendapatan nasional dan dapat meningkatkan orang untuk giat
berusaha .
Sedangkan dampak negatif yaitu bersikap individual,
bersikap pamer sehingga menimbulkan perilaku sombong, hidup boros, orang
tersebut akan mencari kesenangan dan kepuasan hidup serta menimbulkan
rasa tidak puas karena selalu ingi memiliki sesuatu yang baru.
Maka
dari itu, gejala perubahan sosial dalam hal ini globalisasi budaya
masyarakat cenderung ke arah yang negatif, salah satunya timbulnya
konsumerisme. Sebenarnya budaya konsumerisme menguntukan para pemilik
modal dan memanfaatkan masyarakat hanya sebagai obyek saja.
Sebagai
generasi penerus bangsa seharusnya mempunyai pikiran kritis untuk
menyadari dan menentang budaya tersebut karena dampak negatif dan
merugikan bagi setiap individu, serta jangan sampai kita sebagai
pendukung dan mengembangkan budaya hal tersebut.
#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #gayahidupproduktif, stop konsumerisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar