TEMPO.CO, Jakarta - Para ibu sering kali mendapat tanggung jawab mengelola keuangan keluarga. Alasannya beragam, para ibu dinilai memiliki ketelitian dalam berhitung, cermat menyisihkan dana, updates tentang harga barang kebutuhan bulanan, dan berani tawar-menawar di pasar.
Namun,
di balik keunggulan itu, ada pula godaan-godaan yang membuat para ibu
kerap melakukan kesalahan dalam pengaturan keuangan keluarga. Kali ini
kita ambil contoh para ibu baru di era milenial. Kesalahan yang mereka
buat kerap dipicu dari faktor internal ataupun eksternal seperti yang
diungkapkan Prita Hapsari Ghozie, perencana keuangan independen, dalam
acara peluncuran buku “MoneySmart Parents” yang ditulisnya bersama
presenter Nadia Mulya, di Jakarta Selatan, pekan lalu
1. Mudah terpengaruh
Dengan
keleluasaan informasi dari media sosial hingga beragam grup chat
menjadi wadah berbagi apa pun dari gaya hidup, sekolah anak, tempat
liburan hingga belanja baju anak. Hal ini bisa memicu faktor kesalahan
dalam perencanaan keuangan ibu milenial.
“Ibu-ibu
biasanya gampang terpengaruh dari ibu-ibu lain, bisa jadi racun positif
atau negatif. Pada saat kita mengikuti racun tersebut, kita mesti
melihat kemampuan finasial kita. Kita pengennya sama atau merasa
kebutuhannya sama, tetapi kemampuannya lain,” ungkap Prita.
2. Pola pikir yang menggampangkan pinjaman
Kedua,
kedua menggampangkan meminjam. Bukan cuma kartu kredit, tapi ada
pinjaman online atau tunda bayar untuk sejumlah aplikasi. “Jadi, para
ibu merasa ‘ah nanti semua selesai’. Pada saat itu semua numpuk, rencana
tinggal rencana. Pusing dalam pembayaran,” kata ibu dua anak ini.
3. Faktor emosional
Banyak
ibu yang mementingkan emosional saat membeli sesuatu, misalnya
mengutamakan keinginan daripada kebutuhan. “Namanya juga di masa
perubahan ya. Orang tua baru ini menghadapi situasi dan tantangan baru.
Banyak sekali yang mengaitkan konsumsi dengan emosi,” Prita menjelaskan.
4. Kurangnya pemahaman tentang investasi
Seringkali
para ibu kurang memahami investasi. Mereka lebih memilih investasi atau
asuransi berdasarkan teman atau saudara yang menawarkan. Bahkan ada
yang berani berinvestasi karena enggak enak sama teman. “Padahal, belum
tentu investasi itu yang dibutuhkannya dan sesuai dengan anggaran
keuangannya saat ini,” kata Prita.
SILVY RIANA PUTRI
#GayaHidupProduktif #AgentOfChange #sccaparkost #scc #aparkost #WeCreateAgentOfChange #WCAC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar